Anda di halaman 1dari 3

Hai , namaku Salsabila Indah Permata Sari,aku biasa dipanggil dengan nama Bila.

Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Adikku saat ini duduk di bangku kelas 5 SD. Ayahku
seorang guru olahraga dan ibuku seorang ibu rumah tangga. Kami bertempat tinggal di desa
Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Waktu itu Om saya terkena penyakit stroke, dan beliau setelah

Nah dari pengalamanku itulah aku bercita – cita untuk jadi orang kesehatan. Cita – cita
adalah impian dan harapan seseorang. Agar aku termotivasi untuk sikap perilaku dan
aktivitas yang kulakukan. Tak akan kubiarkan orang kusayang, seperti orang tua adik dan
saudara lainnya hidup tidak sehat. Aku memang masih SMP, belum tau ini itu penyakit apa.
Bagaimana ciri – cirinya, bagaiamana cara pengobatannya. Pengaruh lingkungan
dimasyarakat. Aku harus belajar itu, aku harus bisa. Aku berangan – angan bisa kerja di
rumah sakit. Menolong orang dengan mengobati, menyembuhkan. Tapi lebih baik dengan
mencegah penyakit itu datang. Pola hidup sehat memang susah, tapi setidaknya kita tau akan
hal yang baik untuk kesehatan. Berolahraga teratur, makan teratur 4 sehat 5 sempurna.

Saat ini aku berkuliah di salah satu universitas di Ponorogo – Jawa Timur. Aku akan
menceritakan kisah dan perjalanan ku saat mencari perguruan tinggi terbaik saat duduk di
bangku SMA agar aku bisa menggapai cita – cita yang aku inginkan. Oh iya lupa, untuk
ngejar cita – cita ku ini, aku dari kelas X sudah giat belajar agar masuk jurusan IPA saat kelas
XI nanti. Alhamdulillah terlaksana juga. Aku bersyukur step by step semuanya harus
terwujud. Aku yakin seperti yang pepatah bilang, dimana ada kemauan pasti disitu ada jalan.

Menjadi mahasiswi kesehatan di kampus yang indah, megah, favorit adalah keinginanku
sejak aku duduk di bangku SMA kelas XII. Lingkungan yang asri, hijau sejuk dipandang
mata. Setidaknya aku harus bisa belajar mandiri dan bisa tau gimana sih sebenernya tinggal
di kota orang. Ingin tau seperti apa kebudayaannya, aktifitas masyarakatnya. Sama apa tidak
kayak di Ponorogo yang kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai petani. Aku sempat ikut
les juga loh untuk persiapan testku. Waktu berputar hari pengumuman pun tiba, ah rasanya
dagdigdug tak karuan menanti waktu pengumuman. Aku sangat berharap dan sangat yakin
untuk bisa masuk kampus idaman. Dan bagaiamana hasilnya kawan? Apa prediksimu?
Apakah akan berhasil? Ataukah gagal? Mungkin jawabanmu benar kawan, aku gagal.
Kenyaataanya setelah aku melewati berbagai test untuk memenuhi syarat agar masuk ke
kampus yang aku inginkan hasilnya cukup mengecewakan hati ku. Tidak hanya 1 kampus
bergengsi, aku sudah coba 3 kampus tapi ya memang bukan rejeki ku. Aku harus menerima
bahwa takdirku tidak berpihak di kampus yang suasananya aku impikan selama ini demi cita
– cita ku. Hidup tidak selamanya mulus, sesuai dengan keinginan kita. Begitu juga dengan
hidupku, ada masa dimana aku merasa tak adil dengan nasib yang kualami. Awalnya aku iri
dengan teman – temanku. Mereka yang kerjaannya cuma main, jarang belajar, malah ketrima
di kampus yag mereka inginkan. Entah faktor ajimumpung, atau karena mereka anak orang
berada. Entahlah ,,, Banyak teman yang mencoba menghubungiku namun aku abaikan.
Kegagalan adalah kunci sukses masa depan. Bagaimana kita bisa berfikir dewasa kalau cuma
gagal sekali aja kita menyerah. Aku harus semangat, aku harus bisa mengejar cita – citaku.
Orang tuaku selalu memberi motivasi & dukungan. Banyak anak – anak lain yang ingin
kuliah, cuma karena keterbatasan biaya mereka memilih bekerja untuk melanjutkan hidup
dari pada harus meminta ke orang tua terus. Harusnya aku bersyukur, aku hidup dengan
orang tua yang berkecukupan. Orang tua pasti selalu mendukung untuk anaknya menggapai
cita – cita setinggi langit. Di sisi lain, memang orang tua ku tidak memperbolehkan kuliah
jauh dari daerah tempat ku tinggal sekarang. Mengapa demikian, namanya orang tua, mereka
khawatir apabila anaknya sakit. Ya jujur memang aku selama ini belum pernah tinggal sendiri
apalagi di luar kota dengan berbagai macam orang, dari berbagai daerah yang aku belum
kenal sama sekali. Apabila aku kuliah di Ponorogo, orang tua bisa kontrol setiap hari. Aku
pun kuliah bisa pulang pergi tidak perlu kos. Dari segi biaya pun lain juga. Pasti mahal kalau
aku jadi kuliah di luar kota. Bagaimana tidak, uang makan, kos, biaya semesteran pasti lain.
Kalau di Ponorogo, makan sama orang tua, tempat tinggal gak bayar, semesteran harusnya
lebih rendah dari kampus di kota besar. Sempat aku berfikir ikut jalur mandiri, dengan biaya
yang mahal sekali. Tapi buat apa aku egois, bukannya semua tempat perkuliahan sama saja.
Yang penting ilmunya dan ijasahnya. Lagian kalo aku memaksakan, bagaimana dengan orang
tuaku, mampu tidak mampu pasti mereka usahakan. Tapi aku takut membebani mereka, aku
takut apabila restu hanya setengah – setengah.

Aku mulai kisahku di Univeristas Muhammadiyah dari sini ya kawan, aku ingat waktu itu
hari sabtu. Bangun tidur, selepas sholat subuh aku rebahan lagi di kasur. Aku berfikir, mana
ya kampus di Ponorogo yang bagus, yang tidak kalah dengan kampus impianku di kota besar.
Aku buka hp, ku lihat google chrome, aku scrool dan kubandingkan mana review terbaik
untuk jurusan kesehatan yang aku cita – citakan. Alhasil, Universitas Muhamadiyah lah yang
aku pilih. Hari senin, aku minta temankan sepupuku untuk pergi kesana. Untuk tau berapa
besar biaya untuk masuk di kampus Universitas muhamadiyah. Dan akhirnya aku putuskan
untuk daftar S1 keperawatan di Univeristas muhamadiyah Ponorogo. Aku selesaikan
administrasi 15 hari setelahnya.

Universitas Muhamadiyah merupakan salah satu universitas swasta di Ponorogo - Jawa


Timur. Dalam lingkungan pendidikan Universitas Muhamadiyah sudah pasti menekankan
pada nilai – nilai islami dalam kehidupan sehari- hari. Universitas Muhamadiyah sudah
terkenal dimana – mana. Terkenal dengan pendidikan keislamannya dan juga prestasinya.
Dasar islmu islamnya sebagai tiang untuk membentuk mahasiswa mahasiswi yang memiliki
kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Tidak hanya fokus pada perkuliahan,
Universitas Muhamadiyah juga sudah banyak mengabdi kepada masyarakat. Kampusku ini
memiliki lingkungan yang hijau dan sudah cukup untuk mengurangi pemanasan global dan
bisa menjadi kampus yang kondusif untuk sarana belajar. Sebagian mahasiswa dapat
mengikuti olahraga di lapangan ada yang duduk dan berbincang di bawah pohon rindang.
Ada juga yang beribadah di masjid kampus yang terletak di pintu utama kampus. Ada juga
ruangan workshop untuk memenuhi perlengkapan atau penunjang saat proses belajar
pembelajaran berlangsung. Awal masuk kampus ini bisa juga disebut sebagai masa transisi,
yaitu dimana perubahan dari masa sekolah ke kuliah perlu dilakukan penyesuaian diri.
Biasanya ke sekolah dengan pakaian berseragam, sekarang memakai pakaian bebas. Dari
dulunya dipanggil siswi, sekarang menjadi mahasiswi. Dari dulunya kita manggil guru,
sekarang dosen.
Besar harapan ku berkuliah di Universitas Muhammadiyah ini. Aku harus menyerap ilmu
banyak, tidak hanya gelar sarjana saja. Mulai dari kegiatan apapun harus aku ikuti untuk
menunjang pengabdian ku ke masyarakat nantinya, setelah aku lulus dari Unmuh ini. Banyak
kulihat kakak – kakak kelas yang sudah bekerja di rumah sakit Ponorogo setelah lulus dari
sini. Ada juga yang lanjut kuliah S2 di kampus lain agar bisa jadi dosen dan mengabdi
dikampus Unmuh. Akupun harus demikian. Cita – cita yang kuimpikan selama ini harus bisa
tercapai untuk menjadi perawat.. Dan untuk kedepannya Universitas Muhammadiyah bisa
mencetak sumber daya manusia yang unggul & juga tenaga kesehatan yang provesional di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai