Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

AUTOBIOGRAFI

Oleh :
Jimmi Agato Manalu
20012010122

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
TAHUN AJARAN 2022/2023
Perjuangan Kuliah di Perguruan Tinggi Negeri

Perkenalkan nama saya Jimmi Agato Manalu. Lahir di Surabaya 4 juni 2001. Saya
dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga suku batak. Saya memiliki dua kakak perempuan
dan dua adik perempuan. Saya adalah anak laki satu-satunya dikeluarga tersebut, anak ke-3.
Didalam keluarga saya, pendidikan merupakan prioritas utama.
Saat ini, saya sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi, Univertsitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Saya melewati perjuangan yang sulit untuk
dapat berkuliah di universitas negeri. Akan tetapi, berkat dukungan yang diberikan oleh orang
tua, saudara, dan teman saya, saat ini saya dapat berkuliah diperguruan tinggi negeri.
Pada saat menempuh pendidikan SMA, saya tergolong murid yang kurang berprestasi
dan kurang aktif. Saya hanya belajar pada saat ujian akan berlangsung, hal tersebut biasa
disebut sistem kebut semalam (SKS). Prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik
tidak pernah saya miliki. Nilai saya dalam kelas pun dapat dikatakan hanya sebatas cukup.
Syukurlah, saya menjalani pendidikan SMA hanya tiga tahun lamanya atau dalam arti tepat
waktu tanpa pernah tertinggal kelas. Sewaktu SMA saya memiliki minat dalam bidang
matematika dan olahraga, seperti basket, sepak bola, dan badminton bahkan pada saat kelas
dua SMA saya sempat terpilih dalam tim basket untuk mengikuti kompetisi Honda DBL.
Akan tetapi, saya dan tim saya tidak meraih prestasi apapun saat itu.
Pada saat semester akhir di SMA, saya sadar bahwa saya harus sungguh-sungguh
dalam mempersiapkan diri dengan matang untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi
negeri (saat itu dikenal sebagai UTBK) yang waktunya saat itu tinggal empat bulan lagi
lamanya. Mungkin anda akan mengira bahwa dalam empat bulan tersebut saya akan belajar
berjam-jam setiap harinya, tidak anda salah. Faktanya, saya masih kesulitan membuka buku
untuk memulai belajar bahkan saya masih mudah tergoda ajakan untuk bermain saat itu.
Kesadaran tanpa tindakan nyata adalah kosong. Pada akhirnya, saya hanya belajar sungguh-
sungguh satu minggu sebelum ujian dan saya hanya mempelajari satu mata pelajaran yaitu
matematika dari lima mata pelajaran yang akan diuji, seperti biologi, kimia, fisika, dan
bahasa indonesia. Tidak tanggung-tanggung, pada saat pendaftaran, saya mendaftarkan kedua
pilihan saya—saat itu pendaftar diberi kesempatan untuk memilih dua universitas pilihan—
ke sepuluh besar universitas terbaik di Indonesia saat itu yaitu Universitas Brawijaya. Saat
itu, saya mengambil teknik sipil UB dan arsitektur UB karena saat itu saya merasa sedikit
memiliki minat dalam bidang bangunan.
Pada saat pengumuman hasil UTBK, hasilnya mudah sekali untuk ditebak. Seseorang
yang mempersiapkan diri hanya dalam satu minggu sebelum ujian tidak mungkin dapat
mengalahkan ratusan orang yang telah mempersiapkan diri berbulan-bulan sebelum ujian
dilaksanakan. Alhasil, saya tidak diterima disatu pun universitas maupun jurusan yang saya
pilih. Kelihatannya mengapa saya bisa tidak diterima disatu pun universitas bukan lagi
menjadi sebuah pertanyaan. Saya hanya dapat merasa bersalah dan sedih karena telah
mengecewakan harapan orang tua saya dan menurut saya hal tersebut merupakan tamparan
bagi diri saya untuk berubah. Bukannya dikucilkan atau dimarahi, keluarga saya bahkan
memberikan semangat dan masukan-masukan kepada saya untuk berubah dan tidak putus
semangat. Saya merasa sangat beruntung hidup ditengah-tengah keluarga yang mendukung
atau supportive.
Setelah kegagalan tersebut, kakak perempuan saya menyarankan saya untuk
menganggur satu tahun sambil mengikuti bimbingan belajar daripada memaksa diri untuk
berkuliah ditempat yang tidak diinginkan. Saya dan kedua orang tua saya setuju dengan
saran dari kakak perempuan saya. Alhasil, kakak saya menyarankan saya untuk mengikuti
bimbingan belajar yang bernama INTEN. Kakak saya percaya bahwa tempat tersebut
merupakan tempat yang baik untuk saya mempersiapkan diri mengikuti ujian seleksi
perguruan tinggi negeri tahun selanjutnya. Orang tua saya pun setuju dengan saran
tersebut dan membiaya bimbingan belajar saya.
Di INTEN, saya dikelilingi orang-orang dengan semangat belajar yang luar biasa
atau dapat disebut orang-orang ambisius. Mereka bahkan bisa menghabiskan waktunya
lebih lama di tempat bimbingan belajar untuk belajar daripada dirumahnya masing-masing.
Percaya atau tidak percaya, lingkungan dimana banyak orang yang memiliki ambisi besar
terhadap impiannya lama-lama memberi perubahan pada diri saya. Pada awal-awal
bimbingan belajar, setelah pulang dari bimbingan belajar, saya mulai membiasakan diri
untuk belajar setiap harinya pada malam hari. Selain itu, saya jadi lebih sering membuka
buku untuk mengerjakan tugas- tugas yang diberikan oleh bimbingan belajar tersebut. Pada
akhirnya, saya mulai mengikuti teman-teman bimbel saya untuk belajar bersama di tempat
bimbingan. Saya merasa bahwa lingkungan belajar saya dapat juga membantu saya untuk
semangat belajar. Berangkat bimbingan belajar pukul 7 pagi dan pulang pukul 8 malam
kemudian dilanjutkan belajar di rumah merupakan kebiasaan baru yang saya dapat pada
saat itu.
Setelah mulai sungguh-sungguh dalam belajar, saya menemukan diri saya memiliki
minat yang lebih di bidang bisnis daripada di bidang bangunan, seperti teknik sipil dan
arsitektur. Saya juga mulai menyadari bahwa diri saya kurang ada minat dan kemampuan
dalam jurusan IPA/Saintek sehingga saya berpikir untuk pindah jurusan IPS/Soshum
setelah mempelajari jurusan IPA/Saintek tiga bulan lamanya dari sepuluh bulan masa
sebelum ujian.
Merasa tertinggal dari teman-teman lainnya yang telah belajar IPS/Soshum dari
awal kegiatan bimbingan belajar dimulai dan hanya belajar ditempat bimbingan dirasa
kurang cukup, saya memutuskan untuk membeli platform bimbingan belajar online yaitu
Zenius untuk membantu saya mengejar ketertinggalan materi saat itu. Bukannya ingin
mempromosikan platform bimbingan belajar online ini, tetapi zenius inilah yang membuat
saya semakin menyukai belajar dan merasa ingin menguasai semua materi yang harus
dikejar. Bimbel INTEN, bimbel Zenius, dan belajar bersama dengan teman-teman di Inten
membuat saya benar-benar menghabiskan waktu saya hanya untuk belajar meskipun
terkadang saya istirahat sejenak pada hari sabtu.
Pada saat itu, karena semangat belajar saya yang meningkat, saya jadi termotivasi
untuk meraih kesempatan belajar di universitas terbaik di Indonesia saat itu yaitu
Universitas Indonesia. Saya berniat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi tersebut
melalui jalur mandiri Simak UI dan kebetulan saat itu universitas ini tidak memungut uang
pangkal. Saya jadi memiliki 3 pilihan universitas, satu melalui Simak UI dan dua melalui
UTBK. Pada saat pendaftaran UTBK, saya mendaftarkan pilihan pertama saya di prodi
ilmu administrasi bisnis Universitas Brawijaya dan prodi manajemen UPN Veteran Jawa
Timur. Universitas Indonesia merupakan prioritas utama saya kemudian diikuti UB dan
UPN.

Pengumuman hasil UTBK diumumkan terlebih dahulu sebelum pengumuman


Simak UI diumumkan. Saat itu saya sangat berharap dapat diterima di Universitas
Brawijaya sebagai jaga-jaga jika tidak diterima di UI. Alhasil, saya tidak diterima di UB
melainkan saya diterima di manajemen UPN Jatim. Hal tersebut membuat saya sedikit
tenang karena saya telah diterima di salah satu perguruan tinggi negeri. akan tetapi, saya
masih menaruh harapan tinggi pada hasil ujian Simak UI. Saya merasa peluang saya untuk
diterima di UI lumayan besar karena saya merasa telah mempersiapkan diri dengan matang
dan percaya diri saat mengerjakan ujian Simak UI. Hasil ujian Simak UI pun dimumkan.
Saya tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar di UI. Saya merasa sangat kecewa dan
lemas bahkan saya menangis sembari memandangi hasil ujian di depan laptop saya. Saya
hanya dapat menyesali masa tiga tahun di SMA yang tidak saya pergunakan belajar untuk
sungguh-sungguh. Saya merasa terlambat untuk memulai semua usaha saya. Pada
akhirnya, saya mencoba berdamai dengan masa lalu saya dan kemampuan diri saya yang
kurang untuk memasuki kedua universitas tersebut, yaitu UI dan UB. Akan tetapi, saya
bersyukur karena setidaknya saya dapat kuliah di perguruan tinggi negeri, yaitu UPN
Veteran Jawa Timur apalagi prodi manajemen UPN merupakan salah satu prodi unggulan
di UPN bahkan Jawa Timur. Selain itu, UPN diketahui sedang berkembang pesat kala itu.
Dengan diterimanya saya di UPN, saya merasa beban pikiran saya tentang masalah
perkuliahan berkurang sekaligus haltersebut menjadi kado ucapan terima kasih saya kepada
keluarga , bimbingan belajar, dan zenius yang sudah menukung dan merubah saya menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai