Anda di halaman 1dari 4

Pada kesempatan ini, saya akan berbagi pengalaman saat diterima di perguruan tinggi negeri

yang sangat saya inginkan dengan jurusan yang saya minati. Tentunya saya akan memulai dengan
menceritakan perjalanan perjuangan saya sejak duduk di bangku SMA hingga saat ini. Dulu saya
bersekolah di SMA negeri yang terdapat di kabupaten bone bolango. Ketika saya berada di kelas
sepuluh (tahun 2017), saya dan semua pelajar lainya merupakan angkatan yang menerapkan Kurikulum
2013 atau K-13 (pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan / KTSP 2006). Menurut saya, pada
K-13 siswa dituntut untuk lebih mandiri dan peran guru sebatas fasilitator yang memicu siswa untuk
mencari pengetahuan melalui berbagai media lainnya. K-13 mengajak siswa/i untuk aktif, tidak hanya
mengutamakan akademik, dan mementingkan aspek moral siswa.  
Pada KTSP, penjurusan siswa/i (IPA/IPS) dilakukan ketika siswa naik ke kelas 11. Berbeda
dengan K-13, penjurusan program dimulai sejak kelas 10. Singkat cerita saya memilih program IPA
karena saya nyaman dan minat dengan pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.
Selama satu semester pertama, semua kegiatan akademik maupun non akademik di sekolah
saya jalani dengan penuh semangat. Saat itu saya juga tergabung dalam team olimpiade sains
smankab. Saya pun cukup puas dengan nilai-nilai saya di rapot semester ini. Diam-diam, saya
menyimpan mimpi untuk melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Gorontalo Jurusan Keperawatan.
Mengapa keperawatan? Alasannya karena jurusan ini merupakan profesi mulia dimana sangat
dibutuhkan oleh banya orang. Mengapa UNG? Saya berpikir bahwa persaingan seleksi UNG tidak se-
sulit UI maupun UGM.
Oke, langsung saja pada semester 5 (kelas 12 semester 1) merupakan puncak perjuangan. Ini
adalah kesempatan terakhir saya untuk memperbaiki nilai-nilai dan kesalahan lainnya. Pola belajar
saya jauh lebih baik dari sebelumnya. Saya juga mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan UN dan
tes PTN. Hari demi hari saya lewati bersama teman-teman yang “kocak” dan ambisius. Kami pun mulai
berbincang-bincang tentang rencana kami setelah lulus SMA, seperti ingin kuliah di UI, Universitas
Brawijaya, UNS, STAN, dan lain-lain.
Nilai rapot saya di semester 5 sangat melonjak drastis. Lalu saya mengikuti simulasi
SNMPTN yang diadakan oleh cerebrum melalui instagram. Dalam simulasi tersebut saya memilih
Keperawatan dan Statistika. Ternyata berdasarkan hasil analisisnya, nilai saya berpeluang masuk di
keduanya tetapi lebih unggul di jurusan keperawatan.
Saya juga mencoba mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta (sebagai cadangan)
melalui jalur rapot atau jalur undangan. Kampus ini cukup ternama dan termasuk ke dalam kampus
swasta favorit di provinsi gorontalo. Untungnya seleksi yang saya ikuti merupakan jalur beasiswa
sehingga saya berani mencobanya. Pada tanggal 10 Maret 2020 saya dinyatakan lulus di Poltekkes
Kemenkes Gorontalo (kampus swasta yang saya maksud) dengan jurusan Keperawatan. POLTEKKES
memberikan beasiswa berupa free uang pendaftaran. Saya sangat bersyukur dan keluarga pun cukup
senang.
Berdasarkan berbagai pertimbangan, akhirnya saya tidak mendaftar ulang di POLTEKKES
yang wajib dilakukan (maksimal) seminggu setelah pengumuman. Jika saya diterima SNMPTN pun,
uang SPP yang sudah dibayar tidak dapat dikembalikan. Saya memilih untuk fokus pada tujuan utama
saya, masuk PTN. Sebenarnya, hal tersebut membuat ibu saya cukup kecewa. Beliau senang ketika
saya diterima di kampus tersebut, mengingat pendaftar lainnya banyak yang berasal dari sekolah-
sekolah unggulan. Ibu juga senang karena free uang pendaftaran. Saat itu saya meyakinkan orangtua
kalau saya pasti lolos SNMPTN dan akan belajar giat untuk mempersiapkan SBMPTN dan lajur
mandiri masuk PTN lainnya.
Ketika memasuki semester enam, saya mulai fokus mempersiapkan USBK, UNBK, dan tes
PTN. Tahap awal Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri mulai berlangsung di semester
enam. Tahap pertama dimulai dengan pengisian nilai di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa pada web
SNMPTN dan proses verifikasi. Proses selanjutnya adalah kesempatan mendaftar SNMPTN dengan
memasukkan jurusan dan PTN yang akan kita pilih. Tahun ini, sekolah dengan akreditasi A hanya
diperbolehkan mengirim 40% dari jumlah siswanya untuk mendaftar SNMPTN. Mengingat sekolah
saya memiliki akreditas A, alhasil dari 150 siswa jurusan IPA, hanya ada 60 siswa yang dapat
mendaftar SNMPTN. Cara mengetahuinya mudah. Jika kita bisa log in pendaftaran di web SNMPTN,
artinya kita termasuk 40% siswa yang dapat mendaftar. Kalau tidak bisa log in, berarti kita tidak
dapat mendaftar SNMPTN. Saya bersyukur termasuk 40% dari siswa yang bisa mendaftar
SNMPTN. Di sisi lain, saya dapat merasakan kekecewaan beberapa teman yang tidak bisa daftar
SNMPTN. Kami pun berusaha menyemangatinya.
Pada akhirnya saya mendaftarkan diri dan melakukan finalisasi SNMPTN tepat hari terakhir
batas finalisasi SNMPTN. Berminggu-minggu, saya sangat bimbang dalam memilih PTN dan
jurusannya. Detik-detik akhir, sempat berpikir untuk memilih Pendidikan Biologi dan Pendidikan
Matematika. Mengapa? Karena menurut ayah, saya  berbakat untuk menjadi guru. Menurut beliau,
guru juga merupakan pekerjaan yang mulia. Namun, tetap saja kedua jurusan tersebut tidak saya
pilih. Lalu PTN dan jurusan apakah yang menjadi pilihan saya?
Seminggu sebelum finalisasi SNMPTN, saya sempat berpuasa, memohon petunjuk  Tuhan agar
saya diberikan jurusan yang sesuai dengan diri saya. Saya mencoba merenungkan apa yang sudah saya
lakukan selama ini, minat saya, dan tujuan selama ini. Saya tahu, selama ini saya mencintai semua
pelajaran IPA. Saya menyukai matematika,fisika,kimia,dan biologi. Suatu hari nanti saya ingin tampil
di depan umum dengan percaya diri. Saya ingin berani tampil berbeda. Tiba-tiba saya berpikir
terhadap satu jurusan yang memang sebelumnya sempat ada di benak saya. Setelah mencari tahu,
jurusan ini sebenarnya memiliki keunikan, memiliki prospek yang baik ke depannya, asalkan ditekuni
dengan baik. Pada akhirnya saya melakukan finalisasi SNMPTN dengan hanya meletakkan satu pilihan
(jurusan) pada satu universitas saja yaitu Universitas Negeri Gorontalo.
Tahun itu juga merupakan pertama kalinya seluruh pelajar SMA di Indonesia tidak
menyelenggarakan ujian nasional berbasis computer karena dilanda wabah covid 19. Sehingga saya
sendiri cukup kaget dan lega, jadi beban saya cukup terkurang dan tinggal menunggu hasil SNMPTN
di bulan april nanti
Saya langsung mempersiapkan materi SBMPTN karena saya belum yakin akan diterima melalui
jalur SNMPTN. SBMPTN adalah singkatan dari Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Saya baru menyadari bahwa selama ini saya bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan teman-teman
lainya. Selama ini saya hanya fokus ke SNMPTN saja, tanpa mengetahui sulitnya materi SBMPTN.
Saya pun mulai takut. Setiap hari saya selalu berpikir bagaimana caranya agar saya mampu
mengerjakan SAINTEK di SBMPTN. Pada try out SBMPTN pertama, score yang saya dapatkan
sangat jauh dari harapan. saya hanya meraih peringkat ke-45 nasional. Padahal saya pernah
mendapatkan peringkat 1 saat try out Ujian Nasional.
Rabu, 8 April 2020. Hari itu adalah pengumuman SNMPTN. Saya memutuskan untuk tidak
keluar bareng teman karena saya ingin menenangkan diri di rumah. Hari itu, saya benar-benar pasrah
dan berserah diri kepada Allah. Saya berusaha memikirkan bagaimana ekspresi saya kalau tidak
diterima dan apa yang selanjutnya akan saya lakukan.  Pukul 14.00, tiba waktunya. Grup line khusus
pejuang SBMPTN pun mulai ramai. Kebanyakan tidak lolos SNMPTN. Sepuluh menit kemudian, dengan
berani dan tersenyum, saya memasukan username dan tanggal lahir di website resmi pengumuman
SNMPTN 2020. Deg… Deg… Saya berusaha tetap senyum, meskipun sedang loading.
Saat hasilnya muncul, saya mulai menurunkan kursor laptop dengan perlahan. Lalu saya
melihat kalimat dengan latar berwarna hijau:
“Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2020 pada
PTN                         : Universitas Negeri Gorontalo
Program Studi         : Keperawatan

Saat itu suasana benar-benar hening. Saya tidak dapat berkata-kata. Saya langsung duduk di
tempat tidur, berdoa dan bersyukur kepada Allah. Saya mencoba menenangkan diri. Kebetulan
keluarga saya saat itu sedang tidak berada dirumah. Saya pun langsung menghubungi orangtua dan
mereka benar-benar tidak menyangka kalau saya diterima di Program Studi Keperawatan UNG.
Kenapa? Karena sudah banyak anak dari teman ibu saya yang mencoba di UNG dan beberapa juga
mencoba masuk keperawatan (yang dianggap jurusan banyak peminat) tidak diterima.

Awalnya, kakak-kakak saya khawatir dan beranggapan bahwa jurusan ini sulit. Saya pun
mencoba meyakinkan mereka bahwa ini adalah rencana Tuhan. Untungnya kakak kedua saya memberi
semangat, dia menceritakan bahwa salah satu teman kantornya yang merupakan lulusan keperawatan,
saat ini bekerja di RS Besar dan membuka praktek umum dirumah. Artinya, almamater dan program
studi tidak membatasi kesuksesan seseorang selagi orang tersebut mau berusaha.

Tanggapan orang-orang pun beragam setelah saya diterima di Keperawatan UNG. Guru-guru
banyak yang mengucapkan selamat, Teman-teman saya mengucapkan selamat dan saya juga berusaha
menyemangati mereka yang belum diterima SNMPTN. Beberapa teman dari ibu saya mengucapkan
selamat dan ada juga yang memberi tanggapan kurang baik, seperti “Kok Keperawatan? Kenapa gak
Kedokteran?” Semua tanggapan orang yang baik atau buruk tidak pernah saya permasalahkan. Semua
hal tersebut menjadi motivasi untuk lebih baik lagi. Saya juga harus membuktikan kalau bukan hanya
mahasiswa Kedokteran, Teknik, ataupun Akuntansi yang hidupnya bahagia. Mahasiswa Keperawatan
juga bisa sukses.

Anda mungkin juga menyukai