Anda di halaman 1dari 3

Aku, keluargaku dan Negara lima tahun yang akan datang

Aku bukan anak yang baik, bukan juga anak yang luar biasa. Aku hanya anak
biasa yang memiliki keberuntungan yang baik. Keluargaku biasa saja, seperti keluarga pada
umumnya ada waktu ketika kita berkumpul bersama disatu ruangan dan juga ada waktu ketika
kita focus dengan pekerjaan masing- masing. Keluargaku memiliki harapan yang tinggi padaku,
menjadi seorang anak yang berhasil dan dapat membantu mereka dikemudian hari. Tentu itu
terasa berat. aku bukan anak pertama, aku memiliki seorang kakak yang sudah hidup terpisah. Ia
menikah ditengah studi nya, mengambil cuti sejenak untuk mengurus kisahnya. Akupun sedang
dalam studiku sekarang, ketika aku memilih untuk melanjutkan jenjang pendidikanku ada
wejangan yang terus menerus orang tuaku katakana padaku. “ jika memang kamu memilih
melanjutkan pendidikanmu, selesaikan. jangan melihat jalan lain, “. Tentu ada alasan di balik
semua wejangan yang orang tuaku berikan, mereka takut, takut aku akan mengikuti jalan yang
pernah anak pertamanya lewati. Tak masalah, toh kakaku akhirnya menyelesaikan studinya
walaupun sudah memiliki keluarga bahkan dengan gelar cumlaude membuktikan ia masih
memiliki semangat belajar yang tinggi.

Perbedaan umur aku dan kakakku yang cukup jauh membuat interaksi kami
sedikit terhambat, pemikiranku yang masih terkadang kekanak - kanak an dan pemikiran
kakakku yang sudah dewasa menjadi pembicaraan yang tak menemukan titik temu. Aku dan dia
juga sudah terbiasa terpisah jauh, bahkan sejak ia berada di tingkat sekolah menengah atas kami
sudah terpisah jarak. Ia bersekolah di SMK kota B, sedangkan aku tinggal bersama orang tuaku
di kota A. Menempuh dunia perkuliahan pun jarak kami semakin jauh.

Sejauh ini, selama hampir satu semester aku masih terombang – ambing di jalan
yang sama. Aku masih kebingungan dengan dunia baru yang kujalani, masih meraba – raba
langkah yang harus kulalui. Tak apa, ini masih awal, melangkah perlahan dan bertahap. Aku
sering mendengar bahwa dunia perkuliahan adalah tempat kamu mencari banyak relasi,
pengalaman dan hidup. Teman yang banyak itu perlu tapi jangan terlalu mempercayai mereka,
beberapa wejangan yang kubaca dari kakak – kakak semester akhir di social media bergambar
burung gendut berwarna biru. Sayangnya sulit untukku beradaptasi dengan cepat, aku bukan
orang yang mudah menemukan topik pembicaraan, bukan juga orang yang banyak bicara. Untuk
saat ini jika aku diberi pilihan untuk berdiam diri dirumah atau pergi keluar, aku masih akan
memilih untuk berdiam diri dirumah seharian.

Sejujurnya menjadi sepertiku ini tidak menyenangkan, temanku tak banyak aku
juga tidak terlalu mengetahui dunia luar seperti apa. Hanya bagian kecil yang aku tahu tentang
dunia luar, aku terlalu asik dengan duniaku, berada di zona nyaman tanpa terusik sedikitpun.
Kuharap suatu saat aku bisa berubah, menjadi lebih baik lagi. Menjadi seseorang yang bisa
membuat orang lain nyaman, membuat obrolan dengan banyak orang dan lebih mengenal seperti
apa sebenarnya dunia luar. Sampai saat ini teman yang kumiliki bisa dihitung jari, sebenarnya
ada rasa senang ketika ada seseorang menyapaku ketika tak sengaja bertemu dijalan. Aku ingat
saat masih SMA, ketika aku berjalan sendirian dilorong kelas ketika istirahat berlangsung ada
adik kelas yang menyapaku dengan ramah aku sedikit terkejut dan hanya menjawab “ oh iya “
sambil tersenyum canggung. Interaksi antara aku dan adik kelas tersebut tak terlalu dekat, hanya
sekadar kenal dan tau nama masing – masing itupun karena kita di satu organisasi akademik
yang sama. Aku berharap semakin baik kedepannya.

Impianku sekarang mengikuti jurusan perkuliahanku, menjadi seorang petani


modern dan menjadi role model bagi para petani di desaku. Aku ingat ketika memberikan alasan
kepada salah satu dosen mengapa aku masuk jurusan agroteknologi, aku dengan percaya dirinya
mengatakan “ aku ingin memberikan solusi pada pertanian di desa ku, mengapa hasil panen
mereka bisa berbeda dengan wilayah tempat tinggalku “ semakin kesini alasanku berada di
jurusan ini semakin bertambah. Aku ingin belajar banyak hal di sini, kemudian aku akan
membuat perubahan besar didesaku suatu hari nanti, membuat pertanian di desa padaringan
meningkat dan terus meningkat. Lima tahun lagi, aku harap bisa membuat perubahan besar itu,
berharap dengan perubahan tersebut bisa membantu meningkatkan ekonomi masyarakat disana.

Desa padaringan masuk kedalam kecamatan purwadadi kabupaten ciamis,


kecamatan ini menjadi lumbung padi bagi kabupaten Ciamis. Sama dengan kabupaten tempatku
tinggal, kabupaten Indramayu menjadi lumbung padi bagi provinsi jawa barat. Namun ada
perbedaan yang cukup besar dalam produksi padi diantara keduanya, jika didesa padaringan luas
sawah 170 bata atau 2380 m2 hanya menghasilkan kurang lebih 3 kwintal hasil panen sedangkan
jika di desa tulungagung yang berada di kabupaten indramayu lahan persawahan 100 bata atau
1400 m2 dapat menghasilkan kurang lebih 1 ton hasil panen.
Perbedaan tersebut membuatku ingin mengatasi masalah tersebut, jika sekarang
aku hanya bisa bertanya – tanya tanpa bisa bertindak. Kuharap 5 tahun lagi aku bisa langsung
turun bertindak, bersama – sama dengan masyarakat sekitar mengatasi permasalahn tersebut.
Bayangkan, dengan hasil panen yang sekarang saja kecamatanku bisa menjadi lumbung padi
untuk kabuptennya, bagaimana jika hasil panen di desa padaringan sama dengan hasil panen
desa tulungagung? Mungkin bisa menjadi lumbung padi untuk provinsi Jawa barat bersama
dengan kabupaten Indramayu.

Anda mungkin juga menyukai