Anda di halaman 1dari 16

Taksonomi Kesalahan Berbahasa pada Klasifikasi Kategori Linguistik dan

Siasat Permukaan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa

Dosen Pengampu: Hindun, M. Pd.

Disusun oleh:

Nur Annisa 11180130000043


Siti Ummul Khoir Saifullah 11180130000050
Muhammad Yogha Cahya Pangestu 11180130000054
Deny Pratama 11180130000059
Diajeng Oktavianingrum 11180130000061
Alvina Rizkiani 11180130000063
Aldimas Muhammad Arbi 11180130000069
Harun Al-Aziz 11180130000071
Raudhatul Aslami 11180130000075

Kelas 4B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Taksonomi Kesalahan
Berbahasa pada Klasifikasi Kategori Linguistik dan Siasat Permukaan” dengan waktu yang
telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis berterima kasih kepada Drs. Jamal D. Rahman, M.
Hum, selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Puisi yang telah memberikan tugas
makalah ini kepada penulis.

Semoga pembuatan makalah ini dapat berguna sebagai bahan acuan pembelajaran dan
bermanfaat untuk pembaca juga penulis dalam rangka memperluas wawasan serta
pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah dan juga penulisan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
penulis sebagai evaluasi agar ke depannya lebih baik lagi.

Bogor, 13 April 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................ 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ...................................................................... 3
B. Taksonomi Kesalahan Berbahasa ................................................................................... 3
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Simpulan ....................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

II
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang sudah diikrarkan sejak tanggal 28
Oktober 1928. Kemudian bahasa Indonesia saat ini, dalam sejarahnya mengalami beberapa
perubahan dan penyempurnaan bahasa. Dahulu, Indonesia memakai Ejaan Van Ophuijen, ciri
khas dari ejaan ini penggunaan OE untuk merujuk pada huruf U seperti Sukarno menjadi
Soekarno, J menjadi Y seperti Jang dan berubah menjadi Yang. Selanjutnya setelah tidak
memakai ejaan Van Ophuijen, bahasa Indonesia berganti dan menggunakan ejaan Soewandi.
Setelah ejaan Soewandi, Indonesia kembali berganti ejaan menjadi Ejaan yang
Disempurnakan atau disingkat EYD, dan yang terakhir adalah EBI atau Ejaan Bahasa
Indonesia.

Selama praktik penggunaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu, ternyata masih
banyak masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan dalam berbahasa yang baik dan
benar. Banyak sekali faktor yang menyebabkan kesulitan dalam berbahasa Indonesia, salah
satunya adalah karena tidak diajarkan dengan baik, kemudian adalah karena faktor
lingkungan tempat seseorang hidup atau tinggal. Sering dijumpai masyarakat atau seseorang
yang berasal dari wilayah Jawa Barat yang mengaburkan perbedaan antara huruf P dan F,
atau bahkan tidak mengetahui sama sekali, terkadang juga mereka sudah tahu akan tetapi
susah untuk menerapkannya. Selain itu, mungkin mereka sudah tahu akan perbedaan kedua
huruf itu, ketika menulis pun sudah benar, namun saat di minta untuk mengucapkan justru
tidak benar sehingga di dalam pengucapannya selalu terjadi kekeliruan, seperti kata Faktor
menjadi Paktor, dan lain sebagainya. Terakhir adalah kekeliruan itu sudah menjadi
kebiasaan, sehingga perlu suatu tindakan atau analisis yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kesalahan-kesalahan di dalam berbahasa.
A. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Analisis Kesalahan Berbahasa?


2. Apa saja pembagian kesalahan berbahasa dalam Taksonomi Kesalahan
Berbahasa?

B. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian tentang Analisis Kesalahan Berbahasa


2. Mengetahui pembagian-pembagian kesalahan berbahasa berdasarkan Taksonomi
Kesalahan Berbahasa

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Ellis, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh
para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan
kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah
dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Sementara, menurut Pranowo, analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara
(interlanguage) pembelajar bahasa. Lebih lengkap menjelaskan analisis kesalahan berbahasa
adalah usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar dengan
mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka
lakukan dalam proses menguasai B2.1 Jadi, analisis kesalahan berbahasa ini bertujuan untuk
membantu pembelajar bahasa dalam memahami materi dan mengurangi kesalahan.

B. Taksonomi Kesalahan Berbahasa

Ada empat taksonomi atau pengklasifikasian dalam kesalahan berbahasa yang perlu
diketahui, yaitu: (1) Taksonomi kategori linguistik, (2) Taksonomi siasat permukaan, (3)
Taksonomi komparatif, dan (4) Taksonomi efek komunikatif. Adapun pada makalah ini
hanya akan dibahas mengenai Taksonomi kategori linguistik dan Taksonomi siasat
permukaan.

1. Taksonomi Kategori Linguistik

Tarigan menjelaskan bahwa Taksonomi kategori linguistik adalah pembagian


kesalahan berbahasa berdasarkan kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan faktor
linguistik. Taksonomi kategori linguistik tersebut mengklasifikasikan kesalahan-
kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang
dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan keduanya. Ada beberapa keuntungan

1
Uripah, Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Imperatif V-Nasai dan V-TE Kudasai Bahasa Jepang,
Universitas Pendidikan Indonesia, 2014, h. 1, diunduh dari laman
http://repository.upi.edu/15757/3/S_JEP_090662_Chapter2.pdf, diakses pada 25 April 2020, pada pukul 20.19
WIB
menggunakan taksonomi kategori linguistik dalam pengklasifikasian kesalahan
berbahasa, yaitu (1) bagi para pengembang kurikulum, untuk menyusun pelajaran-
pelajaran bahasa dalam buku pelajaran bahasa, dan buku kerja siswa; (2) bagi para
peneliti, taksonomi kategori linguistik bermanfaat dalam mengorganisasikan kesalahan-
kesalahan yang mereka lakukan di dalam membuat laporan penelitian; dan (3) bagi para
guru dan siswa, untuk merasakan bahwa mereka telah mencakup aspek-aspek bahasa
tertentu di dalam kelas mereka.2

Klasifikasi kategori linguistik terdiri dari:

a. Kesalahan fonologi, yaitu kesalahan mengucapkan kata sehingga


menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna;
b. Kesalahan morfologi yaitu kesalahan memakai bahasa disebabkan salah
memilih afiksasi, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata
majemuk dan salah memili bentuk kata;
c. Kesalahan sintaksis, yaitu kesalahan atau penyimpangan struktur frase,
klausa atau kalimat, serta ketidak tepatan pemakaian partikel;
d. Kesalahan semantik dan leksikon, yaitu kesalahan makna dan memakai kata
yang tidak atau kurang tepat.3

Lebih jelasnya, Burt dan Kiparsky dalam Tarigan telah mengembangkan taksonomi
kategori linguistik lain yang merupakan wadah mereka dalam mengklasifikasikan
beberapa ribu kesalahan berbahasa Inggris yang dibuat oleh para siswa yang belajar
bahasa Inggris dalam lingkungan asing maupun lingkungan sendiri. Ada beberapa contoh
kesalahan taksonomi kategori linguistik menurut Burt dan Kiparsky.

Contoh kesalahan Morfologi:


1) a ant, a eraser, an book (kesalahan dalam penggunaan artikel “a/an”
 seharusnya an ant, an eraser, a book.
2) an little ant, an large book, a old book (kesalahan possesive
case/menyatakan milik/kepunyaan)
 seharusnya a little ant, a large book, an old book.
3) the man fall (kesalahan penggunaan kata kerja untuk orang ketiga tunggal)
 seharusnya the man falls
2
Anonim, Bab II, h. 27, diunduh dari laman http://digilib.unila.ac.id/2240/13/BAB%20II.pdf, diakses
pada 25 April 2020, pada pukul 20.19 WIB
3
Uripah, Op. Cit., h. 7

4
4) the bird help man yesterday (kesalahan dalam kalimat lampau/simple pas
tense)
 seharusnya the bird helped the man yesterday.

Contoh kesalahan sintaksis:


1) He go no in hole (kesalahan noun phrase: penghilangan artikel dan
penggunaan verba sederhana sebagai pengganti –ing.
2) I go play (kesalahan word order/penggunaan kata kerja yang berlebihan, go
dan play).
3) He in the water (kesalahan penghilangan to be: is)

2. Taksonomi Siasat Permukaan

Taksonomi Siasat Permukaan menyoroti kesalahan berbahasa berdasarkan cara


struktur permukaan berubah. Rusminta (2011: 26) mengklasifikasikan kesalahan
berbahasa berdasarkan Taksonomi Siasat Permukaan ke dalam empat kelompok, yaitu
(1) kesalahan penghilangan (omission); (2) kesalahan penambahan (addition); (3)
kesalahan pembentukan (misformation); dan (4) kesalahan pengurutan (misordering).
Berikut adalah penjelasan lebih lengkapnya.

a. Kesalahan Penghilangan

Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ditandai oleh ketidakhadiran


suatu hal yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar. Tarigan (2011: 133)
menjelaskan bahwa morfem atau kata dalam suatu kalimat merupakan calon potensial
bagi penghilangan, tetapi beberapa tipe morfem justru lebih sering dihilangkan daripada
yang lainnya. Morfem-morfem penuh atau content morpheme, seperti nomina, verba,
adjektiva, dan adverbia merupakan pendukung makna referensial yang terbesar dalam
kalimat. Dalam praktiknya, morfem tugas merupakan morfem yang paling sering
dihilangkan daripada kata penuh. Morfem gramatikal dalam Bahasa Indonesia, antara
lain:

1) Preposisi: de-, ke-, dari, daripada, pada, dan lain-lain;


2) Konjugasi: dan, atau, tetapi, karena, sebab, kalau, jika, jikalau, walaupun,
dan lain-lain;
3) Artikel: si, sang.

5
Morfem tugas seringkali dihilangkan dari kata penuh, terlebih dalam percakapan
sehari-hari. Perhatikan contoh berikut {yang berada dalam kurung (…) memunjukkan
dihilangkannya kata dalam percakapan}.

X: “Di mana kamu tinggal?”

Y: “(Di) Lembang”.

X: “Di mana Kamu sekolah?”

Y: “(Di) Sekolah Dasar Lembang”.

X: “Mau pergi ke mana, Kamu?”

Y: “(Ke) Bandung”.

Kesalahan berbahasa yang berupa “penghilangan” ini terdapat lebih banyak dan
lebih bervariasi selama tahap-tahap awal pemerolehan bahasa kedua (PB2).
Penghilangan kata penuh, walaupun cukup khas pada tahap-tahap awal pemerolehan
bahasa pertama (PB1), tidak sesering itu terjadi pada PB2 urutan atau sequential L2
acquisition atau SLA karena para pelajar sudah lebih dewasa secara kognitif. Kalaupun
kata penuh atau word content dihilangkan dalam ujaran B2, maka biasanya hal itu terjadi
karena kurangnya kosakata, terbatasnya perbendaharaan kata atau vocabulary, dan
umumnya para pelajar menyatakan kesadaran mereka mengenai unsur yang hilang itu.
Beberapa di antaranya menggunakan gerak-gerik untuk menjelaskan makna yang
dimaksudkan.

b. Kesalahan Penambahan
Tarigan (2011: 135) menjelaskan kesalahan yang berupa penambahan (addition) ini
merupakan kebalikan dari penghilangan. Kesalahan penambahan ini ditandai dengan
hadirnya suatu hal atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan
benar. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap-tahap akhir PB2 pada saat para pelajar
telah selesai menerima beberapa kaidah bahasa sasaran. Sebenarnya, kesalahan
penambahan merupakan akibat dari pemakaian kaidah-kaidah tertentu yang terlalu teliti
dan berhati-hati.
Para ahli telah mengamati dan menemukan adanya tiga tipe kesalahan penambahan
pada pembelajaran bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua ( B2), yaitu:

6
1) Penandaan ganda (double marking) terjadi sebagai akibat dari kesalahan
penambahan karena kegagalan menghilangkan atau menghindarkan beberapa
unsur yang diperlukan dalam beberapa konstruksi linguistik, tetapi justru tidak
perlu dihilangkan dalam konstruksi lain. Berikut ini adalah contohnya:

para mahasiswa-mahasiswa
banyak rumah-rumah

seharusnya menjadi:

para mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa


banyak rumah atau rumah-rumah

2) Regularisasi (regularizations)

Contoh regularisasi: di dalam kaidah bahasa Inggris yang mengenal istilah


pengecualian pada beberapa kata kerja (verb) dan kata benda (noun), contoh:

Verbs:
eat - ate bukan eated
put - put bukan putted
Nouns:
sheep – sheep bukan sheeps
child - chilren bukan childs

Apabila terdapat bentuk-bentuk dan konstruksi yang reguler (beraturan) dan


yang tidak reguler (tidak beraturan) dalam bahasa, maka sering terjadi kesalahan
dalam menerapkan kaidah yang reguler (beraturan) kepada kaidah yang tidak reguler
(tidak beraturan), sehingga mengakibatkan kesalahan regularisasi.

3) Penambahan sederhana (simple additions)


Penambahan sederhana merupakan kesalahan yang tidak masuk ke dalam kedua
kategori kesalahan penambahan di atas. Dengan demikian, tidak terdapat ciri-ciri
khas selain ciri umum yang terdapat pada kesalahan penambahan, yaitu

7
penyimpangan penggunaan unsur yang tidak terdapat pada kalimat yang baik dan
benar. Berikut adalah contohnya:

Kita-kita mau menjenguk si Ani yang sedang sakit.

Anaknya Pak Ali yang sekelas dengan saya di SMA bernama Andi.

Seharusnya kalimat tersebut menjadi:

Kita mau menjenguk si Ani yang sedang sakit.

Anak Pak Ali yang sekelas dengan saya di SMA bernama Andi

c. Salah Formasi

Tarigan (2011: 139) menjelaskan kesalahan salah formasi atau misformation ini
ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan
penghilangan, unsur ini tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam salah
formasi ini, siswa menyediakan dan memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar
sama sekali. Sebagai contoh dalam bahasa Inggris,

The dog eated the chicken.

Ciri kala atau tense lampau oleh si pebelajar menggunakan eated yang seharusnya
menggunakan ate.

eat - ate - eaten

Kesalahan bentuk atau salah formasi ini juga memiliki tiga tipe kesalahan, yaitu:

1) Regulation (regulasi), yaitu kesalahan yang menggunakan ciri-ciri reguler pada


formasi atau tempat yang tidak reguler, sebagaimana contoh-contoh berikut.

Runned  ran

Gooses  geese

8
Hiself  himself

Falled  fell

Childs  children

2) Archi-forms (bentuk arki), yang terjadi pada pembelajaran bahasa kedua (B2).
Sebagai contoh, seorang siswa mungkin saja secara temporer memilih satu saja
kata sifat demontratif (demonstrative adjective) dalam bahasa Inggris this, that,
these, dan those.

That house

That houses

Bagi siswa tersebut, that merupakan archi-demonstrative-adjective yang


mewakili seluruh kelas adjektiva demonstratif. Contoh lain, para siswa yang
mungkin memilih satu anggota kata ganti diri untuk berfungsi mewakili
beberapa yang lainnya dalam kelas itu.

Give me that

Me hungry

3) Bentuk pengganti (alternating forms), apabila kosakata dan tata bahasa para
siswa tumbuh dan berkembang, maka penggunaan archi-forms sering kali
memberi kesempatan atau jalan ke arah pemilihan bebas yang cukup jelas
terhadap berbagai anggota kelas dengan yang lainnya. Perhatikan contoh dalam
kata ganti penunjuk berikut ini!

Those dog

This cats

9
Sementara dalam pronomina, dapat dilihat contoh berikut.

he bagi she

they it

her she

Budi goes to school now. She goes by his own car.

They borrow many books in the library. It use those to do their homeworks.

I saw me last night. Her met me in my brother‟s party.

d. Salah Susun

Kesalahan dalam pengurutan atau salah susun (misordering) ditandai oleh


penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem (Tarigan, 2011:
141). Perhatikan contoh di dalam bahasa Inggris berikut ini!

He is all thetime late

Ternyata bahwa frasa all the time late tidak tepat penempatannya, seharusnya

He is late all the time.

Salah susun atau misordering terjadi secara sistematis bagi siswa yang mempelajari
B2 maupun B1 alam konstruksi-konstruksi yang telah diperoleh, terutama pertanyaan-
pertanyaan sederhana dalam bentuk langsung dan tidak langsung. Hal ini dapat dilihat
pada contoh berikut ini.

10
X: What Dady is doing?

Y: I don‟t know what is that.

Seharusnya:

X: What Dady is doing?

Y: I don‟t know what he is doing.

Sebagai tambahan, terhadap kesalahan misordering yang kreatif ini, siswa telah
membuat kesalahan-kesalahan misordering tertulis yang merupakan terjemahan
“kalamiah” (tense) atau terjemahan kata demi kata struktur-struktur permukaan bahasa
asli atau bahasa ibu (Tarigan, 2011: 142). Perhatikan contoh berikut!

I met there some Germans (kalimat)

Another my friend (frasa)

Seharusnya:

I met some Germans there (kalimat)

My another friend (frasa)

11
12

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kesalahan adalah hal yang memang sudah kodrati dapat dilakukan oleh seluruh manusia,
termasuk kesalahan di dalam berbahasa. Analisis kesalahan berbahasa dapat membantu
seseorang untuk mengetahui letak kesalahannya di dalam berbahasa, begitu juga agar dapat
diberikan solusi, sehingga kasalahan berbahasa tersebut tidak akan terulang kembali.

Adanya taksonomi kesalahan berbahasa juga semakin membantu kita, khususnya


pengajar Bahasa Indonesia dalam membantu peserta didik dalam mengatasi kesalahannya
dalam berbahasa. Selain itu, dengan adanya taksonomi kesalahan berbahasa, seseorang juga
dapat mempelajari kesalahan berbahasa yang di lakukan secara mandiri, meskipun secara
umum harus didampingi oleh orang yang sudah ahli dalam menganalisis kesalahan tersebut.

A. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali
kesalahan, baik dari sisi penulisan maupun dari sedikitnya jumlah referensi yang di gunakan,
ataupun kesalahan-kesalahan yang penulis tidak ketahui. Maka dengan demikian, penulis
dengan sangat terbuka menerima segala jenis bentuk kritik dan saran yang diberikan oleh
pembaca, sebagai pembelajaran bagi penulis, sebagai pengingat agar tidak melakukan
kesalahan yang serupa, dan agar penyusunan makalah ini dapat lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Bab II. http://digilib.unila.ac.id/2240/13/BAB%20II.pdf.

Uripah. Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat Imperatif V-Nasai dan V-TE Kudasai
Bahasa Jepang. Universitas Pendidikan Indonesia. 2014.
http://repository.upi.edu/15757/3/S_JEP_090662_Chapter2.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai