Anda di halaman 1dari 6

PETUALANGAN SI MANGGIS DARI KAMPUNG JERUK

Disebuah desa dan keluarga yang sederhana saya dilahirkan namaku Lesman saya
dilahirkan di Muntei tanggal 19 Desember 1985 . Saya merupakan anak kedua dari delapan
bersaudara dari bapak Yohanes dan ibu Veronika . Bapakku seorang petani dan ibu seorang
ibu rumah tangga kami hidup sangat sederhana ,walaupun bapak petani beliau sangat disiplin
dalam mendidik anak . Kedua orang tua adalah sosok yang menjadi teladan dalam
perjuangkan pendidikan keluarga kami.

Mengawali pendidikan, saya bersekolah di SD Negeri 17 Muntei dan menamatkannya


pada tahun 1997. Sekolah saya tidak berada di kampung tapi berada di kampung sebelah
yang jaraknya 1 Kilo Meter dari kampung. Setiap pagi saya kesekolah dengan berjalan kaki
dengan melewati hutan dan rawa. Ada yang sedih yang tidak bisa saya lupakan saya
kesekolah dengan kaki telanjang tidak punya sandal dan sepatu ditengah teman-teman yang
lain sudah memiliki itu semua, kesekolah dengan baju yang tidak di gosok dan celana
seragam yang sudah ditempel karena robek. Tetapi dibalik kenangan yang sedih ada cerita
yang menyenangkan yang tidak bisa saya lupakan ketika pulang sekolah bersama teman-
teman mencari buah sagu untuk dimakan. Dengan kondisi ekonomi yang amat sederhana
orang tua tak pernah putus asa dalam berjuang banting tulang demi pendidikan anak-anaknya.

Setelah menamatkan SD yang penuh cerita lika likunya, saya melanjutkan pendidikan
ke SMP yos sudarso II Muara Siberut dan saya tinggal di asrama didekat sekolah. Perjuangan
tidak berhenti saya didik di asrama dengan peraturan dan displin yang tinggi. Tetapi yang
tidak bisa saya lupakan adalah sarapan paginya 2 biji pisang dengan makan siang sagu yang
dimasak di kuali. Dengan kondisi serba kecukupan saya masih tetap berjuang menyelesaikan
sekolah SMP meskipun pada saat itu saya tidak bisa mengambil ijazah karena uang asrama
dan uang sekolah belum dibayar. Akhirnya orang tua yang penuh semangat berjuang tak kena
lelah demi pendidikan anak-anaknya berusaha mencari solusi, apa yang di berikan pada saat
itu adalah buah kelapa, tepung sagu dan beberapa ekor ayam pengganti uang. Dengan hati
bahagia sayapun mendapatkan ijazah SMP.
Perjuangan tidak selesai disitu saya melanjutkan pendidikan di SMA 1 Siberut selatan
pada tahun 2000 dan saya tinggal dirumah bersama orang tua. Sekolah saya dengan rumah
berjarak 7 Kilo Meter saya berjalan kaki setiap hari kesekolah dan menempuh jalan setapak
yang dikelilingi oleh hutan dan perkebunan. Dengan bekal kedisplinan di pendidikan SMP
dan di Asrama waktu SMP saya menjalani hari-hari sekolah di SMA dengan penuh
perjuangan dan semangat. Perjuangan tidak mengkhianati hasil berkat kebiasaan displin
waktu pendidikan di SMP saya mendapatkan juara kelas dari kelas satu sampai saya tamat.
Karena saya tahu kondisi ekonomi orang tua saat itu masih secukupnya maka saat
memutuskan untuk mencari kerja untuk menabung demi kelanjutan pendidikan. Sepulang
sekolah saya bekerja mengolah tanah menjadi batu bata, rutinitas ini saya lakukan selama dua
tahun di tengah teman-teman yang lain lagi asyik bermain.

Masa SMA sudah selesai ijazah sudah ditangan pada waktu itu pada tahun 2003
pendaftaran untuk masuk perguruan tinggi sudah mulai. Saya dihadapkan pada dilema antara
kuliah atau tidak kuliah karena pada saat itu kondisi ekonomi keluarga yang boleh dikata jauh
lebih dari kata cukup bahkan untuk kebutuhan sehari-hari pun orang tua harus banting tulang
bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga, sebab pada saat itu orang tua hanya
mengandalkan hasil ladang. Kemauan dan tekad yang kuatlah yang membuat saya
memutuskan untuk melanjutkan perkuliahan meskipun pada saat itu biaya kuliah dari orang
tua belum terkumpul. Dengan modal tekad yang kuat saya berlayar kepadang dengan
menggunakan kapal kayu dan menjadi pengalamam pertama saya berlayar dilaut dengan
ombak yang sangat besar.

Hari sudah subuh seketika saya tersentak dari tidur dengan sedikit pusing saya melirik
jam tangan saya, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 wib saya melayangkan pandangan
keluar kapal disitulah pengalaman pertama saya melihat sudah banyak lampu gemerlapan
dari kejauhan menandakan tempat tujuan saya untuk menimba ilmu sudah dekat.

Perjuangan baru dimulai tanpa orang tua menemani, sedih rasanya meninggalkan
orangtua tetapi itu diabaikan yang ada dalam pikiran saya adalah bagaimana bisa beradaptasi
dengan kehidupan kota, kota yang baru dijejaki. Di padang saya tinggal bersama abang di
komplek kampus PGSD UNP bandar buat. Berselang beberapa hari karena waktu pendaftaran
sudah dibuka saya mendaftar kuliah mengikuti tes jalur SPMB dan tempat ujian saya di
kampus Limau Manis UNAND, ada yang menarik untuk diingat kala itu ketika pergi ujian
karena arah jalan tidak tahu saya minta tolong ke Satpam PGSD untuk diantar kelokasi ujian,
beliau sangat baik sekali mengantar saya sampai dilokasi ujian dan saya meminta beliau
untuk kembali menjemput. Ujian sudah selesai saya sudah menunggu lama jemputan tak
kunjung datang, dengan perasaan yang cemas saya memberanikan diri mencari jalan pulang,
saya mengikuti orang dan bertanya akhirnya saya sampai juga di kost. Setelah saya ketemu
dengan beliau itu saya bertanya kok tega sekali bapak tidak menjemput saya? Jawab bapak
itu dengan senyum yang tipis, itu saya sengaja supaya kamu bisa belajar beradaptasi dengan
kota. Rupanya betul, setelah kejadian itu saya lebih tahu dan berani untuk bepergian kemana-
mana.

Pengumuman hasil ujian SPMB telah keluar pagi itu saya buru-buru mencari koran
ditepi jalan untuk melihat nama-nama yang lolos nasib berkata lain hasilnya belum sesuai
dengan harapan tapi saya tidak putus asa. Keesokan harinya saya kembali mencari kampus
untuk bisa diterima dan saya kali mencoba di STKIP PGRI PADANG setelah saya mendaftar
saya langsung diterima tanpa TEST karena nilai raport saya bagus dan saya mengambil
jurusan biologi. Namun karena hati ini masih penasaran dengan kampus negeri di UNP saya
mencoba untuk mengikuti test non reguler yang diadakan masing-masing fakultas. Pertama
saya mendaftar di FMIPA mengambil jurusan fisika dan kimia namun hasilnya tidak lulus.
Kedua saya mendaftar di FIS mengambil jurusan ekonomi dan geografi, setelah melihat
pengumuman rupanya saya lulus dipilihan kedua yaitu geografi. Kini saya dihadapkan pada
dua pilihan yang harus saya putuskan dimana tempat saya untuk menimba ilmu dibangku
perkulihaan, setelah cukup lama mempertimbangkan saya memutus memilih Geografi di
UNP dengan alasan perguruan tinggi negeri dan biaya kuliah yang lebih sedikit rendah dari
pada di STKIP PGRI Padang, namun pilihan itu tidak sepenuhnya jurusan yang menjadi
minat saya, sebenarnya jurusan yang menjadi minat saya ketika itu jurusan kimia dan jurusan
fisika karena waktu SMA jurusan saya IPA. Dengan perasaan setengah hati dan cemas saya
mencoba memotivasi diri saya untuk mengambil jurusan geografi dan mengikuti segala
proses mulai dari MOS, perkenalan kampus dan mengikuti perlahan-lahan kegiatan
perkuliahan serta beradaptasi dengan seluruh teman-teman dan Civitas Akademika. Setelah
satu tahun menjalani perkuliahaan di jurusan geografi rasa cemas dan ragu-ragu yang dulu
menyelimuti hati kini berubah menjadi rasa cinta dan saya merasa berada dalam satu
keluarga.

Dalam mencapai impian tidaklah seperti membalikkan telapak tangan dibutuhkan


perjuangan yang sangat keras agar apa yang dicita-cita bisa menuju keberhasilan. Hal itulah
yang saya alami dalam menjalani 4 tahun setengah kuliah banyak tantangan. Tantangan
terberat yang saya alami adalah masalah biaya hidup dan biaya kuliah. Perekonomian orang
tua yang sangat minim saat itu menuntut saya berhemat demi terpenuhinya kebutuhan selama
kuliah mulai dari mencari kost yang paling murah sampai membeli beras dengan harga yang
termurah. Waktu kuliah saya jauh dari kata mewah kiriman uang dari orang tua bahkan tidak
cukup untuk kebutuhan kuliah dan kebutuhan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari saya meminta kepada orang tua agar dikirimkan pisang dan keladi untuk
menghemat uang yang dikirim supaya kebutuhan kuliah dapat terpenuhi.

Akhirnya berkat perjuangan dan kerja keras saya serta dukungan dan doa kedua orang
tua, saya berada pada titik yang sangat berbahagia yakni saya bisa menyelesaikan Skripsi
saya dan mengikuti ujian Skripsi dengan hasil yang Sangat Memuaskan dan pada tanggal 28
Maret 2008 saya diwisuda, saya ajak semua orang-orang yang saya kasihi untuk dapat hadir
pada hari yang berbahagia itu. Momen yang tidak bisa saya lupakan dan akan selalu
dikenang sepanjang masa melihat kedua orang menangis haru melihat anaknya diwisuda
terpancar diwajah mereka kebahagian terhadap pencapaian itu karena hal yang paling indah
adalah melihat orang-orang yang kita cintai bahagia. Serasa ingin berteriak sekeras-kerasnya
untuk melepas dahaga kebahagian dan meluapkan emosi kesenangan bercampur aduk
menjadi rasa syukur yang tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan
yang berbahagia itu. Acara wisuda selesai saya membawa keluarga jalan-jalan melihat kota
padang karena orang tua juga momen pertamanya melihat kota padang meskipun mereka
pusing naik mobil karena tidak terbiasa maklum dari kampung tetapi nampak jelas mereka
sangat bahagia. Terima kasih Tuhan atas cinta dan kasih yang sangat besar saya dan keluarga
sampai pada momen yang sangat berbahgia ini.

Perjuangan tidak selesai disini, pengabdian dan karya saya ditunggu oleh masyarakat.
Pada saat itu bulan depan setelah wisuda yakni bulan April saya sudah kembali ke Mentawai
dan saya pun bergerak cepat mengajukan lamaran kesekolah tempat saya berjuang dulu yakni
SMA Negeri Siberut Selatan. Saya bertemu dengan kepala sekolah bapak Agus Sidik
Pramono, S.P.d saya menyampaikan lamaran kerja dan saya diterima menjadi guru honor
geografi karena saat itu guru geografi tidak ada, adapun yang mengajar pada saat itu bukan
dari bidang geografi. Saya menjadi guru honor di SMA Negeri 1 Siberut Selatan Selama 3
tahun, meskipun gaji yang saya terima sedikit tapi pengabdian dan semangat saya dalam
mengajar peserta didik tidak pernah surut, saya memberikan yang terbaik buat peserta didik
demi kemajuan pendidikan di Kepulauan Mentawai.
Tidak ada keberhasilan tanpa pengorbanan, tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan
pepatah ini yang cocok disematkan kepada saya karena didalam mencapai keberhasilan selalu
ada saja tantang yang dihadapi. Tahun 2008 dibuka pendaftaran CPNS di kepulauan
Mentawai berkebetulan formasi guru geografi yang keluar sangat banyak sekali dan salah
satu Formasinya dibuka di SMA Negeri 1 Siberut selatan. Saya mengikuti ujian CPNS
perdana namun nasib berkata lain keberuntungan belum berpihak kepada saya. Namun
pengalaman mengikuti tes kali ini merupakan pengalaman yang tidak bisa saya lupakan
karena nilai saya hanya berbeda 1 angka dengan saingan saya, pengumuman waktu itu akhir
bulan desember merupakan kado Natal dan Tahun Baru yang pahit waktu kala itu, saya tidak
berhenti memikirkannya, saya putus asa, kecewa dan sedih. Tetapi saya refleksi diri bangkit
dan tetap berjuang pada kesempatan berikutnya. Pada tahun 2009 pendaftaran dibuka kembali
tapi kali ini formasi geografi hanya 1 di SMA Negeri 1 Sioban sempat ragu untuk ikut
mendaftar karena peluang untuk lolos sangat tipis sekali namun saya yakinkan diri dan
akhirnya saya putuskan untuk ikut dan hasilnya lagi-lagi saya tidak lolos. Pada tahun 2010
pendaftaran CPNS dibuka kembali kali ini Formasi Geografi ada 1 di sekolah tempat saya
honor. Kesempatan itu tidak disia-siakan saya mempersiapkan diri untuk belajar, membahas
soal CPNS , membeli buku Pembahasan soal CPNS, saya berlatih membahas soal-soal, dan
berdiskusi dengan teman. Waktu tes satu hari lagi saya berangkat duluan dengan transportasi
speed boat menuju tempat ujian di Kecamatan Siberut Barat Daya Peipei dan saya
menompang meniinap dirumah warga. Kini saatnya ujian saya persiapkan diri berdoa kepada
Tuhan agar perjuangan saya diberkati dan semuanya berjalan dengan lancar sampai ujian
selesai. Usaha tidak mengkhianati Hasil begitulah gambaran perjuangan saya, pada tanggal
pengumuman hasil ujian saya buru-buru mencari sinyal dan saya membuka portal koran
Puailiggoubat dan mencari pengumuman test CPNS, saya baca satu persatu dan pada saat
melihat nama saya LULUS air mata ini tak terbendung keluar karena penantian selama ini di
impikan dapat terwujud, sungguh momen yang tidak bisa saya lupakan.

Tantangan yang diberikan Tuhan kepada saya pada hari-hari yang lalu ternyata baru
saya sadari Tuhan mempunyai rencana yang sangat indah buat saya. Andai kata saya lulus
ditempat atau disekolah lain saya tidak bisa bertemu dengan belahan jiwa atau jodoh saya.
‘Jodoh tak akan kemana, tak akan lari gunung dikejar’ benar kata pepatah itu rupanya jodoh
saya ada selama ini bersama-sama dengan saya sebagai tenaga pengajar di SMA Negeri 1
Siberut Selatan guru Teknologi Informatika Ruth Elfrida Sagurung yang berasal dari
Kecamata Siberut Utara. Pada bulan Oktober keluarga si Manggis melamarnya dan pada
tanggal 8 Januari 2012 kami melangsungkan pernikahan didepan Gereja, Pastor, dan seluruh
masyarakat di kampung Jeruk. Sungguh kebahagiaan tiada tara dan sujud syukur yang sangat
mendalam terimakasih Tuhan Engkau beri aku rezeki dan jodoh pada saat yang bersamaan. Si
Manggis pun kini merajut rumah tangga kecil sampai pada saat ini Tahun 2004 dan di
karuniai anak pertama Callysta Natania Salakkopak kelas 5 SD Santa Maria, anak kedua
Adeline Bellvania Salakkopak kelas 2 SD Santa Maria dan anak Ketiga Cressensia Listy
Salakkopak sekolah PAUD.

Alkisah si manggis dari kampung jeruk sampai disini dulu, perjuangan dan pengabdian
masih terus berlanjut untuk membangun insan pendidikan dan generasi penerus bangsa di
Kepulauan Mentawai. Kisahku si Manggis berasal dari sukuku dalam bahasa mentawai
Salakkopak dan kampung jeruk berasal dari nama kampungku dalam bahasa mentawai
Muntei, muntei adalah sejenis buah dari bangsa jeruk. Syukur kepada Tuhan tak henti-
hentinya semoga menjadi inspirasi kehidupan yang positif. Salam sejaterah untuk kita semua,
‘syalom’.

Anda mungkin juga menyukai