Siasat Permukaan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa
Disusun oleh:
Kelas 4B
Puji dan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Taksonomi Kesalahan
Berbahasa pada Klasifikasi Kategori Linguistik dan Siasat Permukaan” dengan waktu yang
telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis berterima kasih kepada Drs. Jamal D. Rahman, M.
Hum, selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Puisi yang telah memberikan tugas
makalah ini kepada penulis.
Semoga pembuatan makalah ini dapat berguna sebagai bahan acuan pembelajaran dan
bermanfaat untuk pembaca juga penulis dalam rangka memperluas wawasan serta
pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah dan juga penulisan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
penulis sebagai evaluasi agar ke depannya lebih baik lagi.
Penulis
I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ...................................................................... 3
B. Taksonomi Kesalahan Berbahasa ................................................................................... 3
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Simpulan ....................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13
II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang sudah diikrarkan sejak tanggal 28
Oktober 1928. Kemudian bahasa Indonesia saat ini, dalam sejarahnya mengalami beberapa
perubahan dan penyempurnaan bahasa. Dahulu, Indonesia memakai Ejaan Van Ophuijen, ciri
khas dari ejaan ini penggunaan OE untuk merujuk pada huruf U seperti Sukarno menjadi
Soekarno, J menjadi Y seperti Jang dan berubah menjadi Yang. Selanjutnya setelah tidak
memakai ejaan Van Ophuijen, bahasa Indonesia berganti dan menggunakan ejaan Soewandi.
Setelah ejaan Soewandi, Indonesia kembali berganti ejaan menjadi Ejaan yang
Disempurnakan atau disingkat EYD, dan yang terakhir adalah EBI atau Ejaan Bahasa
Indonesia.
Selama praktik penggunaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu, ternyata masih
banyak masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan dalam berbahasa yang baik dan
benar. Banyak sekali faktor yang menyebabkan kesulitan dalam berbahasa Indonesia, salah
satunya adalah karena tidak diajarkan dengan baik, kemudian adalah karena faktor
lingkungan tempat seseorang hidup atau tinggal. Sering dijumpai masyarakat atau seseorang
yang berasal dari wilayah Jawa Barat yang mengaburkan perbedaan antara huruf P dan F,
atau bahkan tidak mengetahui sama sekali, terkadang juga mereka sudah tahu akan tetapi
susah untuk menerapkannya. Selain itu, mungkin mereka sudah tahu akan perbedaan kedua
huruf itu, ketika menulis pun sudah benar, namun saat di minta untuk mengucapkan justru
tidak benar sehingga di dalam pengucapannya selalu terjadi kekeliruan, seperti kata Faktor
menjadi Paktor, dan lain sebagainya. Terakhir adalah kekeliruan itu sudah menjadi
kebiasaan, sehingga perlu suatu tindakan atau analisis yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan di dalam berbahasa.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Pembahasan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ellis, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh
para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan
kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah
dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Sementara, menurut Pranowo, analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara
(interlanguage) pembelajar bahasa. Lebih lengkap menjelaskan analisis kesalahan berbahasa
adalah usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar dengan
mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka
lakukan dalam proses menguasai B2.1 Jadi, analisis kesalahan berbahasa ini bertujuan untuk
membantu pembelajar bahasa dalam memahami materi dan mengurangi kesalahan.
Ada empat taksonomi atau pengklasifikasian dalam kesalahan berbahasa yang perlu
diketahui, yaitu: (1) Taksonomi kategori linguistik, (2) Taksonomi siasat permukaan, (3)
Taksonomi komparatif, dan (4) Taksonomi efek komunikatif. Adapun pada makalah ini
hanya akan dibahas mengenai Taksonomi kategori linguistik dan Taksonomi siasat
permukaan.
1
Uripah, Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Imperatif V-Nasai dan V-TE Kudasai Bahasa Jepang,
Universitas Pendidikan Indonesia, 2014, h. 1, diunduh dari laman
http://repository.upi.edu/15757/3/S_JEP_090662_Chapter2.pdf, diakses pada 25 April 2020, pada pukul 20.19
WIB
menggunakan taksonomi kategori linguistik dalam pengklasifikasian kesalahan
berbahasa, yaitu (1) bagi para pengembang kurikulum, untuk menyusun pelajaran-
pelajaran bahasa dalam buku pelajaran bahasa, dan buku kerja siswa; (2) bagi para
peneliti, taksonomi kategori linguistik bermanfaat dalam mengorganisasikan kesalahan-
kesalahan yang mereka lakukan di dalam membuat laporan penelitian; dan (3) bagi para
guru dan siswa, untuk merasakan bahwa mereka telah mencakup aspek-aspek bahasa
tertentu di dalam kelas mereka.2
Lebih jelasnya, Burt dan Kiparsky dalam Tarigan telah mengembangkan taksonomi
kategori linguistik lain yang merupakan wadah mereka dalam mengklasifikasikan
beberapa ribu kesalahan berbahasa Inggris yang dibuat oleh para siswa yang belajar
bahasa Inggris dalam lingkungan asing maupun lingkungan sendiri. Ada beberapa contoh
kesalahan taksonomi kategori linguistik menurut Burt dan Kiparsky.
4
4) the bird help man yesterday (kesalahan dalam kalimat lampau/simple pas
tense)
seharusnya the bird helped the man yesterday.
a. Kesalahan Penghilangan
5
Morfem tugas seringkali dihilangkan dari kata penuh, terlebih dalam percakapan
sehari-hari. Perhatikan contoh berikut {yang berada dalam kurung (…) memunjukkan
dihilangkannya kata dalam percakapan}.
Y: “(Di) Lembang”.
Y: “(Ke) Bandung”.
Kesalahan berbahasa yang berupa “penghilangan” ini terdapat lebih banyak dan
lebih bervariasi selama tahap-tahap awal pemerolehan bahasa kedua (PB2).
Penghilangan kata penuh, walaupun cukup khas pada tahap-tahap awal pemerolehan
bahasa pertama (PB1), tidak sesering itu terjadi pada PB2 urutan atau sequential L2
acquisition atau SLA karena para pelajar sudah lebih dewasa secara kognitif. Kalaupun
kata penuh atau word content dihilangkan dalam ujaran B2, maka biasanya hal itu terjadi
karena kurangnya kosakata, terbatasnya perbendaharaan kata atau vocabulary, dan
umumnya para pelajar menyatakan kesadaran mereka mengenai unsur yang hilang itu.
Beberapa di antaranya menggunakan gerak-gerik untuk menjelaskan makna yang
dimaksudkan.
b. Kesalahan Penambahan
Tarigan (2011: 135) menjelaskan kesalahan yang berupa penambahan (addition) ini
merupakan kebalikan dari penghilangan. Kesalahan penambahan ini ditandai dengan
hadirnya suatu hal atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan
benar. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap-tahap akhir PB2 pada saat para pelajar
telah selesai menerima beberapa kaidah bahasa sasaran. Sebenarnya, kesalahan
penambahan merupakan akibat dari pemakaian kaidah-kaidah tertentu yang terlalu teliti
dan berhati-hati.
Para ahli telah mengamati dan menemukan adanya tiga tipe kesalahan penambahan
pada pembelajaran bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua ( B2), yaitu:
6
1) Penandaan ganda (double marking) terjadi sebagai akibat dari kesalahan
penambahan karena kegagalan menghilangkan atau menghindarkan beberapa
unsur yang diperlukan dalam beberapa konstruksi linguistik, tetapi justru tidak
perlu dihilangkan dalam konstruksi lain. Berikut ini adalah contohnya:
para mahasiswa-mahasiswa
banyak rumah-rumah
seharusnya menjadi:
2) Regularisasi (regularizations)
Verbs:
eat - ate bukan eated
put - put bukan putted
Nouns:
sheep – sheep bukan sheeps
child - chilren bukan childs
7
penyimpangan penggunaan unsur yang tidak terdapat pada kalimat yang baik dan
benar. Berikut adalah contohnya:
Anaknya Pak Ali yang sekelas dengan saya di SMA bernama Andi.
Anak Pak Ali yang sekelas dengan saya di SMA bernama Andi
c. Salah Formasi
Tarigan (2011: 139) menjelaskan kesalahan salah formasi atau misformation ini
ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan
penghilangan, unsur ini tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam salah
formasi ini, siswa menyediakan dan memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar
sama sekali. Sebagai contoh dalam bahasa Inggris,
Ciri kala atau tense lampau oleh si pebelajar menggunakan eated yang seharusnya
menggunakan ate.
Kesalahan bentuk atau salah formasi ini juga memiliki tiga tipe kesalahan, yaitu:
Runned ran
Gooses geese
8
Hiself himself
Falled fell
Childs children
2) Archi-forms (bentuk arki), yang terjadi pada pembelajaran bahasa kedua (B2).
Sebagai contoh, seorang siswa mungkin saja secara temporer memilih satu saja
kata sifat demontratif (demonstrative adjective) dalam bahasa Inggris this, that,
these, dan those.
That house
That houses
Give me that
Me hungry
3) Bentuk pengganti (alternating forms), apabila kosakata dan tata bahasa para
siswa tumbuh dan berkembang, maka penggunaan archi-forms sering kali
memberi kesempatan atau jalan ke arah pemilihan bebas yang cukup jelas
terhadap berbagai anggota kelas dengan yang lainnya. Perhatikan contoh dalam
kata ganti penunjuk berikut ini!
Those dog
This cats
9
Sementara dalam pronomina, dapat dilihat contoh berikut.
he bagi she
they it
her she
They borrow many books in the library. It use those to do their homeworks.
d. Salah Susun
Ternyata bahwa frasa all the time late tidak tepat penempatannya, seharusnya
Salah susun atau misordering terjadi secara sistematis bagi siswa yang mempelajari
B2 maupun B1 alam konstruksi-konstruksi yang telah diperoleh, terutama pertanyaan-
pertanyaan sederhana dalam bentuk langsung dan tidak langsung. Hal ini dapat dilihat
pada contoh berikut ini.
10
X: What Dady is doing?
Seharusnya:
Sebagai tambahan, terhadap kesalahan misordering yang kreatif ini, siswa telah
membuat kesalahan-kesalahan misordering tertulis yang merupakan terjemahan
“kalamiah” (tense) atau terjemahan kata demi kata struktur-struktur permukaan bahasa
asli atau bahasa ibu (Tarigan, 2011: 142). Perhatikan contoh berikut!
Seharusnya:
11
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesalahan adalah hal yang memang sudah kodrati dapat dilakukan oleh seluruh manusia,
termasuk kesalahan di dalam berbahasa. Analisis kesalahan berbahasa dapat membantu
seseorang untuk mengetahui letak kesalahannya di dalam berbahasa, begitu juga agar dapat
diberikan solusi, sehingga kasalahan berbahasa tersebut tidak akan terulang kembali.
A. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali
kesalahan, baik dari sisi penulisan maupun dari sedikitnya jumlah referensi yang di gunakan,
ataupun kesalahan-kesalahan yang penulis tidak ketahui. Maka dengan demikian, penulis
dengan sangat terbuka menerima segala jenis bentuk kritik dan saran yang diberikan oleh
pembaca, sebagai pembelajaran bagi penulis, sebagai pengingat agar tidak melakukan
kesalahan yang serupa, dan agar penyusunan makalah ini dapat lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Uripah. Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Imperatif V-Nasai dan V-TE Kudasai
Bahasa Jepang. Universitas Pendidikan Indonesia. 2014.
http://repository.upi.edu/15757/3/S_JEP_090662_Chapter2.pdf
13