Anda di halaman 1dari 5

30 Mei 2023

We came so far mydear… look how far we go. Lirik lagu yang menggema dalam
ruangan dengan suhu dibawah kehangatan yang membuatku kedingina, hari ini sama dan
memang selalu sama dengan hari hari sebelumnya. Pikiranku mengalun entah kemana,
bepergian sangat jauh melampaui Angkasa dan terjatuh begitu jauh ke dasar palung tak
bercahaya. Perasaan yang hampa seperti pada lapisan eksosfer, begitu hening, dingin. Dalam
satu minggu akan banyak hal terjadi meskipun rasanya tidak pernah terjadi hal apa apa yang
mengubah perasaan dan hidup, namun yang paling berkesan adalah hari dimana aku keluar
rumah. Aku sangat mensyukuri hari itu, tidak merasa terus terkurung dalam tembok 3 dimensi
di kanan kiri dat atas bawah ku, tidak terlalu memikirkan hal yang merusak pikiran dan
mengganggu kejernihan hati. Mungki, dalam satu minggu aku hanya dapat kelaur rumah satu
kali di hari minggu untuk kuliah, ada kalanya aku menggunakan wktu di hari biasa untuk
keluar, entah keperluan apa tapi waktu singkat yang berharga itu akan kugunakan sebaik
baiknya, bertemu dengan teman, Anggia yang paling sering ku temui karena kami berteman
sejak dari masuk SMA sama sama berada di gugus yang sama saat MPLS. Anggia berasal dari
SMPN 3 yang terletak didepan lapangan Padjajaran, sekolah menengah pertama yang dulu juga
menjadi incaranku namun saying aku gagal masuk ke sana karena nilai agamaku rendah dan
aku memang tidak sekolah madrasah seperti teman-teman yang lain. Banyak factor yang
mendukungku tidak bersekolah agama/madrasah yang mungkin akan aku ceritakan di lain
waktu.
Pertama kali mengenal Anggia, tidak ada kesan khusus waktu itu. Karena aku sudah
cukup tegang dengan MPLS pertamaku sibangku SMA dengan dunia yang sangat baru, banyak
orang mengatakan SMA tempatku menghabiskan waktu terbaik dalam hidup itu adalah SMA
terfavorit tempat anak anak pintar dan berprestasi berkumupul, tentu saja hal tersebut
membuatku sangat berkecil hati karena pengalam gagal diterima di SMP incaran dan akhirnya
masuk ke sekolah swasta yang tidak cukup terkenal dan dinilai biasa biasa saja ditambah lagi
aku satu satunya anak dari SMP asalku yang melanjutkan sekolah ke sana. Wah… sensasi
senang namun takut yang melanda begitu besar menyertaiku setiap harinya. Satu hal yang pasti,
sejak MPLS hingga akhirnya aku lulus dari SMAku, aku bisa memastikan untuk diriku sendiri
bahwa masa SMA begitu amat menyeangkan dengan segala permasalahan dan keambiguan
hidup tapi di SMA lah kenangan itu terpaku dengan kuat seakan akan jika kuingat kembali ke
masa itu seperti video lama yang sedang diputar dalam proyektor. Begitu nyata dan kurindukan.
Seingatku dulu saat bertemu Anggia, dia memang anak yang baik yang selalu
tersenyum, ada energy baik disekelilingnya, dia berani jalan kemana mana sendirian, ramah
dan supel. Tak banyak hal yang kuingat setelahnya, karena kami tidak sekelas dan malah letak
kelas kami cukup berjauhan. Aku di kelas 10 ipa 5 berada di gedung lain yang dihubungkan
dengan tangga diatas sebuah jalan umun sedangkan Anggia di kelas 10 ipa 7 berada dikawasan
gedung utama sekolah yang jaraknya tidak jauh dari lapangan. Jika bertemu kami hanya saling
menyapa, kadang mengobrol sebentar tentang pelajaran karena kebanyakan guru mata
pelajaran inti kami berbeda, tentang ekskul masing masing, atau hanya gossip ringan yang ada
di sekolah, tidak pernah ada deeptalk atau semacamnya.
Saat kelas 10, kelasku dan kelas Anggia mengalami konflik yang cukup pelik. Terkait
lomba cabaret pada acara Pensi tahunan sekolah, acara yang sangat meriah selama dua hari
berturut-turut, dengan panggung yang megah dan soundsystem professional. Saat itu kelasku
memenangkan lomba cabaret juara ke dua, kelas Anggia juara pertama atau ketiga dengan satu
kelas lagi ipa 3. Menurut kelas Anggia ipa 7, kelasku sudah dengan curang menampilkan
cabaret hasil plagiyat dan sebenarnya tidak menerima juara apa apa, mendengar tuduhan
tersebut anak kelasku ipa 5 tidak bisa tinggal diam dan merasa jengkel dengan apa yang mereka
sampaikan. Terlebih lagi aku ikut membuat naskah tersebut dan juga punya permasalahan
internal tersendiri saat persiapan pensi tersebut berlangsung. Dan karena itu terjadilah konflik
anatar kelasku dan kelas Anggia dan yang menggelitik adalah Anggia seperti tidak peduli
dengan persoalan itu, ia tidak ikut ikutan kesal dan adu mekanik dalam pertikaian tersebut,
baginya hal tersebut tidak menguntungkan dan merugikannya, tidak ada sendi kehidupannya
yang terganggu. Dari situ dapat terlihat dia tidak seperti anak cewek pada umumnya yang ikut
kesal dengan masalah orang lain, dia terlihat lebih focus dengan apa yang ada padanya, dengan
apa yang sedang iya kerjakan.
Waktu demi waktu berlalu tidak ush terlalu memusingkan permasalahan kelas kami,
karena seperti pada umumnya hal hal tersebut akan berlarut sampai lulus mungkin hingga tua
nanti. Dan tentu saja yang paling berpentolan di drama tersebut adalah anak anak hits dari tiap
kelas, aku dan anggia ? guru bk, satpam sekolah, ibu ibu kantin belum tentu kenal dengan kami.
Kami hanya anak anak yang terkenal dalam lingkungan kami sendiri Anggia di ekskul ITnya
dan aku dikalangan tukang sayur perumahan dan satpam komplek. Akhirnya kami beranjak ke
kelas 12, pada waktu itu jarak kelasku dan anggia sudah tidak jauh kelas kami hanya
terpisahkan oleh kelas ipa 6 yang berada ditengah. Sejak saat itu belum banyak topic obrolan
anatara aku dan Anggia, hanya saja kami berdua jadi lebih sering bertemu entah saat papasan
di lorong kelas atau saat hendak ke wc melewati kelas Anggia aku selalu melihatnya duduk
dibarisan paling depan di pojok ruangan. Atau saat ia ingin menuju perpus, dengan membawa
buku tulis dan kotak pensil hanya sendirian.
Tak banyak gossip atau berita tentang Anggia semasa sekolah wlaupun menurutku saat
SMA anggia murid yang cukup pintar dengan logika yang jalan. Ia mengambil pelajaran Fisika
untuk pilihan UN yang menurtuku adalah pilihan yang berani. Sejak masa persiapan UN dan
Seleksi masuk kampus kami jadi lebih sering bertemu di perpusatakaan, untuk belajar ? tentu
saja untuk bergosip. Kami membagi waktu kami untuk belajar, menganalisis perilaku manusia
dari kakak kelas yang masuk ptn mana saja dan jurusan apa saja, kisah cinta orang orang yang
kami kenal, permsalahan dengan orang yang sama dan sama sama membuat kesal, serta
keresahan kami setelah lulus SMA.
Waktu berjalan dengan begitu cepatnya, menyeret kami pada rentetan realita yang ada,
banyak kenyataan pahit yang harus kami telan. Dimulai UN dibatalkan karena terjadi Pandemi
virus korona, semua sekolah ditutup, tempat umu, tempat hiburan 100% di tutup, pergerakan
dibatasi dengan ketat, protocol kesehatan menjadi hal massif utama. Terlepas dari kepahitan
yang dialami datu dunia, dunia kami berdua juga memiliki kepahitannya tersndiri, karena aku
sangat mengetahui kepahitan yang aku rasa, jadi akan aku ceritakan nanti. Karena ini perihal
Anggia, orang yang lambat laun telah berbaik hati menjadi teman sejati.
Mei 2020, aku dan anggia resmi dinyatakan lulus dari SMA kami, SMAN 1 Cibadak.
Kami tengah di hadapi pada serentet realita sebagi “orang dewasa” setelah lulus SMA, tidak
masuk snmptn atau gagal pada snmptn. Anggia tuh ingin sekali masuk ke ITB jurusan
Manajemen/SBM sepertinya orang tuanya tidak mengizinkan entah karena alasan apa. Waktu
itu aku tidak tahu persis apa ketakutan yang mengintainya menjelang utbk, apakah jika lolos
dan dinyatakan masuk ITB ia diperbolehkan ngekost di bandung sendirian ? atau masalah biaya
? Anggia adalah anak kedua dari 5 bersaudara, satu kakak laki-lakinya kala itu masih berkuliah
di UMMI Sukabumi, satu adik laki-lakinya masih di psantren dan dua adiknya masih SD.
Seingatku masa atau zaman yang ia suka adalah masa masa SMP, tidak seperti aku yang sangat
menyukai masa SMA. Saat SMP keluarga anggai mengelola beberapa bisnis, dapat dikatakan
masa itu beban ekonomi mereka tidak seberat setelah masalah melanda bisnis kelaurganya,
kalau tidak salah ingat ada bisnis tahu bulat yang tidak berjalan baik, memang di tahun tahun
kami SMP 2017-2019 sedang marak yang berjualan tahu bulat dengan mobil pickup
mengelilingi sukabumi, tidak satu atau dua mobil dalam setiap area tapi puluhan jumlahnya.
Namun, sejak SMA yang ku tau keluarganya mengelola toko helm. Ibu dan ayahnya adalah
orang tua yang ramah, anggia sanagat mirip ibunya, sejujurnya bisa dibilang dia cantik, tinggi
kami sepantaran dan dapat diaktegorikan perempuan yang tinggi, kulitnya putih, suaranya dan
tata bicaranya baik, dia sangat menyayangi kedua orangtuanya. Tidak ada celah dalam dirinya.
Waktu menjelang UTBK ada pembiacaran anatara aku dan Anggia, aku berencana utbk
di bogor di ipb kampus dramaga bersama asipa, anggia masih mengkhawatirkan
keberangkatannya waktu itu dan seingatku akhirnya dia berangkat dengan ibunya menaiki kol
mini. Dari situ aku salut pada ibunya, rela mengantar anaknya pergi ke kota sebelah demi ujian,
hal yang sangat manis. Setelah melewati waktu yang Panjang sampai tiba saatnya pengumuman
kelolosan, akhirnya hari yang penuh haru biru itu tiba. Tidak ada yang lolos antara kami berdua,
bukan aku, bukan juga Anggia. Tidak ada yang pergi ke luar kota untuk merantau, kami
pontang panting dengan perasaan yang sedih berharap aktu bisa diulang Kembali dan
mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik baiknya. Namun apa mau dikata inilah takdir,
Allah tidak memberika apa yang diinginkan melainkan hal terbaik yang dibutuhkan.
Anggia tidak butuh kuliah ke Bandung di salah satu PTN andalan negeri ini untuk jadi
besar dan istimewa, cukup disisi keluarganya dan dalam jangkauan PTS dalam kota ia merekah
menjadi setangkai mawar merah yang pancarannya amat kuat, bukan Bandung hanya kota kecil
kami dengan beragam cerita didalamnya sudah cukup membuat teman biasaku itu menjadi
salah satu orang yang penting dalam hidup. Sebuah kisah klasik dimulai.
Setelah banya berfikir akhirnya Anggia melanjutkan pendidikannya ke salah satu
Universitas swasta dalam kota, dikota kami tercinta, kota kecil dengan segudang cerita, Nusa
Putra University, terdengar seperti nama kampus pada sinetron-sinetron Indonesia yang meiliki
pentolan anak hits kaya raya dan ada anak gadis cupu dan miskin namun super pintar yang
mendapatkan beasiswa hingga dapat berkuliah disana. Tidak, tentu saja realita tidak seklasik
itu, tidak seperti sinetron. Kehidupan yang sesungguhnya jauh lebih pelik, lebih penuh drama
lagi. Berbeda dari jurusan keinginannya di ITB, amggia urung dalam niatnya dengan jurusan
bisnis dan memilih jurusan Teknik Informatika, kebanyakan pembelajaran seputar dunia digital
dan pengkodean. Perkuliahan berjalan begitu saja, banyak yang terjadi, kadang kami bercerita
setiap penggalan kisah dalam hidup kami setiap hari namun ada kalanya kami sibuk dengan
rutinitas sehari-hari dan berkomunikasi jika perlu saja. Namun akhirnya aku mendengar lagi
kabar dari Anggia berita yang ditunggu tunggu untuk anak anak yang tidak punya kehidupan
asmara sejak dahulu kali seperti kami, Anggia punya gebetan. Sebenarnya ada banyak kisah
dari Gebetan-gebetan Anggia ini, berikut daftar ceritanya :
1. Ketua kelas, orang yang dekat dengan Anggia pertama kali. Entah bagaimana
menceritakannya karena sudah cukup lama cerita ini tidak diungkit Kembali,
namun sosok ketua kelas yang naksir Anggia memiliki kesamaan dengannya yaitu
punya jiwa kepemimpinan yang kuat. Namun pada akhir cerita jiwa
kepemimpinannya tidak berkembang baik dan membuat mereka berkonflik.
2. Inisial “F” atau “P” entah mana yang benar, sudah cukup lama juga wajar bila aku
lupa, orangnya clingy. Blak blakan namun tidak berakhir Bersama.
3. Selanjutnya ada banyak orang yang aku lupa siapa saja, Aanggia sepertinya
berencana membuka peternakan buaya dengan para lelaki naas itu dan setelah
diingat Kembali pengalaman percintaan kami berdua sama sama nihil tapi saat
memasuki bangku kuliah entah kenapa banyak pria yang medekatinya.
4. Lanjut pada The legend of The Story inisial R1, Kenapa R1 ? karena akan ada
banyak huruf R setelah ini. R1, Kating Anggia, satu jurusan dan satu himpunan lupa
bagimana mereka saling mengenal dan akhirnya Bersama untuk sesaat. Yang
kuingat dari cerita ini adalah split bill setiap mereka berdua jalan karena anggia
tidak ingin di cap matre dan tidak enak dengan si R1, lalu hubungannya tidak
berjalan baik. Terkesan seperti anggia merasa insecure dan mungkin merasa bahwa
pria ini akan cepat pergi darinya ? dan benar saja setelah kedekatan mereka
berkurang karena miss komunikasi atau pengertian tak lama kemudian R1 jadian
dengan teman Anggia sendiri. Sebuah drama baru tercipta, Ketika banyak orang
mulai mengetahui kedekatan anggia dengan R1, temannya sendiri malah
menikungnya dari belakang. Tragis. Patah hati yang memilukan tercipta dari
insiden ini.
5. Inisial “A”, entah sebelum atau sesudah dari R1, anggia menerima ajakan A untuk
berpacaran, mungkin temanku ini penasaran bagimana rasanya berpacaran dan
terjadilah pacarana 3x24 jam seperti tamu wajib lapor. Hanya tiga hari mereka
berpacaran dan akhirnya putus. Sungguh gabut.
6. Inisial R2, seperti yang kita semua telah ketahui Bersama bahwa KKN adalah
simulasi berumah tangga, di pedesaan yang jauh ditengah hutan dan laut Pelabuhan
Ratu ada seorang lelaki yang menarik perhatiannya, sayang dia sudah punya pacar
meski demikian mereka masih menjadi teman yang akrab. Setelah itu, muncullah
R2, tidak ada angin, tidak ada hujan mereka sama sama menjadi dekat dan memulai
membnagun hubungan roamtis yang samar dengan bumbu orang ketiga yang dapat
disebut sebagai mbak gatel. Kisah mereka bertiga paling legend menurutku, saat
KKN dan setelahnya. Pada akhirnya R2 bukan rumah untuk menetap lebih lama,
hanya tempat bersinggah saat deru ombak begitu kenacang menerpa batu karang
hati Anggia. Mereka tidak Bersama.
7. R3, selain R2 yang berada dalam lokasi KKN tersebut ada R3 orang yang dengan
cepat an sigap memantapkan hati melangkah mendapatkan Anggia. Drama
sesungguhnya dimulai (capek gw ceritanya blm ada hasil akhir ini).
8. Terakhir walaupun paling pertama, inisial D, kakak kelas kami di SMA, teman
Angkasa. Sama seperti bagaimana aku menyukai angkasa, anggia pun begitu
terhadap D, namun lebih baik. Mereka berkomunikasi dalam waktu yang Panjang
meski tidak berujung Bersama ataupun pernah memiliki cerita indah. Cerita
favoritku adalah D, yang juga mengingatkanku pada Angkasa.

Sebenarnya banyak hal menarik darin kehidupan Anggia, bukan hanya


percintaannya, keluarganya yang baik dan ramah sangat hangat bagiku, adik
adiknya yang baik dan terlihat lebih cantik dan tampan, perjuanggnya dalam
menghadapi banyak masalah dan persoalan hidup, ketabahan dan ketegarannya,
semua energi baik yang ada padanya. Semangat dan pesonanya yang membuat
anggia menjadi sosoknya yang sekarang, anggia adalah anggia.
(sebenernya banyak yang bisa diceritain tapi ilham menulis gw sudah pudar jkadi
sgitu aja deh)

Anda mungkin juga menyukai