Anda di halaman 1dari 10

KATEGORI ATAU KELAS KATA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Morfologi
Dosen Pengampu: Neneng Nurjanah, M. Hum.

Disusun oleh:
Kelompok 5

Ahmad Fauzi 11180130000021


Yulyan Iftanurohman 11180130000062
Herman Wijaya 11180130000064
Aldimas Muhammad Arbi 11180130000069

Kelas 3B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Kategori atau Kelas Kata” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun sedemikian rupa untuk memenuhi salah satu tugas pada program Mata Kuliah
Morfologi yang diampu oleh Ibu Neneng Nurjanah M. Hum.

Dengan memakai beberapa referensi dari buku, e-book, dan lain sebagainya, kami
harap dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-teman dan para pembaca sekalian
dalam memahami “Kategori atau Kelas Kata” di dalam Mata Kuliah Morfologi ini.

Selanjutnya, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami selaku penulis dalam menyusun makalah ini, dan meminta maaf jika tidak bisa
menyebutkan nama-nama mereka satu per satu namun tak membuat rasa terima kasih kami
berkurang sedikitpun.

Akhir kata, penulis sadar jika di dalam tulisannya ini masih terdapat beberapa
kesalahan, baik dalam kesalahan tulis atau kesalahan dalam hal lain. Oleh karena itu penulis
meminta para pembaca untuk bersedia memberikan kritik dan saran agar di lain kesempatan
penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Ciputat, 7 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Treaskkhwor hflkubtfibvhvvriyedoHDFGJU

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dari kata?
2. Apa pengertian kelas kata dan jenis-jenis kelas kata?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kelas kata
2. Untuk mengetahui pengertian kelas kata dan jenis-jenisnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kata

Setiap kita melakukan ujaran, berbicara, dan lain sebagainya, kita pasti selalu
mengeluarkan yang namanya kata. Tetapi barangkali pengertian dan hakikat dari kata itu
sendiri sulit sekali didefinisikan, tidak semudah mengucapkannya. Umumnya para linguis
atau tata bahasawan tradisional mendefinisikan kata sebagai satuan bahasa yang memiliki
satu arti, atau kata adalah beberapa huruf yang berderet yang diapit oleh dua spasi dan
memiliki satu arti.1
Salah satu aliran linguistik, yaitu aliran Bloomfield umumnya selalu mempersoalkan
morfem, tetapi tidak pernah membahas pengertian dari kata. Namun Bloomfield memberikan
batasan bahwa kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form). Chomsky
menyatakan bahwa kata adalah dasar analisis kalimat, jadi ketika kita ingin menganalisis
sebuah kalimat, maka hal yang pertama kali harus kita lihat adalah kata di dalam kalimat-
kalimat tersebut. Sebenarnya pertanyaan tentang pengertian kata ini masih bisa digali lebih
mendalam kembali, namun umumnya para tata bahasawan modern, menganggap bahwa
dalam analisis bahasa, tingkatan-tingkatan bahasa hanya pada fonem, morfem, dan kalimat;
berbeda dengan para tata bahasawan tradisional yang melihat tingkatan-tingkatan bahasa
sebagai kata dan kalimat.2
Dalam buku tata bahasa Linguistik Eropa pada umumnya, menyatakan bahwa kata
sebagai bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil, dan mempunyai
kemungkinan untuk menjadi kalimat. Sebagai contoh, kata makan yang urutan fonemnya
adalah /m/, /a/, /k/, /a/, /n/ tidak dapat berubah urutan fonemnya seperti /k/, /a/, /m/, /n/, /a/,
dan tidak bisa juga diselipkan oleh fonem lain seperti /m/, /a/. /k/, /u/, /a/, /n/.3 Kemudian di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata merupakan satuan bahasa yang dapat
berdiri sendiri atau satuan terkecil yang dapat dikatakan sebagai bentuk yang bebas.4

B. Pembagian Kelas Kata

Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Linguistik Umum menjelaskan bahwa
para tata bahasawan tradisional membagi kelas kata menjadi dua kriteria, yaitu kelas kata
berdasarkan makna dan kelas kata berdasarkan fungsi. Kelas kata berdasarkan makna
digunakan untuk mengidentifikasi kelas verba, nomina, dan ajektiva; sedangkan kelas kata
berdasarkan fungsi digunakan untuk mengidentifikasi preposisi, konjungsi, adverbia,
pronomina, dan lain-lain.5

1
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 162.
2
Ibid., h. 163.
3
Ibid., h. 163-154.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal 13 Oktober 2019, Pukul 11.24 WIB.
5
Ibid., h. 166.
Kelas kata ini juga pernah disinggung oleh dua ahli bahasa yaitu Harimurti
Kridalaksana dan M. Ramlan, mereka berdua memiliki beberapa pandangan yang berbeda
terhadap kelas kata ini. Harimurti Kridalaksana membagi kelas kata menjadi 13 kelas, yaitu:
verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia, numeralia, interogativa, demonstrativa,
artikula, preposisi, konjungsi, fatis, dan interjeksi; sedangkan M. Ramlan membagi kelas kata
menjadi 12, yaitu: kata verbal, kata nominal, kata keterangan, kata tambah, kata bilangan,
kata penyukat, kata sandang, kata tanya, kata suruh, kata penghubung, kata depan, dan kata
seruan.6

1. Kelas kata berdasarkan makna

a) Kelas Verba (kata kerja)


Dalam Kamus Linguistik karya Harimurti Kridalaksana, verba adalah kelas kata yang
biasanya berfungsi sebagai predikat; sebagian besar verba mewakili unsur semantis
perbuatan, keadaan, atau proses; kelas ini dalam Bahasa Indonesia ditandai dengan
kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti
sangat, lebih, dsb. Misalnya datang, naik, bekerja, dsb.7 Harimurti Kridalaksana membagi
kembali kelas verba menjadi beberapa bentuk, yaitu berdasarkan bentuknya: verba dasar
bebas dan verba turunan; berdasarkan banyaknya argumen: intransitif dan transitif;
berdasarkan hubungannya dengan nomina: verba aktif dan verba pasif; berdasarkan interaksi
antara nomina pendampingnya: resiprokal dan verba non-resiprokal; berdasarkan referensi
argumennya: verba refleksi dan non refleksi; berdasarkan hubungan identifikasi antara
argumen-argumennya: verba kopulatif dan verba ekuatif; verba telis; dan verba performatif.8

Contoh: Saya makan


Saya tidak bekerja
Kenapa kamu tidak masuk sekolah?
Saya pergi ke pasar di hari Minggu

b) Adjektiva (kata keterangan/sifat)


Ajektiva adalah kategori kata yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1)
bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel
seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er (dalam honorer),
-if (dalam sensitif), –i (dalam alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-
an seperti adil – keadilan, halus – kehalusan , yakin – keyakinan (Ciri terakhir ini berlaku
bagi sebagian besar ajektiva dasar dan bisa menandai verba intransif, jadi ada tumpang tindih
di antaranya).9

Contoh: 1. Dia tidak cantik


6
Susiana Atika Sari, Skripsi, Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia Sebuah Tinjauan Stereotip Jender,
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2008), h. 16.
7
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 226.
8
Susiana Atika Sari, Op.Cit., h. 16.
9
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1994), h. 59.
2. Pensil itu cantik
3. Kamu sangat cantik, saya lebih pintar, mereka agak marah
4. Dia sangat sensitif
5. Kamu memiliki rasa keadilan yang tinggi

c) Nomina (kata benda)


Nomina, di dalam KBBI adalah kata yang tak dapat bergabung dengan kata tidak,
sejalan dengan itu, menurut Kridalaksana, nomina adalah kata yang secara sintaktik tidak
memiliki kecenderungan untuk bergabung dengan kata tidak; tetapi memiliki kemungkinan
dan kecenderungan untuk bisa didahului oleh kata dari. Kemudian secara bentuk, nomina
dapat dibedakan menjadi nomina dasar, nomina turunan, nomina paduan leksem, dan nomina
paduan leksem gabungan. Nomina juga memiliki beberapa subkategori diantaranya nomina
bernyawa, nomina terbilang, dan nomina kolektif.10

Contoh: 1. Saya tidak rumah, kamu tidak kursi


2. Saya dari rumah

d) Pronomina
Menurut Kridalaksana, pronomina merupakan kategori kata yang dapat menggantikan
posisi nomina, atau dalam KBBI adalah kata yang dapat mengganti kata orang atau benda.
Istilah untuk menyebut kata yang digantikannya disebut anteseden, yaitu ada di dalam atau di
luar wacana. Lebih lanjut Kridalaksana membagi kelas pronomina menjadi 2 yaitu
pronomina berdasarkan hubungannya dengan nomina yaitu pronomina intratekstual, dan
pronomina ekstratekstual; kemudian berdasarkan jelas atau tidak referennya yaitu pronomina
takrif, dan pronomina tak takrif. Contoh dari pronomina adalah saya, mereka, -nya, -ku,
beliau, dan lain sebagainya.11

Contoh: 1. Mereka sedang berkelahi


2. Rumahnya sangat jauh
3. Ini adalah barangku
4. Beliau sedang pergi ke luar kota

e) Numeralia (kata bilangan)


Numeralia dalam pandangan Kridalaksana, merupakan kategori kata yang dapat
mendampingi nomina dalam konstruksi sintaktik, mendampingi numeralia yang lain, dan
tidak dapat bergabung dengan kata tidak atau kata sangat; lebih mudahnya, numeralia
merupakan kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah seperti setengah, seperempat,
kuintal, lusin, kesatu, kedua, dan lain sebagainya. Numeralia kemudian dibagi kembali menjadi
1). Numeralia takrif; 2). Numeralia tingkat; 3) Numeralia kolektif; dan 4). Numeralia tak
takrif.12
Contoh: 1. Joni menduduki peringkat kesatu dalam lomba membaca puisi
10
Susiana Atika Sari, Op.Cit., h. 17.
11
Harimurti Kridalaksana, Op.Cit., h. 76-78.
12
Susiana Atika Sari, Loc.Cit.
2. Ibu membali baju baru sebanyak satu lusin
3. Adik membeli gula seperempat kilogram
4. Tini menunggu Haikal sejak setengah jam yang lalu
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai