Anda di halaman 1dari 19

KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan
Berbahasa yang diampu oleh dosen Dr. Fatmah Ar Umar, M.Pd)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

ASRILYANTO DJAFAR (311420050)


ADLIN (311421042)
ANGGRAINI N.A. DENGO (311420051)
RAHMAWATI USMAN (311420052)
NURTIA HAJIKU (311420065)
PERA GOBEL (311420062)
WINNY AGUSTIN (311421116)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS SASTRA & BUDAYA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA
GENAP 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa yang diampu oleh Ibu Dr. Fatmah Ar Umar, M.Pd

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Kesalahan


Berbahasa Tataran Sintaksis yang menurut kami dapat menambah wawasan kita semua
terkait mata kuliah ini.

Melalui kata pengantar ini, kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. iv

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... iv

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... v

1.3 Tujuan ....................................................................................................... v

1.4 Manfaat ..................................................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. vii

2.1 Kesalahan Berbahasa pada Frasa ............................................................... vi

2.2 Kesalahan Berbahasa pada Klausa ............................................................. vii

2.3 Kesalahan Berbahasa pada Kalimat ........................................................... ix

2.4 Cara Meminimalisir Kesalahan Berbahasa pada Sintaksis ........................ xiii

BAB III PENUTUP ........................................................................................ xvi

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ xvi

3.2 Saran........................................................................................................... xvii

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xviii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut suparto, bahasa merupakan rangkaian sistem bunyi atau simbol yang
memiliki makna dan secara konvensional digunakan oleh sekelompok manusia
untuk berkomunikasi atau sebagai media untuk menyampaikan sesuatu. Dalam
berkomunikasi artinya ada penyampaian maksud atau pesan kepada orang lain,
begitu juga sebaliknya. Agar penyampaian maksud atau pesan tersebut dapat
diterima oleh orang lain, maka diperlukan keterampilan berbahasa yang baik.
Secara umum keterampilan berbahasa merupakan kemampuan dan kecakapan
manusia dalam menggunakan bahasa yang meliputi menyimak, membaca, menulis,
dan berbicara. Keterampilan berbahasa sangat penting dikuasai manusia agar dapat
berkomunikasi dengan baik antar sesamanya. Selain itu, keterampilan berbahasa
juga bermanfaat dalam pengungkapan pikiran dan perasaan, pelaporan fakta yang
telah diamati, serta pemahaman gagasan atau pikiran yang disampaikan orang lain
kepada kita.
Dengan keterbatasan yang dimiliki manusia, tidak heran apabila masih banyak
sekali ditemukan kesalahan berbahasa. Pengertian dari kesalahan berbahasa adalah
penyimpangan dalam menggunakan bahasa dari kaidah bahasa yang berlaku. Pada
dasarnya penyebab dari kesalahan berbahasa adalah dari diri seseorang yang
menggunakan bahasa tersebut bukan pada bahasa yang digunakannya. Dengan
demikian, dalam fenomena penggunaan bahasa banyak ditemukan kesalahan
berbahasa berdasarkan perspektif bahasa itu sendiri.
Salah satu jenis kesalahan berbahasa adalah kesalahan berbahasa dari segi
sintaksis. Menurut ramlan sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Berbeda dengan morfologi yang
membahas tentang seluk-beluk kata dan morfem. Jadi, analisis kesalahan berbahasa
pada tataran sintaksis merupakan sebuah analisis tentang penyimpangan

4
penggunaan bahasa yang terjadi dalam wacana, kalimat, klausa dan frasa.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik sampai dengan wacana akan dibahas
oleh kelompok selanjutnya. Oleh karena itu, pembahasan makalah meliputi
kesalahan berbahasa pada frasa, klausa, dan kalimat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa pada frasa?
2. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa pada klausa?
3. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa pada kalimat?
4. Bagaimana cara mengurangi kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah adalah menjelaskan
kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis yang meliputi kesalahan berbahasa pada
frasa, klausa, dan kalimat serta menjelaskan cara meminimalisir kesalahan
berbahasa pada tataran sintaksis.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh yaitu mengetahui dan memahami kesalahan berbahasa
dalam tataran sintaksis. Selain itu, makalah ini dapat dijadikan referensi pembuatan
makalah, artikel dan penelitian pada bidang yang sama.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesalahan Berbahasa pada Frasa


Kesalahan bahasa tingkat frasa biasanya ditemukan dalam bahasa lisan dan
bahasa tertulis. Ada beberapa alasan untuk kesalahan berbahasa di bidang frasa.
Hal-hal tersebut adalah (a) pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang
tidak tepat, (c) kata-kata yang salah, (d) penggunaan unsur yang mubazir atau tidak
penting, (e) penggunaan level tertinggi secara berlebihan, (f) penyamakan ganda,
(g) menggunakan bentuk timbal balik yang tidak tepat (Setyawati, 2013:68).
Berikut beberapa contoh kesalahan frasa.
1. Kesalahan Struktur Frasa
Kesalahan bahasa tingkat frasa juga bisa disebabkan oleh kesalahan struktur
frasa. Frasa yang harus ada di AB dibalik menjadi BA. Oleh karena itu, frasa
tersebut menjadi salah. Berikut ini wujud kesalahan berbahasa tataran frasa
yang disebabkan karena kesalahan struktur frasa.
(1) Pak Budi adalah guruku bahasa Indonesia di SMPN 3 GENTENG.
Terdapat kesalahan bahasa pada kalimat (1) karena frasa tersebut urutannya
terbalik. Jika kalimat tersebut disusun menjadi kalimat yang benar berikut
ini.
(1) Pak Budi adalah guru bahasa Indonesiaku di SMPN 3 GENTENG.
2. Penggunaan Teks yang Berlebihan
Kesalahan bahasa di bidang frasa juga bisa disebabkan oleh penggunaan
teks yang berlebihan. Dalam hal efisiensi bahasa, kesalahan bahasa seperti itu
tidak ekonomis dan berlebihan. Hal tersebut terjadi karena penutur bahasa
menggunakan dua kata dengan arti yang sama, atau menggunakan struktur frasa
pada waktu yang bersamaan. Berikut ini adalah bentuk kesalahan bahasa yang
disebabkan oleh tingkat frasa yang tidak penting atau mubazir.
(2) Aku di perintah ibu guru maju ke depan membaca pantun.

6
Terdapat kesalahan bahasa pada kalimat (2) karena penmggunaan frasa
maju ke depan yang berlebihan. Kalimat tersebut jika disusun menjadi
kalimat yang benar menjadi berikut ini.
(2) Aku di perintah ibu guru maju membaca pantun
3. Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Penggunaan kata depan tertentu dalam frasa berkata depan biasanya
digunakan tidak tepat. Akibatnya adalah frasa berkata depan tidak tepat. Hal ini
biasanya terjadi pada frasa kata depan keterangan waktu dan frasa
preposisional. Berikut ini adalah bentuk kesalahan berbahasa tataran frasa yang
disebabkan oleh tingkat penggunaan frasa berkata depan yang tidak tepat.
(3) Diliburanaku jalan-jalan ke Pulau Merah
Kalimat (3) di atas mengalami kesalahan berbahasa, karena pemakaian
frasa berkata depan diliburan yang tidak tepat. Jika disusn menjadi kalimat
yang benar menjadi berikut ini.
(3) Ketika liburan aku jalan-jalan ke Pulau Merah
4. Kesalahan Pengulangan
Kesalahan bahasa di bidang frasa juga bisa disebabkan oleh salah
pengulangan. Hal ini terjadi karena kesalahan penggunaan bahasa frasa yang
berulang. Berikut ini adalah bentuk kesalahan tingkat frasa karena salah
pengulangan.
(4) Ayah membaca buku( t(ebal-tebal di teras rumah.
Kalimat (4) mengalami kesalahan karena pengulangan frasa buku tebal-
tebal yang salah. Kalimat tersebut jika disusun menjadi kalimat yang benar
adalah sebagai berikut.
(5) Ayah membaca buku-buku tebal di teras rumah.

2.2 Kesalahan Berbahasa pada Klausa


Klausa merupakan suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata
yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal

7
dengan pengertian subjek, predikat, objek, dan keterangan (Keraf, 1984).
Kesalahan klausa tersebut dibagi menjadi tiga jenis kesalahan yaitu (a) kesalahan
klausa P∅ (predikat kosong), (b) kesalahan klausa S∅ (subjek kosong), (c) kesalahan
klausa verbal monotransitif. Berikut penjelasan lebih lanjut
1. Predikat Kosong
Kesalahan klausa P∅ merupakan kesalahan berupa tidak adanya predikat
pada klausa. Berikut contohnya.
(1) Pagi ini saya ikut mas Mitia untuk (P) pernikahan
Kesalahan berbahasa dalam tataran klausa pada data diatas adalah tidak
terdapat predikat seharusnya menempati diantara klausa “untuk
pernikahan”, sehingga menyebabkan makna dari kalimat tersebut tidak
tersampaikan dengan semestinya. Klausa “untuk pernikahan” seharusnya
ditambahkan predikat “menghadiri”. Kesalahan tersebut terjadi
dikarenakan pengaruh dari ragam lisan yang terbawa ke ragam tulis. Berikut
kalimat yang benar.
(1) Pagi ini saya ikut Mas Mitria untuk menghadiri pernikahan.
2. Subjek Kosong
Kesalahan klausa S∅ merupakan kesalahan berupa tidak adanya subjek pada
klausa. Berikut contohnya.
(2) Ada banyak kata baru yang saya tidak mengerti, jadi (S∅) ingat lirik sulit.
Pada contoh di atas tidak terdapat subjek yang seharusnya menempati
diantara klausa “jadi ingat lirik sulit” sehingga menyebabkan makna dari
kalimat tersebut tidak dapat tersampaikan dengan semestinya. Sehingga
klausa “jadi ingat lirik sulit” seharusnya ditambah subjek “saya”. Dengan
demikian penulisan yang benar untuk klausa tersebut adalah sebagai
berikut.
(2) Ada banyak kata baru yang saya tidak mengerti, jadi saya ingat lirik sulit.

8
3. Verbal Monotransitif
Verbal monotransitif merupakan kesalahan klausa yang predikatnya
merupakan kata kerja (verbal) dengan kesalahan berupa prefiks atau sufiks.
Berikut contoh kesalahan klausa verba monotransitif dengan pola meN-.
(3) Saya harus ingat seluruh lagu dan bernyanyi di depan kelas.
Pada contoh di atas terdapat kesalahan pada “ingat”. Kesalahan yang
terdapat dalam klausa tersebut adalah tidaknya awalan pada klausa
tersebut.Seharusnya awalan yang digunakan pada klausa tersebut adalah meN-
untuk menyempurnakan klausa tersebut, dengan demikian penulisan yang
benar untuk klausa “ingat” adalah “mengingat”. Perbaikannya adalah sebagai
berikut.
(3) Saya harus mengingat seluruh lagu dan bernyanyi di depan kelas.
2.3 Kesalahan Berbahasa pada Kalimat
Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar,
dilengkapi konjungsi jika diperlukan dan diakhiri oleh intonasi final. Intonasi
final dapat berupa (.) (!) (?). Konstituen dasar dapat berupa kata, frasa maupun
klausa. Jika kata diberi intonasi final maka kata tersebut menjadi kalimat.
Demikian pula pada frasa maupun klausa. Letak perbedaan kalimat dari kata,
frasa dan klausa adalah pada status kalimat. Kalimat yang konstituen dasar
berupa klausa maka kalimat tersebut menjadi kelimat mayor. Sedangkan
konstituen dasar berupa kata dan frasa menjadi kalimat terikat. Kesalahan
berbahasa pada kalimat dapat terjadi secara tertulis maupun lisan. Penulis dan
pembicara harus memahami bentuk kalimat efektif untuk menghindari
kesalahan berbahasa dalam kalimat.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan maksud
penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar seperti apa yang ada
dalam pikiran penulis atau pembicara. Kalimat efektif adalah kalimat yang
secara tepat mewakili ide pembicara/penulis dan sanggup menimbulkan ide
yang sama tepatnya kepada pendengar/pembaca. Kesalahan berbahasa pada

9
kalimat disebabkan oleh kalimat yang tidak efektif. Berikut akan dipaparkan
mengenai kesalahan berbahasa pada kalimat.
1. Kalimat Tidak Sepadan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan dengan struktur
kalimat. Ciri kalimat tidak sepadan adalah memiliki subjek dan predikat yang
tidak jelas, terdapat subjek ganda, kata penghubung intrakalimat digunakan
pada kalimat tunggal. Berikut contohnya.
a) Subjek dan Predikat Tidak Jelas
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindari pemakaian kata depan seperti di, bagi, untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, dan sebagainya. Contoh:
1) Bagi semua mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo harap membayar
UKT sebelum 20 Januari 2023.
Kalimat di atas tidak jelas subjek dan predikatnya karena adanya
kata bagi di awal kalimat. Kata bagi di awal kalimat dapat di hapus.
Berikut contoh yang benar.
2) Semua mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo harap membayar UKT
sebelum 20 Januari 2023.
b) Subjek Ganda
Subjek ganda pada kalimat membuat kalimat tidak jelas bagian yang mendapat
tekanan.
1) Novel itu saya sudah membacanya.
Kalimat di atas memiliki subjek ganda yaitu novel itu dan saya.
Perbaikan kalimat di atas sebagai berikut.
2) Saya sudah membaca novel itu.

10
c) Kata Penghubung Intrakalimat yang Tidak Digunakan pada Kalimat
Tunggal
Kata-kata yang tergolong ke dalam ungkapan/kata penghubung itu tidak
pernah/tidak boleh ditulis dengan huruf kapital. Contoh kata penghubung
adalah dan, agar, bahwa, sedangkan dan sebagainya.
1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
2) Kakanya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat di atas dapat dilakukan dengan mengubah
menjadi dua cara yaitu mengubah kalimat menjadi kalimat majemuk
dan mengganti ungkapan penghubung antarkalimat. Perbaikan kalimat
diatas adalah sebagai berikut.
1) Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
2) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
3) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, akan tetapi dia membeli
sepeda motor Suzuki.
4) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli
sepeda motor Suzuki.
2. Kalimat Tidak Parallel
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat.
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama
derajatnya, jenisnya, pola atau susunan kata dan frasa yang digunakan dalam
kalimat. Contoh kalimat tidak parallel.
1) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air dan
pengaturan tata ruang.

11
Kalimat tersebut tidak paralel karena kata yang menduduki predikat
tidak sama bentuknya yaitu kata pengecetan, memasang, pengujian dan
pengaturan. Berikut perbaikannya.
1) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air dan
pengaturan tata ruang.
3. Kalimat Tidak Hemat
Kehematan dalam kalimat adalah hemat menggunakan kata, frasa ataupun
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Penghematan kata dalam penulisan tidak
harus menghilangkan kaidah-kaidah dalam struktur kalimat. Berikut contoh
kalimat yang tidak hemat.
1) Ia memakai baju warna biru.
2) Adik menangkap burung merpati.
3) Maju ke depan.
4) Naik ke atas.
5) Para dosen-dosen.
Berikut perbaikan kalimat di atas.
(1) Ia memakai baju biru.
(2) Adik menangkap merpati.
(3) Maju
(4) Naik.
(5) Para dosen.
4. Kalimat Tidak Cermat/Ambigu
Cermat artinya kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat
dalam pemilihan kata. Kecermatan bahasa pada dasarnya adalah kehati-hatian
dalam menyusun kalimat agar kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan
tafsir ganda atau ambigu.
(1) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
(2) Di sebelah rumahku terdapat warung tembok.

12
Kalimat (1) termasuk kalimat ambigu atau menimbulkan tafsir ganda karena
tidak jelas, terkenal menyaran pada perguruan tinggi atau mahasiswa.
Sedangkan kalimat (2) terdapat frasa warung tembok yang bisa saja menyaran
pada warung bernama "tembok" atau warung yang berdinding tembok.
5. Kalimat Tidak Padu
Kepaduan atau koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat. Unsur pembentuk kalimat adalah frasa,
klausa, tanda baca dan fungsi sintaksis. Berikut contoh kalimat tidak padu.
(1) Surat itu saya sudah baca.
(2) Saran yang telah dikemukakan kami akan pertimbangkan.
Kalimat padu menggunakan pola aspek + agen + verbal serta tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Kalimat 1 dan 2
tidak menunjukkan kepaduan karena aspek terletak antara agen dan verbal.
Berikut perbaikannya.
(1) Surat itu sudah saya baca.
(2) Saran yang telah dikemukakan akan kami pertimbangkan.
6. Kalimat Tidak Logis
Kelogisan dalam kalimat yaitu ide kalimat tersebut dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan kalimat
adalah kemampuan kalimat untuk menyatakan sesuatu sesuai dengan logika
(Arifin, 107). Sedangkan menurut (Ramlan :69), sebuah kalimat memiliki
kelogisan jika masuk akal.
(1) Waktu dan tempat kami persilahkan.
(2) Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Kalimat (1) tidak logis karena waktu dan tempat tidak bisa
dipersilahkan. Seharusnya yang dipersilahkan adalah seseorang yang
bersangkutan. Kalimat (2) tidak logis karena waktu tidak bisa dipersingkat.
Berikut perbaikan kedua kalimat di atas.
(1) Bapak Arif kami persilakan.

13
(2) Untuk mengefisienkan waktu, kita lanjutkan acara ini.
2.4 Cara Meminimalisir Kesalahan Berbahasa pada Tataran Sintaksis
Dalam menghasilkan sebuah karya tulis sudah sepatutnya dapat menghasilkan
karya tulis yang baik dan benar. Kriteria sebuah karya tulis yang baik dan benar
adalah yang tidak mengandung kesalahan dalam penulisannya sehingga pesan dan
informasi yang ingin disampaikan penulis dapat diterima pembaca. Salah satu
kesalahan dalam penulisan adalah kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran
sintaksis. Untuk menghindari kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran
sintaksis, maka seorang penulis perlu memerhatikan beberapa hal berikut.
1. Memperdalam Pengetahuan Tentang Ilmu Sintaksis
Untuk menghindari kesalahan bahasa pada tataran sintaksis yang paling
utama dilakukan adalah memiliki pengetahuan mendasar tentang ilmu
Sintaksis. Sebagaimana yang disampaikan Ramlan bahwa ilmu Sintaksis
adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frase.
Apabila seorang penulis sudah memiliki pengetahuan tentang ilmu
Sintaksis, maka kemungkinan terjadinya kesalahan penggunaan bahasa pada
tataran sintaksis dalam tulisannya sangat kecil.
2. Perhatikan Pemilihan Penggunaan Kata yang Tepat
Pemilihan kata yang tepat artinya memenuhi syarat kebakuan,
kelazimam, dan kecermatan. Kebakuan, artinya dalam pemilihan kata seorang
penulis harus menghindari penggunaan kata yang belum diakui kebakuannya,
misalnya kata kasih duganti dengan kata memberi, kata bikin diganti dengan
kata memberi, kata cuma diganti dengan kata hanya, dsb.
3. Menghindari Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
Penggunaan unsur yang berlebihan dalam kalimat dikategorikan
kesalahan dalam tataran sintaksis karena dianggap mubazir atau tidak hemat.
Oleh karena itu, seorang penulis harus menghindari penggunaan dua kata yang
sama atau bersinonim dalam sebuah kalimat.

14
4. Memperbanyak Membaca Buku atau Referensi Lainnya
Berdasarkan keterkaitan antara keterampilan membaca dan menulis
yaitu dengan banyak membaca dapat meningkatkan keterampilan menulis,
maka seorang penulis harus banyak latihan membaca. Tujuannya agar kosakata
yang dimiliki beragam sehingga dalam proses menulis dapat mengurangi resiko
kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis. Dengan ragam kosakata
yang dimiliki, maka penulis dapat memilih penggunaan kata yang tepat,
menghindari penggunaan unsur yang sama dalam kalimat, serta dapat
mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa lainnya.
5. Sering Latihan Menulis yang Berpedoman pada Kaidah Penggunaan
Bahasa Indonesia yang Tepat
Tips yang tepat dalam mengurangi kesalahan penggunaan bahasa dalam
tataran sintaksis adalah dengan banyak latihan menulis. Kegiatan menulis yang
dilakukan juga harus berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Jadi, dengan memperbanyak latihan menulis yang
berpedoman pada kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
seorang penulis dapat mengurangi resiko kesalahan penggunaan bahasa dalam
tataran sintaksis.
6. Memeriksa Ulang Tulisan atau Merevisi
Memeriksa ulang tulisan yang dibuat merupakan bagian akhir dari tahap
penulisan. Tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang ada selama
proses penulisan, misalnya kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran
sintaksis.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa keterampilan berbahasa
merupakan kemampuan dan kecakapan manusia dalam menggunakan bahasa yang
meliputi menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa
sangat penting dikuasai manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik antar
sesamanya. Berdasarkan kajiannya sintaksis yaitu suatu studi menjelaskan
hubungan kata-kata di dalam suatu wacana.
Sintaksis juga menjelaskan tentang bentuk sintagma atau kombinasi dari kata-
kata yang meliputi bidang kajian sintaksis yaitu frasa, klausa, kalimat dan wacana.
Namun tak jarang dalam penggunaan bahasa juga mengalami kesalahan sintaksis.
Kesalahan sintaksis merupakan kesalahan atau penyimpangan struktur frasa,
klausa, dan kalimat. Kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata,
susunan frasa, logika kalimat, dan kepaduan kalimat. Sebab terjadinya kesalahan
sintaksis diantaranya yaitu kalimat berstruktur tidak baku, Kalimat ambigu,
Kalimat yang tidak jelas, Diksi yang tidak tepat dalam membentuk suatu kalimat
sedangkan Kesalahan bahasa tingkat frasa biasanya ditemukan dalam bahasa lisan
dan bahasa tertulis.
Ada beberapa alasan untuk kesalahan bahasa di bidang frasa. Hal-hal tersebut
adalah (a) pengaruh bahasa daerah, (b) penggunaan preposisi yang tidak tepat, (c)
kata-kata yang salah. Sedangkan kesalahan klausa tersebut dibagi menjadi tiga jenis
kesalahan yaitu (a) kesalahan klausa Po (predikat kosong), (b) kesalahan klausa So
(subjek kosong), (c) kesalahan klausa verbal monotransitif dan kesalahan
berbahasa pada kalimat disebabkan oleh kalimat yang tidak efektif, kalimat tidak
sepadan, dan kalimat tidak logis.

16
3.2 Saran
Terkait pemaparan makalah di atas saran yang perlu diperhatikan dalam
meminimalisir kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis maka seorang penulis perlu
memerhatikan beberapa hal diantaranya yaitu memperdalam pengetahuan tentang ilmu
Sintaksis, memperhatikan pemilihan penggunaan kata yang tepat. Pemilihan kata yang
tepat artinya memenuhi syarat kebakuan, kelazimam, dan kecermatan selanjutnya yaitu
menghindari penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, memperbanyak
membaca buku atau referensi lainnya, sering latihan menulis yang berpedoman pada
kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang tepat, memeriksa ulang tulisan atau
merevisi tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang ada selama proses
penulisan, misalnya kesalahan penggunaan bahasa dalam tataran sintaksis.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Bahasa. Ungkapan/kata Penghubung Intrakalimat.


http://badanbahasakemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/598.
Diakses pada 13 Maret 2023.
Chaer, Abdul. (2014), Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Indihadi, Dian. (2007). Analisis Kesalahan Berbahasa.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.
upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHA
SA_KEDUA/10_BBM_8.pdf&ved=2ahUKEwjSgrKjt5_vAhX18XM
BHdbxC7QQFjAAegQIARAC&usg=AOvVaw0kEmsrD9ZV-
ahpdTEfnZU. Diakses pada 13 Maret 2023.
Kridalaksana, Harimurti. (1985). Tata Bahasa Deskripsi Bahasa Indonesia:
Sintaksis Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kusumaningsih, Dewi, Dkk. (2013). Terampil Berbahasa Indonesia
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Markhamah dan Atiqa Sabardila. (2011). Analisis Kesalahan & Karakteristik
Bentuk Pasif. Jagat Abjad: Kadipiro Solo.
Markhamah. (2013). Ragam Dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia.
Muhammadiyah University Press: Surakarta.
Natalia, E. (2017). Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis pada
Penulisan Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Medan Tahun
Pembelajaran 2016/2017 (Doctoral dissertation, UNIMED).
Nisa, K. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Berita Dalam Media Surat
Kabar Sinar Indonesia Baru. Jurnal Bindo Sastra, 2(2), 218-224.

18
Nurwicaksono, B. D., & Amelia, D. (2018). Analisis kesalahan berbahasa
Indonesia pada teks ilmiah mahasiswa. AKSIS: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2), 138-153.
Ramlan. (2000). Sintaksis. Yogyakarta CV Caryono.
Setyawati, Nanik. (2013). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan
Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka,
Verhaar. (2001). Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada. Universitas Sumatera Utara.

19

Anda mungkin juga menyukai