Anda di halaman 1dari 3

Ini Bukan Hal yang Menarik

Kisahku ini mungkin tidak menarik untuk dibaca. Tapi inilah kenyataannya, aku
harus menjalani dan melewati semua ini. Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Aku
harap kalian bisa memetik hal yang baik di cerita ini. Inilah kisahku.

Aku memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang kuliah. Aku ingin kuliah karena
aku ingin menunjukkan suatu saat nanti aku bisa jadi orang yang bermanfaat untuk
banyak orang dan bisa membahagiakan orang tua dan keluargaku. Seperti yang
disebutkan dalam hadits menuntut ilmu bahwa “menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim” (HR. Ibnu Majah). Maka dari itu aku mencari universitas yang cocok sesuai
dengan kemampuanku. Aku ingin kuliah di universitas yang ada di luar kota tempat aku
tinggal. Aku memilih antara kota Surabaya dan Malang. Aku sudah mencari banyak
informasi tentang universitas yang ada di kota Surabaya dan Malang. Aku menceritakan
niatku untuk melanjutkan kuliah di antara kota tersebut kepada orang tuaku. Aku
seketika kaget karena orang tuaku tiba – tiba menolak keputusanku. Alasan orang tuaku
menolaknya karena orang tuaku tidak ingin aku kuliah jauh – jauh. Mungkin karena
saudaraku sudah berumah tangga semua jadi tinggal aku yang bisa menemani orang
tuaku. Pastilah aku merasa agak kecewa dan sedih karena mereka tidak mendukung
keputusanku. Akhirnya aku mencari lagi universitas yang ada di kota Tulungagung. Dan
aku memutuskan dan memantapkan diri memilih Institut Agama Islam Negri (IAIN)
Tulungagung. Lalu aku juga mencari program studi yang cocok untuk aku. Berhubung
impianku menjadi pengusaha aku memilih untuk mengambil program studi manajemen
bisnis syariah sebagai pilihan pertamaku dan manajemen keuangan syariah sebagai
pilihan keduaku. Sebenarnya program studi itu tidak sinkron dengan jurusan SMA-ku
karena aku SMA mengambil jurusan IPA.

Aku tidak hanya mendaftar kuliah di IAIN Tulungagung aku juga mendaftar di
universitas lain. Dan berharap bisa diterima di IAIN Tulungagung. Aku memutuskan
untuk mengambil jalur SPAN-PTKIN dan segera mengisi data – data diri untuk jalur
SPAN-PTKIN.

Selang beberapa hari kemudian kami semua harus mengalami sebuah musibah
dimana aku dan semua anak sekolahan harus dipulangkan dikarenakan adanya wabah
covid-19. Kami tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi di hari – hari terakhir
kami selama SMA. Sebelumnya kami sangat disibukkan dengan kegiatan belajar dan
kami sudah menyiapkan diri untuk menjalankan ujian – ujian sekolah seperti Ujian
Nasional. Kami pastinya merasa sedih dan kecewa karena semua kegiatan harus
ditiadakan di masa terakhir kami belajar di sekolah. Dan kami sangat sedih karena kami
tidak sempat untuk menyampaikan salam perpisahan kita kepada guru, teman, dan adik
kelas. Kamipun tidak diperkenankan untuk bertemu karena pandemi ini belum juga
mereda. Aku harap setelah masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah
ditiadakan kami bisa bertemu lagi dan bernostalgia bersama.

Tibalah hari dimana pengumuman SPAN-PTKIN berlangsung. Akupun membuka


website SPAN-PTKIN dan aku segera memasukkan nomor peserta. Dan ternyata aku
harus meneruskan ke UM-PTKIN. Rasa kecewa pasti ada dan tentunya aku berusaha agar
lolos di jalur UM-PTKIN. Akupun segera memberitahu orang tuaku, mereka menasihatiku
agar tidak terlalu menyesalinya dan mereka mendukungku untuk terus semangat.
Setelah itu aku segera mendaftar untuk jalur UM-PTKIN, dan aku juga harus belajar
sendiri tanpa didampingi guru. Aku memilih program studi yang sama seperti jalur SPAN-
PTKIN yang lalu. Hari tes pun aku sudah lalui dan aku hanya tinggal menunggu hasil
pengumuman dengan banyak berdoa. Tibalah di hari pengumuman, dan ternyata aku
juga gagal di jalur UM-PTKIN. Disitulah aku merasa sangat sedih dan kacau. Aku pun
berpikir kalau aku melanjutkan jalur Mandiri di IAIN Tulungagung dan kalau nanti
ternyata aku gagal, aku harus bagaimana lagi. Dan akhirnya aku memutuskan untuk
mengambil jalur Mandiri di IAIN Tulungagung. Di jalur Mandiri ini aku mengambil pilihan
pertama di program studi yang sama pada pilihan pertamaku saat mengambil jalur
SPAN-PTKIN. Pada pilihan keduaku aku memilih program studi yang berbeda dengan
pilihanku sebelumnya, aku memilih program studi Tadris Biologi. Dan aku masih bisa
mengingat pelajaran biologi sewaktu aku SMA walaupun tak semua aku mengerti. Dan
juga dulu sebelum pandemi aku ingin memilih pelajaran peminatan biologi untuk Ujian
Nasional. Karena biologi tidak perlu banyak untuk menghitung. Tapi aku harus bertarung
dengan bahasa – bahasa asing atau bahasa ilmiah dari pelajaran biologi.

Di sela – sela waktu istirahatku setelah belajar aku pun mecari informasi
universitas yang masih membuka pendaftaran. Di hari sebelum mengerjakan tes jalur
Mandiri tak lupa aku meminta restu kepada semua teman, guru, keluarga, dan juga
orang tuaku. Mereka mendukungku dan mendoakan agar tes jalur Mandiri ini lancar.
Akhirnya aku selesai mengerjakan tes jalur Mandiri ini, walaupun soal – soalnya agak
sulit. Selagi menunggu hasil pengumuman aku terus berdoa agar aku bisa lolos di jalur
Mandiri ini. Hari pengumuman pun tiba, dan akhirnya aku lolos di program studi tadris
biologi. Walaupun aku masih berharap lolos di program studi pilihan pertamaku, tapi
aku harus tetap bersyukur karena aku bisa diterima di IAIN Tulungagung. Akupun segera
memberitahu orang tua, keluarga, teman – teman dan guru – guruku. Mereka
memberiku selamat dan memberiku dukungan semangat. Aku akan mencoba menjalani
bersama program studiku saat ini walaupun tidak ada niat ingin mengambil sebelumnya,
tapi aku sudah terlanjur diterima di tadris biologi. Aku harus menjalani semua dengan
segala tanggung jawab dan segala usahaku. Aku yakin bahwa selama aku berjuang
dengan baik tidak akan ada penyesalan suatu saat. Aku yakin itu.

Suatu saat aku merasa ingin menyerah karena aku berpikir ini semua yang aku
jalani ini sulit untukku. Dan aku harus berkutat dengan tugas – tugas yang lumayan
banyak. Disaat itu aku cerita kepada temanku tentang semua yang aku rasakan selama
ini. Dia menyemangati dan mendukungku bahwa aku bisa melewati semua ini. Karena ini
yang dirasakannya juga. Dia bilang aku tidak sendiri. Dia yakin kita pasti bisa bersama -
sama melewati semua ini. Kalau dia bisa yakin aku harus juga yakin.

Sekarang aku makin disibukkan dengan tugas – tugas yang menumpuk dan harus
aku kerjakan. Salah satunya cerita pendek tentang pengalamanku ini ternyata betapa
banyaknya rintangan yang aku hadapi. Aku yakin selama kita masih bisa berusaha pasti
ada harapan. Aku harap aku, kamu, kita, dan semua orang di dunia ini bisa meraih
harapan yang diinginkan. Aku yakin kamu bisa melewati semua ini. Kamu tidak sendiri
melewatinya kita bersama – sama untuk untuk membuktikan kata sukses itu nyata.

Anda mungkin juga menyukai