Anda di halaman 1dari 3

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SANGGA BUANA


YPKP BANDUNG 2020

Nama : GINA NOORDIANA Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Komunikasi


NPM : 3112201026 Dosen Pengampu : Adi
Tugas : Pengalaman pribadi Permana S.,S.I.
mengenai kesalahan
atau kegagalan persepsi Kom.,M.I.Kom

Ketika SMA saya mempunyai teman yang memiliki kepribadian introvert. Dimana dia
sulit bersosialisasi dengan baik di kelas bersama teman-temannya,terutama kepada saya.
Saya yang memiliki kepribadian sebaliknya selalu berusaha mengajak nya
berbicara,bercanda dan bermain tetapi tetap saja dia memilih untuk berdiam diri di kelas
sendirian tanpa sosok teman dan dia lebih nyaman dengan kesedirian.Karena
kepribadiannya itu dia dikenal hingga ke penjuru sekolah sebagai orang aneh dan dia sering
di bully karena hal tersebut. Hingga akhirnya kami tamat sekolah dan menjalani kehidupan
masing-masing. Setelah satu tahun kemudian saya mendengar berita bahwa teman saya
yang introvert tersebut kuliah di salah satu Universitas ternama di Indonesia dan mengambil
jurusan Ilmu Sosial .Tentu jurusan itu sangat bertentangan dengan kepribadiannya,tetapi
suatu hari kami bertemu disekolah karena ada urusan sidik jari ijazah dan saya terkejut
ketika dia menghampiri saya untuk meminta kontak atau no hp saya.Kemudian kami duduk
berdua di sebuah cafe dan bercerita tentang banyak hal.Ternyata alasan dia bersikap seperti
itu ketika SMA karena dipengaruhi oleh faktor keadaan kedua orangtua nya yang sering
bertengkar di rumah sehingga bercerai jadi dia terbawa-bawa sampai ke sekolah merasa
takut pada siapapun jadi dia mengambil jurusan ilmu sosial karena ingin mempelajari makna
kehidupan bersosial yang sebenarnya untuk melawan rasa takutnya.Kesalahan persepsi ini
termasuk dalam bentuk kesalahan persepsi ‘Efek Halo’, Dalam kehidupan sehari hari,
mungkin seseorang akan menemukan sifat negatif yang lebih terlihat dari diri seseorang
seperti contohnya orang tersebut pendiam, menyendiri, bersikap aneh sebagainya tanpa
tahu latar belakang yang membuat sikap orang seperti itu. Perempuan selalu bersikap
emosional, adalah salah satu dari kesalahan persepsi ‘Stereotip’. Saya sebagai seorang
perempuan seringnya bersikap emosional, emosional terbentuk bukan atas dasar gender,
akan tetapi dari karakter dan kepribadian seseorang tanpa memandang gender. Saya sendiri
sering bersikap emosional, jika senang saya perlu bahagia, jika sedih maka tidak jarang saya
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SANGGA BUANA
YPKP BANDUNG 2020

menangis ataupun ketika kesal saya bisa marah. Karena emosional itu adalah perasaan yang
relatif, bisa dirasakan oleh siapapun.
tiap lampu merah selalu datang seseorang/kelompok membawa gitar dan alat music
lainnya. Kemudian mulai bernyanyi dan meminta keikhlasan pemberian sejumlah uang.
Karena setiap minggunya saya mengalami hal tersebut, maka saya beranggapan saat ada
orang masuk ke bis membawa gitar adalah seorang pengamen. Akan tetapi pada suatu hari
ada seorang pria yang membawa gitar namun dia tidak bernyanyi dan tidak meminta uang.
Maka prasangka saya terhadap seseorang tersebut beranggapan seorang pengamen adalah
salah.

Dalam kekeliruan persepsi ‘Gegar Budaya’ adalah ketika saya ditugaskan bekerja di
Pulau Kalimantan pada tahun 2015. Sebuah pengalaman baru dalam hidup saya diberikan
kesempatan bisa tinggal dan bekerja di tanah suku Dayak. Bekerja dan tinggal di tempat
baru dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda menjadi sebuah tantangan besar.
Bagaimana tidak, tempat yang saya tinggali sangat jauh berbeda dengan apa yang saya
bayangkan sebelumnya. Tempat yang akan saya tinggali adalah sebuah dusun dengan lokasi
yang ditempuh 10 jam dari kota Pontianak, untuk akes menuju lokasi adalah hutan sawit
dan jalan yang masih tanah bebatuan. Saat itu kantor dan tempat tinggal masih nebeng di
rumah warga sekitar, listrik dan penerangan hanya mengandalkan tenaga surya karena
hanya ada kurang dari sepuluh kepala keluarga di dusun tersebut sehingga akses listrik
belum bisa masuk. Untuk menjalankan PC, isi daya HP ataupun kebutuhan listrik lainnya
dibantu juga dengan genset. Mengenai lingkungan sekitar, membuat saya risih karena para
warga yang memelihara babi membebaskan peliharaannya untuk berlalu-lalang di sekitar
area dusun dan itu terkadang membatasi saya untuk bisa berinteraksi dengan warga sekitar.
Dilain sisi warga sekitar sangat terbuka dan ramah dengan kedatangan kami saat itu, akan
tetapi dengan kondisi dan suasana yang sangat jauh dari harapan membuat saya mengalami
culture shock. Bagaimana tidak saat hendak shalat Jumat akses menuju ke masjid bisa
ditempuh hampir 1 jam, pun menuju warung untuk persiapan makanan bulanan. Karena
tuntutan pekerjaan dan kebutuhan akhirnya saya harus bisa menyesuaikan dengan keadaan,
dan pada akhirnya saya bisa terbiasa di lingkungan tersebut selama kurang lebih satu tahun
setelah proyek pekerjaan selesai.

Anda mungkin juga menyukai