Anda di halaman 1dari 10

KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF

DALAM BAHASA INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ kalimat aktif dan kalimat pasif ”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga kami mengharap kritik
dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.
Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A.      PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering tidak peduli dengan fungsi bahasa dalam kehidupan
bermasyarakat maupun berbahasa dan bernegara. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolahpun
lebih didominasi oleh pendekatan komunikatif. Artinya pemakai bahasa mementingkan
maksud komunikasi itu, sedangkan kaidah kebahasaannya dinomorduakan.

Sering kita mendengarkan atau bahkan melontarkan kalimat “kamu udah paham?” Kalimat
ini tidak tepat bila kita pergunakan di suasana resmi. Kerancuan pemaknaan ini bahasa resmi
atau tidak resmi akan merusak tatanan atau aturan bahasa.

Berdasarkan sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap orang, bahasa bersifat alami dan natural.
Artinya setiap orang dapat berbahasa dan bahasa itu didapat secara alami dari bahasa ibu atau
bahasa pertama. Oleh sebab itu masyarakat bahasa kadang meremehkan penggunaan aturan
bahasa tersebut.

Pada makalah ini penulis ingin memaparkan kalimat aktif dan pasif bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Penulis mempunyai alasan yang sangat kuat mengapa ingin
memaparkan masalah itu. Seperti yang penulis paparkan di bagian awal masyarakat atau
pemakai bahasa sering mengabaikan kaidah pembentukan kalimat efektif. Masyarakat lebih
mementingkan paham dan mengerti dengan melupakan kaidah yang benar. Pengguna bahasa
sebenarnya tidak hanya mengerti atau memahami saja setiap kalimat yang ditulis atau ujaran
yang disampaikan tetapi juga harus mengetahui kaidah penggunaan bahasa Indonesia.

B.      RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam bagian pendahuluan, masalah yang ingin diungkap dalam makalah
ini adalah bagaimana bentuk kalimat aktif dan pasif dalam bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

Kalimat merupakan tataran setelah morfologi. Berbicara kalimat sebenarnya akan lebih tepat
jika berbicara atau mengulas tentang klausa. Antara kalimat dan klausa ada perbedaan yang
mendasar. Menurut Kridalaksana (1984 : 83) kalimat adalah 1. satuan bahasa yang secara
relative berdiri sendiri, mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri
dari klausa; 2 klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang
bebas; jawaban minimal seruan, salam dsb.; 3. konstruksional gramatikal yang terdiri atas
satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri
sebagai satuan.

Pengertian kalimat menurut kridalaksana tentang kalimat ini mengindikasikan bahwa


kalimat itu dapat dilisankan dan terdiri dari klausa pembentuknya. Pengertian ini sama
dengan pendapat Tarigan (1989:48) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa
yang secara relative dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri
dari klausa. Tarigan menyoroti pada aspek intonasi, kemandirian, dan syarat klausa sebagai
pembentuknya. Menurut Alwi at.al. (1998:311) kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam
wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Tarigan maupun Kridalaksana
tidak menyatakan secara terang bahwa kalimat dapat berbentuk tertulis maupun lisan.
Berdasarkan pengertian dari ketiga ahli bahasa tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
kalimat merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari klausa dalam bentuk tulis maupun
lisan, dapat berdiri sendiri, dan mengungkap pikiran yang utuh.

Ada beberapa jenis kalimat dalam bahasa Indonesia. Tarigan membagi kalimat dalam tipe-
tipe kalimat, yaitu berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar kalimat,
berdasarkan struktur internal klausa utama, berdasarkan jenis response yang diharapkan,
berdasarkan hakikat hubungan aktorasi, dan berdasarkan ada atau tidaknya unsure negative
pada fasa berba utama.

Kridalaksana (1987:217) membagi jenis klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi


kalimat dan berdasarkan strukturnya. Kalimat aktif-pasif dalam pandangan dua ahli bahasa
ini berbeda berdasarkan penggolongannya. Tarigan lebih menekankan dasar kalimat aktif-
pasif berdasarkan hubungan actor-aksi. Kridalaksana menentukan kalimat aktif-pasif
berdasarkan strukturnya. Pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia kalimat aktif-pasif
dibedakan berdasarkan jenis predikatnya.

Ada beberapa jenis kalimat berdasarkan jenis predikat yang berkategori verba, yaitu :

1. Kalimat tatktransitif.

2. Kalimat ekatransitif.

3. Kalimat dwitransitif.

4. Kalimat pasif
Kalimat aktif terbagi menjadi kalimat transitif, ekatransitif, dan dwitransitif. Ciri-ciri kalimat
aktif adalah subjek mengerjakan pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam predikat
verbalnya. Predikat verbalnya ditandai oleh prefiks me-N (meng-), ber-, atau tidak ditandai
oleh prefik apapun

contoh

1. Hartono mengerjakan tugas

2. Rudiyanto belajar memasak kue

3. Adik mandi di sungai

Kalimat tersebut tergolong kalimat aktif. Kalimat satu predikatnya pada kata mengerjakan
dengan menggunakan imbuhan me-N atau meng-. Pada kalimat nomor dua predikat
berawalan ber- dari kata dasar ajar mendapat prefiks ber-, dan predikat pada kalimat nomor
tiga berupa kata dasar mandi.

Baca juga: MAKALAH TENTAN NARKOBA || BAHASA INDONESIA

Berikut ini akan penulis paparkan satu persatu jenis kalimat berdasarkan jenis predikat yang
berkategori verba.

1. Kalimat Taktransitif

Kalimat taktransitif yaitu kalimat yang tidak mempunyai objek dan pelengkap hanya
mempunyai dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat.

Contoh

1. Cahaya sedang berhias.

2. Endah sudah pulang.

2. Kalimat Ekatransitif

Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai
tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek.

Contoh

1. Fakultas akan memenuhi tuntutan mahasiswa.

2. Polisi sedang mengejar tersangka.

3. Kalimat Dwitransitif

Kalimat bentuk ini mempunyai pola tambahan yaitu hadirnya pelengkap dalam kalimat
tersebut selain unsur subjek, predikat, dan objek.
Contoh

1. Ibu membelikan adik sepeda baru.

2. Kami harus menyerahkan tugas mingguan.

4. Kalimat Pasif

Ada dua pola terbentuknya kalimat pasif, yaitu kalimat yang diturunkan dari kalimat pasif
dan kalimat itu sendiri.

Contoh

1. Sayuran dibeli oleh ibu.

2. Jariku tergores pisau.

Kalimat nomor satu adalah kalimat pasif yang diturunkan dari kalimat aktif Ibu membeli
sayuran. Berarti kalimat nomor satu dasar pemasifannya dari kalimat aktif. Tidak semua
kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif.

Kalimat aktif yang tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif disebut kalimat taktransitif.
Kalimat tersebut tidak mempunyai objek. Kalimat nomor dua adalah kalimat pasif yang
terbentuk bukan karena dari kalimat aktif, melainkan dari verba yang berkategori pasif. Ada
beberapa prefiks yang berkategori pasif, yaitu prefiks di- dan ter- dan pada pola tertentu kata
dasar juga berperan sebagai kata kerja pasif.

Subjek

Ciri-ciri subjek

Subjek merupakan fungsi sintaksis yang kedua setelah predikat.

Ada ciri-ciri subjek diantaranya :

1. Subjek berupa nomina

Contoh : Joko mengecat dinding kamar.

2. Subjek berupa frasa nomina

Contoh : Daerah Isitmewa Yogyakarta dikepalai Sultan.

3. Subjek berupa frasa verbal

contoh : Memasak itu hobi baruku.

4. Dalam kalimat imperative jika orang kedua atau orang pertama jamak

biasanya tidak hadir.


Contoh : Mari (kita) pulang.

5. Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat

itu dipasifkan.

Contoh : Dito membeli mainan baru.

Mainan baru dibeli Dito.

6. Subjek umumnya terletak di sebelah kiri predikat, jika unsur subjek

panjang dibandingkan unsur predikat dapat diletakkan di akhir kalimat.

Contoh :

Sedikit sekali manusia yang tahan dalam kesunyian.

Manusia yang tahan dalam kesunyian sedikit sekali.

7. Subjek berupa kata ganti

Contoh : Kami terus menyemangatimu..

8. Subjek bisa berupa kata penunjuk (dektik)

Contoh : Disini tempat piring kotor

Objek

1. Ciri-Ciri Objek

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba
transitif pada kalimat aktif (Alwi, 1989:328). Secara umum ciri-ciri penanda objek sama
dengan ciri-ciri penanda subjek. Berikut ini pemaparan lebih lanjut mengenai ciri-ciri
penanda objek.

a. Langsung mengikuti kata kerja

Contoh : Ayah membayar tagihan listrik.

Tidak ada konstruksi dengan preposisi.

Saya pergi dengan Budiyanto.

Kata yang tercetak miring tidak menduduki fungsi objek

b. Dapat menjadi subjek pada kalimat pasif


Dina membeli buku (objek).

Buku (subjek) dibeli oleh Dina.

c. Berupa nomina

Karyawan perusahaan itu mendapat pesangon

d. Berupa frase nominal

Peserta lomba diharuskan membawa peralatan gambar.

e. Berupa kata ganti

Saya melihat dia.

2. Jenis Objek

a. Objek Langsung

Objek langsung ciri-ciri penandanya sama dengan ciri-ciri objek di atas. Perbedaan dengan
objek tidak langsung adalah pada objek langsung mempunyai potensi sebagai subjek pada
bentuk penafsiran. Sedang pada objek tidak langsung tidak mempunyai potensi sebagai
subjek. Objek tidak langsung tetap berada di belakang predikat sebagai pelengkap.

Contoh : Ibu menjahitkan nenek kebaya baru.

S P OL OTL

b. Objek Tidak Langsung

Objek tidak langsung berada di belakang objek langsung yang penandanya sama dengan
pelengkap. Kehadiran objek tidak langsung tidak bersifat mutlak. Hal ini berbeda dengan
objek langsung yang kehadirannya sangat mutlak diperlukan oleh predikat.

Contoh : Nenek dijahitkan ibu kebaya baru

S P pelengkap pelengkap

Pelengkap

Penanda pelengkap sama dengan penanda pada objek tidak langsung. Pelengkap perilakunya
ada yang hampir mirip dengan objek, artinya kehadiran pelengkap ada yang bersifat mutlak
seperti halnya objek.

Contoh: Suasana menjadi ricuh.

Kata ricuh adalah pelengkap yang kehadirannya bersifat mutlak (harus hadir).

Berikut ini ciri-ciri pelengkap :


1. Berwujud kelas kata nomina, verba, adjektiva.

Contoh : Adik belajar melukis.

Daun berubah warna kekuningan.

2. Dapat berwujud frasa nominal, verbal, adjectival, preposisional.

Contoh :

a. Saya belajar memasak kue.

b. Adik berusaha mengatakan itu.

Baca juga: MAKALAH TENTANG PARAGRAF || BAHASA INDONESIA

3. Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan dibelakang objek kalau unsur
ini hadir.

a. Ayah membelikan adik tas baru.

b. Adik belajar bahasa Indonesia

4. Tidak dapat menjadi subjek akibat penafsiran kalimat.

Keterangan

1. Ciri-ciri keterangan

Penanda keterangan bila dibandingkan dengan fungsi sintaksis lainnya mudah untuk
dideteksi. Penanda keterangan yang menonjol adalah dilihat dari distribusinya lebih luas bila
dibandingkan dengan subjek, predikat, objek maupun pelengkap.

Contoh :

1. Adik membeli buku di Gramedia

2. Di Gramedia adik membeli buku

3. Adik di Gramedia membeli buku

Ciri-ciri lain dari keterangan adalah :

a. Kehadirannya bersifat manasuka

b. Dapat berwujud frasa nominal, preposisional, atau adverbial

c. Dapat berwujud klausa


2. Jenis Keterangan

a. tempat f. penyerta

b. waktu g. kemiripan

c. alat h. sebab

d. tujuan i. kesalingan

e. cara

Anda mungkin juga menyukai