Anda di halaman 1dari 3

Diriku

Tanggal 9 Februari tahun 2006 Lahirlah dua bayi kembar berjenis kelamin
perempuan di Pasuruan tepatnya di Rs Aisyiah Pandaan, itulah aku dan saudariku. Halo
kenalin namaku Fifi atau lebih lengkapnya Syafiratul Mukarromah Arifin dan nama
kembaranku Syarifatul Mukarromah Arifin atau bisa disapa Fafa, aku merupakan anak ke
empat dari lima bersaudara, aku memiliki tiga kakak dan satu adik yang hanya terpaut
umur 1 tahun. Aku lahir di keluarga yang bisa dibilang keluarga “harmonis” dan “cukup”
atau mungkin tercukupi? Namun “cukup” bukan perihal tertang materi saja tetapi karena
suasana keadaan keluarga yang bisa dibilang cemara, ya aku sangat bersyukur akan hal
itu.

Cemara sering kali bersimbiolis sebagai kondisi yang sempurna, itu sempat ku
alami pada saat tujuh belas tahun yang lalu tetapi hal tersebut telah berhenti pada saat
ayahku meninggal dunia tepatnya pada hari minggu 20 Januari 2019 yang dimana saat itu
aku masih menduduki masa baju putih biru. Kejadian itu membuat dampak yang besar
bagiku, adanya perubahan yang sangat signifikan dari beberapa aspek. Seperti hilangnya
rasa “harmonis” di keluargaku, kata cemara sudah hampir tidak terasa bahkan hilang,
ekonomi yang mungkin membaik, dan permasalahan- permasalahan yang tidak bisa aku
jelaskan.

Adakala dunia memang nyatanya seperti ini, teringat peribahasa “Bukan


kemewahan, keluarga yang utuh jauh lebih membahagiakan.” Yang dimana itu sangat
relate pada diriku sendiri tanpa ayah keluargaku tak utuh, tanpa ayah keluargaku tidak
cemara, tanpa ayah aku tidak bahagia. Pada saat itu, aku merasa bahwa dunia ini tidak
adil, aku slalu berpikir kenapa yang diambil harus ayahku? Aku masih SMP kelas 1,
adekku masih SD kelas 6, ibuku berjuang sendiri dengan 5 anaknya, bertahun-tahun aku
beruasaha mengikhlaskan tapi tetap berat untukku seperti “Mengikhlaskan adalah puncak
tertinggi dari mencintai”. Ayahku merupakan sosok sebaik-baiknya laki-laki yang ada di
dunia, ayahku superhero-ku, Hebatnya ayahku beliau bisa ngelakuin apa saja buat
anaknya, ingat banget dulu waktu masih SD aku pulang sekolah lapar tetapi ibuku belum
pulang dari kantornya dan ayahku bawa nasi bungkus menyuruh aku untuk segera makan,
sedangkan beliau cuma melihat aku makan saja, ayahku bisa menjahit celanaku yang
sobek, ayahku bisa masak, apapun ayahku bisa.
Aku memang belum bisa mengiklaskan atas kepergiannya tapi aku juga tidak mau
terjebak dalam situasi yang menjebak ini. Maka, aku mengalihkan agar diriku bisa
bangkit dan keluar dari situasi yang kelam ini, sebagai bentuk wujud pelarianku aku
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas diriku agar ibuku dan
kakaku bisa bangga akan pecapaianku. Aku belajar dari malam hingga ke malam,
mengoptimalkan agar nilai tidak turun dan tetap stabil, mengikuti organisasi di sekolah,
ikut serta dalam lomba-lomba kepenulisan, mengikuti KSN kimia, tambahan bimbingan
belajar pagi sebelum jam sekolah lalu dilanjut bimbingan belajar sore dan malamnya aku
masih les privat. Semua itu memang cape tapi lebih cape jikalau aku menyerah duluan
tanpa adanya perjuangan. Atas usahaku, aku dapat membuahkan hasil yang sesuai
keinginanku, aku dapat menyelesaikan masa baju putih abu- abu selama 2 tahun, masuk
eligble dengan peringkat 11 di bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang sebenarnya aku
cukup tertekan mengingat lawanku untuk masuk eligible bukan lah teman sebayaku
melainkan adalah kakak kelas yang dimana mereka mungkin lebih siap daripada diriku
sendiri, lulus D1 prodistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan bisa menyelesaian
tugas akhir berbentuk aplikasi “Pembuatan Aplikasi Administrasi Koperasi Sekolah
“Arrohma” di MAN 1 Pasuruan Tahun 2022 dengan Menggunakan Microsoft Access
2019” merupakan sebuah judul tugas akhirku, dan sukur alhamdulilah aku bisa lolos di 2
Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Negeri Malang program studi S1 Pendidikan
Kimia dan Universitas Airlangga program studi S1 Kimia. Tentunya usaha tanpa doa
sama saja bohong maka dibalik itu semua ada ibuku yang sebagai sumber kekuatan karena
doa-doa yang beliau berikan, dan support-support dari orang terdekat.

Setelah melewati perjalanan hidup yang membolak-balikan hati, aku baru


meyadari bahwasannya dunia ini adil kok. Allah sudah mengatur jalan setiap hambanya
sebaik mungkin tinggal bagaimana cara kita menjalani dan menyikapinya. Setiap
peristiwa pasti ada hikmahnya dan kita tidak boleh berburuk sangka terlebih dahulu
kepada rencana Allah. Kesedihan, kekecewaan, kehancuran, dan kepedihan memang
boleh diluapkan tapi hal tersebut tidak boleh berlarut-larut. Kita bisa lewatin itu semua
tapi dengan syarat kita mau apa tidak? Jadi masa kelam jangan dijadikan sebuah patokan
untuk keberlangsungan hidup tetapi jadikanlah masa kelam sebagai motivasi diri untuk
menjadi lebih baik dan tentunya berdampak positif bagi orang orang di sekitar kita.
Syafiratul Mukarromah Arifin (230331608277)
Prodi S1 Pendidikan Kimia
Offering B
Kelompok Galium

Anda mungkin juga menyukai