Anda di halaman 1dari 3

TUGAS CERPEN BAB 4

Nama: Muhammad Azis Nursyawal


Kelas: XI-MIPA3

Arti Sebuah Kedewasaan


Perkenalkan, aku adalah seorang anak Sekolah Dasar yang hanya mengerti main-
main saja, tanpa memikirkan apa itu permasalahan hidup. Hidupku selalu memikirkan,
“bagaimana rasanya Ketika aku dewasa nanti? Apakah akan lebih menyenangkan?
Atau justru sebaliknya?”. Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang dibenakku Ketika aku
duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu aku memiliki prestasi yang sangat baik, aku
selalu ranking 1, dari aku kelas 1 hingga kelas 5. Aku mendapatkan beasiswa dan
membanggakan sekolah dengan berbagai prestasiku dibidang akademik dan non
akademik. Orang tuaku bangga akan apa yang telah aku raih, mereka tidak sia-sia
dalam mendidikku untuk menjadi siswa yang berprestasi dalam sekolah. Akupun
merasa Bahagia dan senang disaat itu, aku bangga memiliki kehidupan seperti ini,
hidupku tenang tanpa adanya cobaan dan rintangan dikala itu.
Aku bisa bermain Bersama teman-temanku dengan suka riang, bermain layaknya
anak kecil diluar sana dengan sangat Bahagia. Bercengkerama dengan mereka bermain
sepeda hingga layang-layang. Itu adalah kenangan-kenangan indah yang terukir dalam
hidupku, dimana aku dapat merasakan kebahagiaan yang embuatku selalu bersemangat
dalam belajar. Aku Ketika disekolah dasar adlaah anakk yang disiplin, tidak pernah
membolos, tidak pernah menyontek Ketika ulangan, dan berangkat dengan tepat waktu.
Semua itu kulakukan disetiap hari-hariku ini.
Pada saat aku telah naik dikelas 2 SD, Ketika menjalankan hari raya Idul Fitri.
Keluargaku mengalami musibah, yaitu kecelakaan mobil yang menimpa keluargaku.
Didalam mobil itu terdapat aku, kakakku, ayah dan ibuku yang ingin kembali lagi
pulang ke luar kota karena rumah kami pada saat itu diluar kota Pangkalan Bun.
Mobilku hancur, penyok diatap bagian supir tempat ayahku mengemudi. Ibuku
terpental hingga ke kursi belakang tempat aku dan kakakku duduk. Syukurnya,
walaupun kondisi mobil yang seperti itu ayahku dalam keadaan selamat karena
menggunakan sabuk pengaman. Namun.. Ibuku cidera ditanagn kanannya akibat
terpental kebelakang dan beberapa waktu tidak dapat menggunakan tangan kanannya.
Akibat dari kejadian itu, ibuku selalu sering sakit, ibuku tidak seperti dulu lagi yang
kuat dan dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan sendirinya. Disaat itu lah aku
mulai disuruh untuk belajar mandiri karena satu-satunya harapan keluargaku hanyalah
aku dan juga aku adalah anak laki-laki sendiri dalam keluargaku. Kakakku sedang
menimba ilmu dijawa sehingga ia tidak dapat membantu orang tuaku.
Setelah beberapa tahun dan sekian lamanya control ulai dari rumah sakit di
Pangkalan Bun dan ada juga Sebagian di Banjarmasin, namun tidak ada satupun yang
bisa menyembuhkan ibuku, sehingga orang tuaku memutuskan untuk pergi ke jawa
untuk konsul ke dokter di Solo, Jawa Tengah. Setelah diteliti, ternyata ibuku
mengalami hambatan di otak kecilnya. Sehingga membuat cairan otak kecil itu
tersumbat. Dan akhirnya dokter memutuskan untuk Tindakan operasi. Aku tidak dapat
membatntu apa-apa hanya dapat mengirimkan doa dan semangat, mengingat biaya
operas itupun juga tidak kecil. Walaupun itu ditanggung oleh BPJS, itupun hanya
membantu 50% dari biaya oprasi ibuku. Beberapakali ibuku dioperasi kala itu, aku
dititipkan kesana kemari, dirumah bibi, hingga ditempat tinggal teman ayahku, aku
tinggal seorang diri dengan orang yang mungkin mmenurutku asing bagiku, walaupun
mereka adalah teman ayahku namun tetap saja aku tidak boasa dengan suasana rumah
orang lain. Bayangkan saja umurku yang belum menyentuh kedewasaan harus dipaksa
untuk mandiri dan dapat berinteraksi dengan orang luar, hari demi hari kulewati, waktu
demi waktu tekah aku jalani, hiruk pikuk kehidupan yang sudah berlika-liku dan harus
bersabar disaat-saat seperti itu. Aku tidak memiliki lagi sandaran untuk bercurhat.
Karena aku masih kecil, tidak tau tentang cobaan hidup yang sebenarnya seperti apa.
Aku hanya bisa terdiam dan meratapi nasibku yang malang ini. Tanpa adanya semangat
dari orang tua yang jauh disana.
Hingga pada suatu hari aku pindah sekolah saat aku menduduki kelas 6 SD. Saat
itu aku pindah sekolah yang berada diluar desa. Saat itu mulai merasa kinerja belajarku
menurun. Aku mulai kehilangan daya tarik belajarku, entah mengapa hal itu terjadi. Aku
selalu merasakan perbedaan dalam diriku ini. Dikala teman-temanku bersenang-senang
menjalani masa kecilnya dan dapat bersenda gurau dengan orang tuanya. Tapi mengapa
aku tidak? Aku juga ingin merasakan apa itu kasih sayang orang tua, bagaimana rasanya
diberi semangat orang tua, dipuji ditimang, dan disayang-sayang oleh orang tua.
Aku merasa kehidupanku ini hanya kehidupan yang datar saja, tidak ada hal yang
mengesankan bagiku di dunia ini. Terlebih lagi dikala itu aku sulit untuk bersosialisasi
dengan teman-temanku setelah itu, lanjut aku naik ke jenjang Sekolah Menengah
Pertama. Di tingkat sekolah ini aku merasakan mulai adanya cobaan-cobaan yang
menghampiri diriku Ketika aku dibangku SMP. Mulai dari masalah sekolah, teman,
broken home, dan lainnya. Mungkin orang bertanya-tanya, “kamu perasaan saya selalu
senang dan happy-happy aja kok, kenapa bisa kamu kena masalah sebesar ini?”.
Mungkin pertanyaaan itu sering dilontarkan orang-orang sekitarku, dalam melewatinya.
Ketika mulai adanya pandemic covid-19 mulai melanda. Dan sekolah pun
diliburkan. Diditulah masalahku yang sebenarnya mulai bertambah, aku terkenap
penyakit mental yang Bernama anxiety disorder yaitu penyakit rasa takut yang
berlebihan. Sehingga membuat diriku makin tersiksa disaat itu aku yang ceria, mudah
bergurau, menjadi berubah 180 derajat menjadi orang yang pendiam, selalu bersedih dan
mudah tersinggung akibat menderita penyakit ini. Hingga akhirnya kami sekeluarga pun
tekonfirmasi terkena virus Covid-19 dan anehnya, disaat aku terkena penyakit itu aku
justru nerasa senang sekali. Karena memiliki pengalaman yang berbeda Ketika terkena
penyakit itu. Singkat cerita aku pun sembuh dari covid-19 ini. Lalu aku lulus SMP dan
kemudian melanjutkan sekolahku di SMAN 3PANGKALAN BUN.
Pada masa SMA ini, saat awal-awal masuk sekolah, aku masih merasa senang dan
memiliki banyak teman, teman dekat hingga memiliki relasi yang lumayan banyak,
pengalamam-pengalaman seperti dapat diterima di organisasi OSIS, mengikuti kemah
Besar Pramuka, diundang ke acara Produk makanan. Aku sangat merasa senang sekali
dapat diajak untuk mengikuti kegiatan tersebut. Aku senang dapat berada didalam
keadaan yang senang. Aku dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu menemani aku,
mengsupport aku dikala aku sedih dan menjadi teman curhatku, merekalah yang bisa
mengobatiku dikala aku terjatuh. Dan disaat oraang tuaku tidak dirumah, karena aku
tinggal sendiri dan ortu masih bekrja diluar kota, jadi aku hidup seorang diri dirumahku.
Hingga aku naik ke kelas 11. Disitulah mulai terjadi masalah-masalahku dalam
belajar, ataupun dalam organisasi sehingga nilaiku menurun.Banyak sekali musibah
yang mennmpaku entah itu dari internal maupun eksternal semuanya sama.Aku tetap
bernafas, meski sering terjatuh. Disaat aku merasa Bahagia rasa itu hanya sementara
saja, nanti pasti ada saja masalah yang muncul setelah aku merasa Bahagia nanti.
Mungkin ini adalah suatu cobaan ku untuk mencapai kedewasaan, diumur yang legal
ini, aku mulai sadar akan apa itu arti kehidupan. Tidak selamanya Bahagia itu dating
dan tidak selamanya pula rintangan itu datang. Namun aku selalu tabah dan ikhtiar,
berharap ada hikmah dibalik semuanya. Aku terus berdoa dan berusaha menyelesaikan
masalahku seorang diri walaupun sering terjatuh. Aku percaya bahawa pertolongan
Tuhan itu pasti ada dan akan membantuku kelak. Karena aku yakin bahwa Tuhan tidak
mungkin akan memberikan cobaan kepada melebihi dari batas kemampuan hambanya.
Dan aku berjanji akan terus menjaani hidup ini, pahit manisnya hidup akan terus aku
lewati dengan penuh kesabaran dan iklhas menjalaninya. Dan aku yakin akan ada
rencana baik Tuhan dibalik semua cobaan yang aku alami ini.

Anda mungkin juga menyukai