Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

(Ragam Ragam Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu:

Rosmaini, Dra., M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Karina Sri Ulina Br Keliat

NIM : 7202444004

Kelas : Reguler B 2020

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan CBR ini yang dimana CBR ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul “Critical Book Report Pendidikan
Bahasa Indonesia”. Dalam pembuatan makalah ini, saya banyak mengalami hambatan-hambatan
seperti kurangnya referensi sebagai penunjang kesempurnaan isi dari makalah ini. Namun saya
berusaha semampunya untuk menulis CBR ini agar dapat menjadi pelajaran bagi saya maupun
bagi para pembaca.
Saya menyadari Critical Book Report Pendidikan Bahasa Indonesia ini belum layak
dikatakan sempurna karena masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga ini Critical Book Report Pendidikan Bahasa Indonesia
mendapatkan hasil yang memuaskan bagi saya maupun bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2021

Karina Sri Ulina Br Keliat


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. IDENTITAS BUKU
B. RINGKASAN ISI BUKU

BAB II PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN BUKU
B. KELEMAHAN BUKU

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. IDENTITAS BUKU
1. BUKU UTAMA
Judul Buku : BAHASA INDONESIA AKADEMIK
Penulis Buku : E. Zainal Arifin, Wahyu Wibowo, Somadi Sosrohadi
Penerbit: Pustaka Mandiri
ISBN : 978-602-8958-23-3
2. BUKU KEDUA
Judul Buku : MATA KULIAH UMUM PENGEMBANGAN KARAKTER : BAHASA
INDONESIA
Penulis Buku : Dr. Cecep Wahyu Hoerudin, M.Pd, Dra.Hj. Yuliani, M.Pd
Penerbit: CV. Semiotika
ISBN : -

B. RINGKASAN ISI BUKU


1. BUKU UTAMA
BAB III RAGAM RAGAM BAHASA INDONESIA
A. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan
dialekyaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk
dialek,aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku
itusendiri . Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait
dengangaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga
dianggapsebagai suatu variasi atau ragam tersendiri. Secara umum kita dapat membedakan
bahasaberdasarkan pemakainya dan pemakaiannya.
B. Jenis-Jenis Ragam Bahasa
Ragam bahasa bisa digolongkan menjadi beberapa klasifikasi diantaranya adalah ragambahasa
lisan dan tulisan, ragam bahasa berdasarkan pemakai dan pemakaiannya, ragambahasa baku dan
tidak baku, ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraan, dan ragambahasa resmi.
C. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
• Ragam lisan memerlukan adanya orang kedua yaitu teman bicara, sedangkan ragamtulis
tidak mengharuskan adanya teman bicara.
• Dalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal dapat ditinggalkan karena dibantuoleh
gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Dalam ragam tulis, fungsi-fungsi
gramatikal harus nyata agar yang diajak bicara mengerti tulisan itu. Misalnyatulisan
dalam buku, majalah, dan surat kabar.
• Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, waktu dan situasi. Apa yang dibicarakandalam
situasi tertentu hanya dipahami oleh orang-orang yang berada dalam situasi itusaja,
karena ada gerakan dan mimik serta intonasi. Sedangkan secara tulisan, dapatdipahami
oleh orang-orang di situasi dan kondisi mana saja.
Ragam bahasa lisan dengan ragam bahasa tulisan memiliki kelebihan dan
kekurangandiantaranya adalah sebagai berikut. Kelebihan dan kekurangannya adalah
sebagaiberikut ;Ragam bahasa lisan ;
 Informasi yang disajikan bias dipilih untuk di kemas sebagai media ataumateri yang
menarik dan menyenangkan.
 Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
 Sebagai sarana memperkaya kosakata.
 Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi
ataumengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan
wawasanpembaca.Ragam bahasa bahasa tulis :
 Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidakada akibatnya
bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
 Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harusmengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikatdan nilai jual.
 Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas /ditolong, olehkarena itu
dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
D. Ragam bahasa baku dan tidak baku
Bahasa baku pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada tahun 1926.Ia
berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterimadan
difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat luas. Di dalam DictyonariLeanguage and
linguistics, Harman dan Strok berpengertian bahwa bahasa baku adalamragam bahasa yang
secara sosial lebih digandrungi dan sering didasarkan bahasa orang-orangyang berpendidikan di
didalam atau disekitar pusat kebudayaan atau suatu masyarakatbahasa. Bahasa nonstandar atau
ragam bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasayang berbeda dengan kode bahasa
baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
E. Ragam Bahasa Berdasar Pemakai dan Pemakaiannya
 Keberagaman bahasa berdasarkan pemakainyaYaitu keberagaman bahasa berdarkan kelas
sosial, jenis kelamin, etnis, dan umur.Misalnya gaya berbahasa seorang dosen tentulah
berbeda dengan gaya berbahasaseorang tukang becak. Dalam hal ini, kelas sosial
mempengaruhi keberagamanbahasa.
 Keberagaman bahasa berdasarkan pemakaiannyaKeberaragaman bahasa berdasarkan
pemakaiannya dipengarui waktu, suasana, dancara. Misalnya ketika dalam acara resmi
seperti acara kenegaraan, kita memakaibahasa yang resmi. Jika dalam keadaan tidak
resmi, kita menggunakan bahasa sehari-hari. Pada contoh tersebut ragam bahasa dapat
digolongkan berdasarkan waktupemakaiannya.
F. Berdasarkan pokok pembicaraan
 Ragam bahasa undang-undangRagam bahasa undang-undang biasanya diulis dengan bahasa yang
baku, jelas,dan diusahakan tidak multitafsir. Multisafsir disini adalah pemahaman
yangberbeda-beda dari kalimat yang ada di undang-undang.
 Ragam bahasa jurnalistikRagam bahasa jurnalistik ditulis dengan bahasa yang menarik,
mudah danmudah dipahami. Bahasa jurnalistik ditulis dengan bahasa yang menarik
oranguntuk membacanya.
 Ragam bahasa ilmiahRagam bahasa ilmiah haruslah menggunakan bahasa ilmiah juga
dan sesuaidengan kaidah bahasa Inonesia. Contoh penggunaan ragam bahasa
ilmiah adalahmakalah hasil penelitian.
 Ragam bahasa sastraBerbeda dengan ragam bahasa lainnya, ragama bahasa menkankan pada
nilaiestetikanya.
2. BUKU KEDUA
BAB V PARAGRAF DAN TEKNIK PENGEMBANGNYA
A. Definisi Paragraf
            Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Paragraf
merupakan himpunan kalimat yang saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk
sebuah gagasan (Akhadiah, 1991). Keraf (1977), menyebut paragraf dengan istilah alinea. Alinea
adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.
            Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan
istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian
bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf
memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak
mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide.
Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama
dan kalimat-kalimat penjelas. Pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu
paragraf (Ramlan, 1993).

B. Fungsi Paragraf
1. Penampung fragmen pikiran atau ide pokok
2. Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang.
3. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
4. Pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang.
5. Alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada para pembaca.
6. Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai.
7. Sebagai pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).

C. Syarat Pembentukan Paragraf


            Dalam pembentukan paragraf yang baik terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan,
yaitu unsur kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
a. Kesatuan (kohesi)
            Paragraf mengisyaratkan pada adanya persyaratan bahwa suatu paragraf hanya memiliki
satu topik, satu pikiran utama. Fungsi paragraf dalam hal ini adalah mengembangkan topik
tersebut. Oleh karena itu, pengembangan paragraf tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
tidak boleh terdapat unsur yang sama seklai tidak berhubungan dengan topik, dan tidak
mendukung topik. Penyimpangan pengembangan paragraf akan menyulitkan pembaca, akan
mengakibatkan paragraf tidak efektif. Jadi, satu paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan
pokok satu topik. Semua kalimat dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok
tersebut.
b. Kepaduan (koherensi)
            Paragraf sering disebut dengan koherensi. Suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan
atau deretan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, melainkan dibangun oleh
kalimat-kalimat yang memiliki hubungan timbal balik. Paragraf yang padu akan membuat
pembaca mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis. Urutan pikiran yang teratur
dalam paragraf akan memperlihatkan adanya kepaduan. Bagaimana cara mengembangkan
pikiran utama suatu paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran
penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya. Perincian dapat dilakukan secara alamiah
(kronologis, spasial), dan logis (kausalitas, dedukasi, induksi) (Akhadiah, 1992).
            Paragraf yang padu didukung oleh penggunaan unsur kebahasaan yang baik, yaitu adanya
kohesi antar kalimat yang baik. Meski demikian, tidak berarti bahwa paragraf yang kohesif
secara otomatis merupakan paragraf yang padu. Dalam tulisan hubung, kata ganti, repetisi.
c. Kelengkapan
            Paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat utama dan pikiran
penjelas yang berwujud kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas haruslah menunjang
kejelasan kalimat utama. Paragraf dinyatakan sebagai paragraf tidak lengkap jika tidak
dikembangkan secara baik oleh karena itu, unsur kelengkapan itu sering pula disebut
pengembangan, bahkan ada yang menyebut perkembangan.

D. Jenis- Jenis Paragraf


a. Paragraf Deskripsi
Paragraf jenis ini berisi kalimat-kalimat yang mendeskripsikan, menggambarkan sesuatu.
Misalnya deskripsi kota Bandung pada pagi hari. Perhatikan contoh berikut.
Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang  Bandung lalu lalang.
Kendaraan hanya kadang-kadang terdengar menderu. Yang tampak dominan adalah para petugas
kebersihan kota. Mereka sibuk membersihkan sampah. Mereka bekerja dengan riang. Kadang-
kadang mereka bersenandung disela-sela pekerjaannya. Perlahantapipasti keramaian kendaraan
di jalan bertambah sedikit demi sedikit. Bandung sedang menggeliat dari tidurnya.
b. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berusaha menjelaskan sesuatu atau memerikan
sesuatu. Penjelasan atau pemerian seringkali bertolak dari satu definisi.
Kota Bandung adalah salah satu ibu kota propinsi dari sekian banyak propinsi di
Indonesia, yaitu propinsi Jawa Barat. Sebagai ibu kota Propinsi Kota Bandung juga amat dikenal
sebagai kota Asia Afrika, yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu,
kota Bandung pun memiliki banyak julukan, diantaranya sebagai Paris van Java.
c. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi paragraf  yang  berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan
adalah benar. Cara meyakinkan kebenaran itu biasanya dengan cara mengajukan sejumlah fakta.
Perhatikan contoh berikut.
Hampir semua orang yang pernah tinggal di kota Bandung menyatakan merasa betah
tinggal di kota tersebut. Bahkan, umumnya mereka berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa
dimengerti mengapa mereka merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat
kriminalitasnya juga relatif kecil bila dibandingkan dengan kota setaranya, Surabaya danMedan
misalnya.Terdapat banyak lembaga pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga, kotanya tidak
terlalu besar seperti Jakarta, sehingga dari satu sudut kota kesudut kota lainnya tidak terlalu jauh.
Itulah beberapa hal yang menyebabkan para pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini.
d. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraph yang berusaha menceritakan peristiwa demi peristiwa
yang dialami seorang tokoh.  Perhatikan contoh berikut.
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat dicintainya seolah-olah
tidak mau ada satupun sudut yang terlewat. Setiap sudut yang disinggahinya menyisakan
kenangan amat mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah ini ia
menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke wilayah balai kota dan
sekitarnya. Di sinipun ia amat hanyut dengan kenangan bersama-sama sahabatnya, juga
kekasihnya. Lalu, ia lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubahtotal
dari masa duapuluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam kenangan masa lalunya. Setiap
tempat, setiap sudut kota itu, yang ada hanyalah kenangan indah baginya,seluruhnya.

Jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya:


1.Paragraf deduktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf.
2.Paragraf induktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir
paragraf.  Utamanya terletak pada akhir paragraf.
3.Paragraf deduktif-induktif  yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir
paragraf.
4.Paragraf tersebar yaitu paragraf yang kalimat utamanya atau gagasan utamanya tersebar pada
keseluruhan paragraph (Hastuti PH, 1991). 

E.  Metode Pengembangan Paragraf


a. Metode klimaks-antiklimaks
    Pengembangan gagasan mulai dari yang rendah ke yang paling tinggi
b. Metode pandangan
    Pengembangan gagasan dengan cara memandang sesuatu
c. Metode perbandingan dan pertentangan
    Pengembangan gagasan dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan objek
d. Metode analogi
   Pengembangan gagasan dengan membandingkan segi kesamaan dua hal berbeda      (ilustrasi)
e. Metode contoh
  Pengembangan gagasan dengan contoh (hal umum atau generalisasi)
f. Metode proses
  Pengembangan gagasan dengan mengemukakan peristiwa, perbuatan atau tindakan
g. Metode sebab-akibat
  Pengembangan gagasan berupa rincian-rincian akibat suatu sebab
h. Metode umum-khusus
  Pengembangan gagasan dengan cara mulai dari hal-hal umum ke hal-hal khusus
i. Metode klasifikasi
  Pengembangan gagasan dengan cara mengelompokkan objek yang memiliki persamaan
j. Metode definisi luas
  Pengembangan gagasan dengan cara memberi keterangan atau arti suatu istilah secara luas
BAB II

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN BUKU

(a). BUKU UTAMA

Dalam bab ini yang membahas tentang ragam ragam bahasa Indonesia dengan penulis E.
Zainal Arifin, Wahyu Wibowo, Somadi Sosrohadi sudah menjelaskan tentang materi
ragam ragam bahasa secara terperinci dan cukup jelas. Kelebihan dalam buku ini dapat
dijelaskan bahwa buku ini menjelaskan Ragam bahasa indonesia secara lengkap Buku ini
menjelaskan jenis jenis ragam bahasa dengan cukup jelas, dan dijelaskan juga bagaimana
ciri ciri ragam bahasa yang baku dan ragam bahasa yang tidak baku. Dalam buku ini
penulis juga memberitahu pembagian dari ragam ragam bahasa Indonesia berdasarkan
pemakaiannya dan ciri ciri ragam bahasa lisan dan tulisan. Sehingga buku ini bagus
digunakan oleh setiap kalangan karna mencakup tentang Ragam ragam bahasa Indonesia.

(b). BUKU KEDUA

Buku ini memaparkan tentang definisi Paragraf secara detail dan menggunakan pendapat
para ahli yang kemudian penulis membuat kesimpulan dari pendapat para ahli tersebut.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini cukup umum dan menggunakan bahasa
yang sederhana sehingga dengan bahasa yang komunikatif memudahkan mahasiswa
dalam memahami isi buku Buku ini menjelaskan secara rinci tentang apa saja jenis jenis
paragraph dan metode pegembangan paragraph secara detail.

B. KELEMAHAN BUKU

(a). BUKU PERTAMA

Dalam buku utama, terdapat beberapa kelemahan, yaitu :


 Tidak disajikan contoh dalam buku ini dalam menjelaskan materi tentang sesuatu yang
aplikatif sehingga tidak tampak efek dari Perencaan Pembelajaran itu.
 Tidak disertai latihan atau pertanyaan yang dimuat dalam buku tersebut.
 Tidak terdapat rangkuman dalam setiap akhir penjelasan bab.
(b) BUKU KEDUA

 Dalam buku ini ada beberapa pengucapan bahasa asing yang tidak disertai keterangan
lebih detail.
 Buku ini tidak memaparkan secara rinci bagaimana pengimplementasian dari isi buku
dalam kegiatan langsung di lembaga pendidikannya, namun hanya terpaku pada materi
saja
 Tidak adanya menjabarkan secaras detail tentang biodata dari penulis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahasa bersifat dinamis artinya bahasa selalu mengalami perkembangan-perkembangan.


Begitupula dengan ragam bahasa yang kian hari kian kaya. Secara umumragam bahasa bisa
digolongkan menjadi ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan, ragambahasa baku dan ragam
bahasa tidak baku. Ragam bahasa juga bisa digolongkan berdasarkanpemakai dan
pemakaiannya, ragam bahasa berdasarkan Dengan mempelajari ragam bahasa, kita bisa lebih
bijak dalam menggunakan ragambahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Mempelajari
ragam bahasa juga menambahkhasanah kebahasaan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai