Anda di halaman 1dari 3

Mohammad Hikam Rofiqi

10010321020

Tanggal: 9 September 2021 [Diary ku kuliah di kampus teecinta UINSA]

Hari ini saya ingin merenung mengapa saya memilih untuk kuliah di UINSA (Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel) Surabaya. Pada tahun 2021 tepatnya tanggal 22 Maret tahun
2021, saya berhasil masuk ke UINSA melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) prodi Sosiologi. Alasan utama saya memilih jurusan Sosiologi
adalah karena pada saat itu sistem seleksi SNMPTN berdasarkan nilai raport, dan mata
pelajaran Sosiologi adalah mata pelajaran dengan nilai tertinggi bagi saya. Ini menjadi faktor
penentu mengapa saya memasuki jurusan ini, meskipun sebenarnya ketertarikan saya lebih
kuat pada jurusan Penjaskes.
Mengapa saya tidak mengikuti passion saya di bidang Penjaskes? Sebagai seorang
mahasiswa, saya menyadari bahwa pilihan yang saya buat saat itu didasarkan pada
kesempatan yang ada. Walaupun saya memiliki keinginan kuat untuk mengambil jurusan
Penjaskes, peluang untuk masuk ke UINSA Surabaya melalui SNMPTN dengan nilai
Sosiologi yang tinggi membuat saya memilih jurusan ini.
Selain itu, mengapa UINSA Surabaya? Salah satu alasan utama adalah karena pada saat
itu UINSA Surabaya tidak mau diduakan oleh kampus lain. Meskipun sebenarnya saya juga
bercita-cita untuk masuk ke Universitas Negeri Malang, peluang untuk masuk ke UINSA
Surabaya adalah kesempatan yang tidak bisa saya lewatkan.
Setelah berhasil lolos SNMPTN ke UINSA Surabaya, saya memutuskan untuk mencoba
peruntungan dengan mendaftar sebagai mahasiswa penerima KIP (Kartu Indonesia Pintar).
Melalui serangkaian seleksi ketat, akhirnya saya berhasil menjadi mahasiswa penerima KIP
dengan keuntungan biaya kuliah gratis selama 8 semester penuh.
Selama perjalanan kuliah saya di UINSA Surabaya, saya juga merasakan dampak positif
dari menjadi mahasiswa penerima KIP. Biaya kuliah yang gratis memberikan saya
kesempatan untuk lebih fokus pada pendidikan tanpa beban keuangan yang berlebihan. Ini
adalah anugerah yang sangat berarti bagi saya dan keluarga.
Beberapa semester kuliah berjalan dengan lancar, dan pada semester kedua, saya
memutuskan untuk mengambil langkah ekstra dengan berpartisipasi dalam lomba antar
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) tingkat nasional. Lomba ini diadakan di
Bandung dengan cabang olahraga pencak silat. Meskipun hasilnya tidak seperti yang
diharapkan, saya merasa sangat bangga karena telah mewakili kampus dalam kompetisi
tersebut.
Pada semester keempat, semangat kompetisi tidak surut, dan saya mengambil bagian
dalam Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi (POMPROV) di Jember, kembali dengan cabang
pencak silat. Meskipun hasilnya juga tidak memuaskan, pengalaman ini tetap berharga karena
saya bisa berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi.
Saat ini, saya berada di semester kelima, dan harapan saya adalah agar semester ini
berjalan dengan lancar seperti semester-semester sebelumnya. Ini adalah perjalanan
pendidikan saya yang penuh dengan tantangan dan peluang, dan saya berusaha untuk terus
memberikan yang terbaik.
Di UINSA, saya memutuskan untuk tidak mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
maupun Unit Kegiatan Khusus (UKK) sama sekali, termasuk himaprodi. Alasannya adalah
karena menurut saya, saya sudah cukup lelah untuk berorganisasi, terutama di lingkup
kampus. Meskipun pernah tergoda untuk bergabung dengan salah satu UKK pada saat itu,
belum setengah perjalanan saya memutuskan untuk keluar karena suatu alasan yang memang
lebih mendesak.
Bahkan, meskipun saya pernah berkompetisi dalam lomba pencak silat mewakili kampus,
saya tidak pernah mendaftarkan diri saya ke UKM pencak silat. Saya lebih memilih untuk
menjalani hidup mandiri dengan mencoba berjualan jasuke di dekat kos yang saya tempati.
Sebagai anak rantau dari Jombang yang kos di daerah Sedati Juanda, meskipun lumayan jauh
dari kampus UINSA Gunung Anyar, saya sangat menikmati kehidupan ini.
Tentu, dalam perjalanan kuliah, tidak ada yang sempurna. Meskipun saya sangat
mengapresiasi segala fasilitas yang ada di kampus dan dosen-dosen yang mengajar, saya juga
pernah mengalami sedikit keluhan. Beberapa dari dosen mungkin melenceng dari apa yang
seharusnya dilakukan oleh seorang dosen. Namun, ini adalah bagian dari pengalaman belajar,
dan saya berusaha untuk tetap fokus pada tujuan akademik saya.
Sebagai mahasiswa penerima beasiswa, saya juga memiliki keluh kesah terkait pencairan
dana dari UINSA. Saya sangat bergantung pada uang beasiswa, dan terlambatnya pencairan
dana bisa menjadi tantangan. Namun, alhamdulillah, saya masih memiliki pekerjaan
sampingan yang sedikit membantu dari segi ekonomi. Semoga hal ini menjadi pengalaman
yang mengajarkan saya untuk lebih sabar dan bertanggung jawab dalam mengatur keuangan.
Masa depan saya di UINSA Surabaya masih panjang, dan saya berencana untuk terus
bekerja keras untuk meraih prestasi akademik dan non-akademik yang lebih besar. Saya juga
ingin memberikan inspirasi kepada mahasiswa lain, terutama mereka yang datang dari latar
belakang serupa, bahwa dengan tekad dan usaha keras, kita dapat mencapai apa pun yang kita
impikan.
Semoga catatan ini menjadi saksi perjalanan pendidikan saya yang penuh dengan
perjuangan dan pencapaian. Saya yakin masa depan akan membawa lebih banyak peluang
dan kesuksesan yang luar biasa, dan saya siap untuk menghadapinya dengan semangat dan
keberanian.

Anda mungkin juga menyukai