Anda di halaman 1dari 4

AUTOBIOGRAFI

Nama : Rifalda

Alamat : desa potoya, kecamatan dolo, kabupaten sigi, Sulawesi Tengah

Kampus : Universitas Tadulako

Nama saya Rifalda biasanya akrab dipanggil alda. Saya lahir pada 19 Agustus 2002 desa
kota pulu. Saya anak kedua dari tiga bersaudara, tiga bersaudara tapi hanya saya yang
dipercayakan untuk melanjutkan pendidikan sampai kuliah. Saya dari keluarga yang sederhana,
orang tua saya sudah menginjak usia yang cukup tua, ibu saya bekerja sebagai pedagang sayur
dipasar sedangkan bapak saya bekerja sebagai seorang petani.

Disaat saya masih sangat kecil orang tua saya yang bekerja hanya bapak sebagai seorang
petani, ekonomi saat itu sangatlah sulit membuat bapak saya bekerja dengan sangat kerasnya
untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi sebagai seorang petani tidak selamanya
menuai hasil yang diinginkan, suatu hari bapak mengalami gagal panen dan membuat bapak dan
ibu sedih, makanan yang kami komsumsi pun hanya ikan kering, kesulitan itu semakin
mendalam dan membuat ibu memutuskan untuk membantu bapak dengan berjualan sayur-sayur
dari kebun bapak.

Ibu awalnya sangat sulit beradaptasi dipasaran karena kita dari kampung yang tidak
begitu bersosialisasi dengan orang lain, tetapi dengan niat yang baik akhirnya ibu betah berjualan
sayur-sayuran dipasar walaupun banyak omongan-omongan yang tidak baik dari tetangga tetapi
ibu tidak memperdulikannya. Saat ekonomi sudah sedikit membaik bapak membangun rumah
yang agak besar dari papan, rumah kami tidak begitu nyaman menurut orang lain karna terik
matahari yang muncul melalui cela cela papan dan bocor diberbagai tempat akan tetapi kami
tetap mensyukuri karena masih ada tempat untuk tidur walaupun kepanasan dan kehujanan karna
bocor.

Saat saya beranjak dewasa ibu dan bapak pindah desa yang kami tempati sekarang,
rumah dibangun tepat samping rumah nenek, hari-hari baik dilewati tetapi suatu hari keluarga
kami mengalami ekonomi yang sangat sulit, untuk membeli beras saja tidak ada hanya diberi
oleh kakek jika tidak sengaja melihat tempat beras kami, sepatu yang kaka saya pakai saat
sekolah sudah sobek-sebek tetapi karena tidak ada biaya untuk menggantinya dengan yang baru
kaka saya tetap memakainya sesekali memakai sendal kalau sobeknya sudah semakin parah.

Hari demi hari kesulitan ibu dan bapak timbul dan tenggelam, usia saya pun sudah masuk
6 tahun dan mulai masuk kejenjang sekolah dasar, saat memasuki sekolah saya selalu
dimasakkan bekal oleh ibu karena saat itu tidak cukup uang untuk di bawah kesekolah, saya pun
hanya memakan bekal itu yang sesekali dibelanjakan oleh teman saya, suatu hari saya dimarah
oleh bapak karena selalu dibelanjakan oleh teman saya disekolah kata bapak “bapak memang
tidak bisa memberikan uang lebih padamu tapi kamu juga tidak boleh terus menerus
dibelanjakan oleh orang lain, apa kata orang tuanya nanti, bapak tidak mau kamu menjadi anak
yang meminta-minta” sepanjang bapak berbicara saya menangis tersedu-sedu, mengingat
ekonomi kami sangat sulit menjadikan saya memilih untuk meminta dan menerima apabila ada
teman yang mau membelanjakan saya. Setelah menyadari perbuatanku saya lebih fokus belajar
setelahnya, waktu sd saya sangat berprestasi selalu mendapat juara mulai dari 3, 2, dan 1,
prestasi saya diakui ketika naik kelas 4 saya mendapatkan juara 1 berturut-turut sampai kelas 6
sd, saya juga sering mengikuti lomba disekolah juga pernah mengikuti olimpiade mipa.

Usia saya semakin bertambah dan saya sudah masuk sekolah smp yaitu smp negri 2 sigi,
disekolah itu saya terkenal pendiam tapi diakui berprestasi, guru-gur banyak menceritakan saya
karena kepintaran yang saya punya, tapi pintar tidak diimbangi dengan ekonomi yang memadai
membuat saya minder jika harus bergaul dengan teman-teman sekolah saya, satu hari saya tidak
bisa membayar uang kelas karena tidak diberi jajan karena ekonomi saat itu sangat sulit, hal
inilah yang membuat teman-teman saya banyak yang menjauh, mendekat hanya untuk belajar
saja. Tetapi karena adanya bantuan dari sekolah untuk ekonomi lemah membuat saya sedikit
lebih bersosialisasi, fyi sya bukan tidak bersyukur hanya saja saya juga hanya seorang manusia
yang tidak sanggup apabila setiap saat diolok-olok teman.

Saat saya masuk ke jenjang sekolah menengat atas biaya sekolah saya semakin banyak
mulai dari bayar uang pakaian, uang komite dan kebutuhan membeli peralatan sekolah. Disaat
orang-orang membawa uang saku banyak saya hanya membawa uang seadanya dengan bekal
yang selalu kubawa. Saya sering minder jika bertemu dengan teman-teman disekolah karna
waktu itu sepatu saya sudah sangat rusak tapi karena uang tidak cukup untuk mengganti saya
tetap memakainya. Kesulitan yang saya rasakan benar-benar membuat saya terpuruk, melihat
kedua orang tua yang biasa bertengkar karena masalah ekonomi semakin membuat saya
terpuruk.

Karena tidak ingin seperti itu terus saya berusaha untuk sekolah sambil jualan melalui hp,
dengan menjuak kembali dari agen kedua membuat jualan itu semaki mahal, tapi ada saja yang
mau untuk beli, dengan keuntungan itu sedikit meringakan saya, setiap hari uang yang saya dapat
atau uang saku saya mulai tabung untuk membeli keperluan yang saya butuhkan. Suatu hari saya
berhenti berjualan karena tidak ada yang mau membeli, kesulitan itu menghampiri kembali tapi
dengan izin allah rezeki dari hasil tani bapak menuai hasil yang baik.

Tahun 2020 saya lulus dari SMA negri 2 sigi, setelah kelulusan itu saya dipercayakan
untuk mendaftar kuliah sesuai yang saya inginkan, saya juga mendaftar kip-kuliah yang berharap
hal itu bisa mengurangi beban kedua orang tua saya. Pengumuman tiba dan saya lulus melalui
SNMPTN saya begitu bersyukur karena diterima di (pendidikan guru sekolah dasar) akan tetapi
kebahagiaan itu bersifat sementara karena saya tidak lulus kip-kuliah, hal inilah yang membuat
saya berfikir keras apakah harus lanjut dengan biaya yang banyak atau tidak lanjut berkuliah.
Dengan bantuan dan nasehat kedua orang tua, saya memutuskan untuk lanjut berkuliah dengan
biaya sendiri.

Awal kuliah itu secara online dan hal itu membuat ibu dan bapak bersyukur karena tidak
mengeluarkan biaya lebih hanya membelikan pulsa paket saja. Suatu hari saya pamit kerumah
teman untuk mengurus beasiswa yang ingin saya ikuti, saya kerja dirumah teman karena belum
mempunyai laptop, saya selesai dan pulang larut malam membuat ibu saya sangat khawatir. Dan
besoknya ibu saya memutuskan meminjam uang untuk bisa membelikan saya laptop, hal itu
membuat saya sangat terharu perjuangan orang tua memang selalu nyata. Saya pun pergi
membeli laptop bekas bersama bapak, sepulang dari sana ibu sangat senang karena saya tidak
lagi keluar dan pulang larut malam untuk mengurus tugas kuliah dirumah teman.

Setelah menempuh dua tahun pada pendidikan guru sekolah dasar di UNTAD, saya
sangat mempunyai keinginan untuk masuk keorganisasi kampus hanya saja biaya untuk pergi
kampus yang membuat saya mengurungkan niat bergabung dalam organisasi kampus. Saya tidak
seperti mahasiswa lainnya yang memilih untuk mengekos, karena kekhawatiran dan biaya yang
tidak cukup membuat saya harus menempuh perjalanan dari rumah (kecamatan dolo desa
potoya) menuju kekampus hal inilah yang membuat saya jarang aktif dikampus juga biasa datang
terlambat masuk kelas.

Karena saya suka bergabung dalam organisasi maka saya memilih masuk kedalam
organisasi desa yang tidak memakan biaya tempuh yang banyak, lain dari itu saya juga kesulitan
dalam membayar uang kuliah karena orang tua saya hanya seorang petani yang biasanya gagal
panen dan berakhir harus meminjam pada keluarga lain.

Kebutuhan lain yang tidak dapat saya penuhi yaitu membeli buku-buku kuliah dan
beberapa refrensi buku lainnya, untuk dari itu saya sangat menaruh harapan pada beasiswa
kitasobi ini agar bisa membantu meringankan beban orang tua saya, selain itu dengan bantuan
dana ini bisa membantu saya menabung mengenai biaya penyusunan skripsi akhir di masa
mendatang. Harapan saya sangat besar, dan semoga bisa terwujudkan.

Anda mungkin juga menyukai