Kelompok 4:
Mariani Petta Sau A 111 20 009
Nurda A 111 20 019
Desak Raka Juni Antari A 111 20 021
Sri Wahyuni A 111 20 022
Umi Wulan Dini A 111 20 030
Warda Khairunnisa A 111 20 031
I Gusti Made Satya N.D A 111 20 045
Sukirman A 111 20 046
Kelas A
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Semantik”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik mencari materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan
rendah hati dan dengan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari kesalahan berbahasa dalam tataran
semantik.
Dalam setiap bahasa yang ada di dunia ini kesalahan berbahasa pasti ada,
namun namanya sudah tentu berbeda-beda. Dalam bahasa Inggris padanan kata
‘kesalahan’ adalah kata ‘error’. Pada dasarnya kekeliruan tidak sama dengan
kesalahan. Corder membedakan kedua hal itu dengan jelas, yaitu kesalahan (error)
adalah penyimpangan bahasa secara sistematis atau konsisten, sedangkan
kekeliruan yang dalam bahasa inggris ‘mistake’ adalah penyimpangan bahasa yang
dilakukan secara tidak sengaja. Dalam pengucapan, kekeliruan biasanya disebut
dengan salah ucap (lapse).
Semantik adalah bagian dari tata bahasa yang meneliti makna dalam
bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan arti suatu kata (Keraf dalam
Slamet, 2014:21). Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik merupakan sebuah
kekeliruan dalam pemilihan kata yang tepat dengan makna yang diinginkan sesuai
dengan kedudukan sebuah kalimat. Kesalahan semantik tidak hanya membahas segi
maknanya saja, namun perubahan makna yang terdapat di dalamnya.
1. Pleonasme
Pemilihan kata yang tidak tepat merupakan salah satu bentuk kesalahan
berbahasa dalam tataran semantik. Kesalahan pemilihan kata yang digunakan dapat
menyebabkan perubahan makna yang ingin disampaikan. Terdapat beberapa bentuk
kesalahan pemilihan kata, yaitu : (a) Penggunaan kata-kata mirip yang tidak tepat,
(b) penggunaan kata-kata yang dipaksakan sehingga menimbulkan perubahan
makna kalimat bahkan saling merusak struktur kalimat (Setyawati, 2010).
3. Ambiguitas
• Menggunakan kata umum dari kata khusus Menggunakan kata khusus dari
kata umum
• Tidak terdapat kata atau kalimat yang homogen
• Ambiguitas makna kata
4. Hiperkorek
Menurut Badudu terdapat lima jenis gejala hiperkorek yaitu sebagai berikut :
1. Pleonasme
Kalimat “ Ada juga ayam yang sering dipertandingkan oleh remaja seperti
adu lawan ayam jantan”. Kalimat tersebut merupakan kesalahan berbahasa dalam
tataran semantik yang berupa gejala pleonasme yakni terdapat dua istilah yang
memiliki makna sama sehingga tidak dapat menambahkan informasi dalam
kalimatnya. Maka akan terjadi pemborosan bahasa yang tidak dapat menambahkan
informasi.
Kesalahan semantik dalam bentuk pemilihan kata yang tidak tepat dapat
berupa kesalahan dalam penggunaan kata-kata yang mirip dan penggunaan kata-
kata yang terkesan dipaksakan sehingga dapat merusak makna yang ingin
disampaikan. Berikut contoh kesalahan pemilihan kata yang tidak tepat
Contoh kalimat “Rekapitulasi total PDP Covid-19 Jember, 01-04 Maret 2020”,
4. Hiperkorek
Kalimat “Salah satu sarat untuk berpuasa adalah sehat jasmani dan rohani”
PENUTUP
3.1 Kesimpulan