Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL DATA DIRI

Nama saya Moh. Arik Ardianta. Saya lahir di Sidoarjo pada 27 Mei 1998. Saya
sekarang tinggal di Sragen. Saya pindah dari Sidoarjo ke sragen ketika saya masih
berumur 5 tahun. Sragen merupakan sebuah kabupaten paling timur dari Provinsi
Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Alamat
rumah saya di RT 07/02 Dusun Joho, Desa Pandak, Kecamatan Sidoharjo,
Kabupaten Sragen. Mayoritas penduduk di desa saya adalah petani dan pedagang
termasuk orang tua saya. Saya merupakan anak dari pasangan suami istri yang
menikah pada tahun 1997. Ayah saya bernama Alex Sudarsono yang lahir pada
04-05-1971. Sedangkan Ibu saya bernama Sukati yang lahir pada 16-01-1978.
Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara yang semuanya adalah laki-
laki. Adik laki-laki saya bernama Aldi Fahrul Hidayatulloh yang masih kelas 4 di
SD Negeri Pandak 1 Sragen.
Ayah saya menikah pada umur 26 tahun, sedangkan Ibu saya masih berusia
19 tahun. Keluarga saya bukan merupakan keluarga yang mempunyai latar
pendidikan tinggi, seperti Ayah dan Ibu saya yang tidak tamat Sekolah Dasar.
Kondisi ekonomi yang sederhana dengan pekerjaan ayah yang hanya sebagai
pedagang keliling, baik itu sayuran maupun bahan makananpun pernah dicoba
oleh ayah saya untuk berdagang keliling di Sragen. Sedangkan Ibu saya hanya
sebagai petani penggarap sawah orang lain yang di upah berupa gabah yang tidak
menentu setiap ada panggilan saja. Pendapat Orang tua saya sebagai pedagang dan
petani tidak menentu, namun jika keseluruhan pendapatan orangtua saya di gabung
tidak sampai Rp. 1.300.000 perbulan. Kondisi musim dan harga pasar yang tidak
menentu menyebabkan komoditas bahan makanan untuk dijual dan komoditas
padi yang ada di pasar tidak stabil, hal ini berpengaruh pada hasil penjualan yang
tidak menentu setiap harinya. Dalam memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari
seringkali keluarga saya hanya memanfaatkan hasil pertanian dan perkebunan di
sekitar rumah.
Saya adalah anak yang ingin meningkatkan derajat kesejahteraan keluarga
yang selalu berusaha terus belajar dengan sungguh-sungguh. Proses pembelajaran
saya tidak dimulai dari PAUD ataupun Taman Kanak-Kanak tetapi langsung
masuk Sekolah Dasar, tepatnya SD Negeri Pandak 1. Tanpa PAUD atau Taman
Kanak-kanak tidak menghalangi saya untuk berprestasi, terbukti saya seringkali
menempati peringkat pertama dari kelas satu sampai kelas enam. Setelah
menyelesaikan studi Sekolah Dasar, saya melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama. Awalnya ingin masuk ke Sekolah Menengah Pertama favorit tetapi
karena jaraknya yang jauh menyebabkan orang tua saya tidak setuju. Akhirnya,

1
saya melanjutkan studi di Madrasah Tsanawiyah terdekat yang jaraknya sekitar 6
km dari rumah yaitu MTs Negeri 1 Sragen. Saya pergi ke sekolah menaiki sepeda
warisan saudara laki-laki saya sebelumnya. Sekolah Menengah Pertama yang
bukan favorit dan fasilitas seadanya, tidak menjadikan saya putus harapan karena
saya memiliki motto hidup "Dimanapun kaki berpijak, di situ prestasi menjulang".
Saya melanjutkan sekolah di jenjang lebih tinggi, Sekolah Menengah Atas
tepatnya MA Negeri 1 Sragen. Saya dari kecil hanya belajar dilingkungan pondok
yang membuat saya selalu ditempatkan oleh orangtua saya di sekolah yang
berhubungan dengan Agama, hal itu membuat diri saya lebih memahami apa arti
ilmu dalam kehidupan ini. Saat di MAN barulah saya mulai tertarik mengenahi
organisasi. Saat itulah saya mengikuti beberapa organisasi yang membuat saya
berfikir bahwa kenapa tidak dari dulu saya mengikuti kegiatan-kegiatan yang
mengasah pikiran, tenaga baik secara individu dan kelompok seperti berorganisasi.
Saya mengikuti organisasi berupa Dewan Ambalan, Rohis dan OSIS. Karena
ketertarikan saya yang besar terhadap organisasi pada saat di MAN, sayapun
mencoba untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS pada waktu itu. Setelah
pemilihan berlangsung ternyata saya belum beruntung untuk memimpin OSIS di
MAN 1 Sragen, karena tidak ada pengalaman berorganisasi sebelumnya maka saya
kalah dengan lawan calon lain beberapa poin saja. Hal ini tidak membuat saya
untuk berhenti berorganisi, justru malah membuat saya semangat untuk
berorganisasi. Karena saya hanya terpilih sebagai wakil ketua OSIS maka sayalah
yang ditugasi oleh ketua saya memimpin rapat pada saat ada proker yang akan
dikerjakan.
Di lingkungan masyarakat sendiri sayapun aktif mengikuti perkumpulan
santri baik alumni pondok maupun masyarakat biasa yang dikenal dengan nama
ISLAH (Ikatan Santri Lauchurrohmah) dari saat Sekolah Menengah Pertama
sampai sekarang. Kegiatan pemuda tersebut tidak jauh seperti perkumpulan
Karang Taruna biasa, namun lebih menekankan pada kegiatan yang Agamis
seperti acara rutinan Berzanji hari kamis, Istighosah Rotibul Haddad, Perayaan
Maulid Nabi, Isro Miraj, kegiatan saat Ramadhan, Hari Raya, dsb. Sayapun juga
mengikuti Karang Taruna di desa sampai sekarang yang bernama Jaya Taruna.
Disitulah saya sebagai alumni pondok mengabdikan diri serta mengaplikasikan
ilmu yang saya peroleh dari guru-guru besar saya.
Sekolah Menengah Atas merupakan tempat tersulit untuk menentukan masa
depan saya. Fasilitas seadanya seperti tidak memiliki laptop menjadi tantangan
tersendiri bagi saya agar dapat bersaing dengan siswa yang lain. Kemudian, kelas
3 semester 2 saya dihadapkan pada 2 pilihan yang berat, antara kuliah atau tidak

2
kuliah, dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba seadanya maka timbulah rasa
pesimis akibat tidak memiliki biaya. Namun dengan musyawarah keluarga, saya
diperbolehkan kuliah dengan syarat harus bersungguh-sungguh. Saat itu saya
diprioritaskan oleh orangtua saya untuk mencoba masuk Perguruan Tinggi
Kedinasan agar biaya kuliah nantinya gratis. Saat itu ternyata saya belum
beruntung untuk kuliah di kedinasan. Tanpa patah semangat sayapun mencoba
mendaftar PTN melalui SNMPTN yang merupakan pendaftaran tanpa tes, saya
berdoa agar bisa lolos SNMPTN karena nilai-nilai saya yang lumayan bagus dan
merupakan paralel 3 besar pada saat di MAN. Saya sangat bersyukur karena doa
saya di ijabah oleh Allah SWT, dan ternyata saya diterima di Universitas Negeri
Semarang jurusan Teknik Kimia, walaupun UNNES awalnya bukanlah tujuan
pertama saya namun saya beruntung masih bisa kuliah dengan orang-orang yang
hebat di kampus UNNES ini.
Hari demi hari saya menempuh pendidikan di UNNES sampai saat ini maka
hal lain yang saya lakukan selain belajar adalah berjualan es lilin di FT, hal ini
untuk membantu biaya saya dalam mencukupi kebutuhan sehari hari. Selain
berjualan sayapun juga mengikuti organisasi di FT yaitu Enerc, disitulah saya
belajar menjadi pengusaha karena saya masuk dalam Entrepreneurship
Development, saya sangat bahagia bisa kuliah di UNNES walaupun bermasalah
pada biaya, saya tetap akan berusaha sekeras mungkin untuk membantu
meringankan beban oragtua untuk membayar UKT maupun uang saku untuk
kebutuhan saya sehari-hari. Saya yakin apa yang saya lakukan sekarang kelak akan
membuahkan hasil yang manis, karena hasil tidak akan membohongi sebuah
proses. Satu hal yang masih membuat saya sedih adalah masalah UKT. Walaupun
saya diterima dijurusan Teknik Kimia Universitas Negeri Semarang saya
mendapat UKT yang tinggi sebesar Rp 4.400.000. itu adalah suatu hal yang sangat
miris untuk tingkat ekonomi seperti keluarga saya. Beruntungnya, saya memiliki
pahlawan seperti orangtua saya yang rela membanting tulang, kepala jadi kaki,
kaki jadi kepala yang selalu mensuport saya untuk tetap berkuliah.
Agar mengurangi beban biaya, saya mencari beasiswa termasuk dari
RUMAH AMAL LAZIS UNNES. Program ini sangat saya apresiasi karena dilihat
dari manfaatnya yang luar biasa ke depannya dalam meringankan pembayaran
UKT saya. Banyak mahasiswa Fakultas Teknik yang ingin mendapat beasiswa
untuk meringankan biaya UKT. Saya merupakan salah satu mahasiswa yang ingin
berprestasi namun terkendala biaya. Saya yakin apabila RUMAH AMAL LAZIS
UNNES memilih saya, itu akan menjadi sebuah tindakan yang tepat karena
seringkali beasiswa didapatkan oleh orang yang tidak sesuai dengan keadaan
keluarganya. Dari perkenalan yang telah saya sampaikan, Semoga LAZIS dapat

3
menilai saya secara objektif. Apabila saya terpilih sebagai penerima penerima
beasiswa ini, saya akan memanfaatkannya secara maksimal untuk keperluan kuliah
serta untuk meningkatkan softskill saya ke depannya. Setelah lulus nanti saya akan
terjun langsung ke masyarakat bermodal ilmu terapan dari jurusan saya yaitu
Teknik Kimia. Nanti diharapkan masyarakat mampu lebih produktif dalam
mengolah bahan alam yang ada di Indonesia.
Demikian, sekilas informasi yang dapat saya sampaikan, apabila ada kata
yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Atas perhatian yang saudara berikan,
saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai