Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

SELUK BELUK KALIMAT

DOSEN PENGAMPU : Susan Sandiasih, S.S.,M.Pd

Oleh :

REGI RAHMAWATI

NIM. C1A200001

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL


UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Kalimat”. Dan saya berterima kasih
kepada ibu Susan Sandiasih, S.S.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas kepada saya.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan
saya mengenai kalimat dalam berbahasa Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang lain.
Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon dengan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.

Bandung, 22 Desember 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahasa merupakan perkataan-perkataan yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk
melahirkan perasaan dan pikiran. Sebagai alat komunikasi, bahasa tentunya mempunyai
aturan-aturan tertentu yang disesuaikan dengan situasi dan komunikan yang menggunakannya.

Dalam berbahasa, terkadang kita tidak memperhatikan unsur maupun pola dasar kalimat
dengan benar. Hal ini mengakibatkan kalimat yang tersusun tidak mengikuti kaidah penulisan
yang baik dan benar, sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Dalam merangkai sebuah kalimat
yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan dimulai dari unsur-unsur kalimat, jenis-
jenis kalimat dan yang lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang pengertian kalimat, unsur-unsur
kalimat, jenis-jenis kalimat, dan kalimat efektif, sehingga kita dapat menggunakan bahasa
dengan baik dan benar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Apa saja yang termasuk Unsur-unsur kalimat?
3. Apa saja yang termasuk Jenis-jenis kalimat?

1.3. Tujuan
1. Memahami pengertian kalimat dan mengetahui unsur-unsur yang membentuk kalimat.
2. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada sebuah kalimat.
3. Mampu memahami berbagai macam jenis dari pada suatu kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kalimat


Menurut Kridalaksana (2001:92) kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri
dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas;
jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.

2.2. Unsur-unsur Kalimat


Kalimat bukan semata-mata gabungan dari beberapa kata. Namun, dalam kalimat harus
mempunyai sebuah makna yang utuh dan jelas. Untuk itu, kita belum dapat membuat
kalimat yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu unsur-unsur yang membangun
sebuah kalimat.

Adapun unsur kalimat yang membentu kalimat adalah subjek, predikat, objek dan
pelengkap, dan keterangan. Akan tetapi, tidak semua unsur itu harus ada. Hanya subjek dan
predikat sudah cukup. Untuk lebih jelasnya, kita bahas satu persatu unsur-unsur tersebut.

2.2.1. Subjek

Kata atau beberapa kata yang dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau
beberapa kata tersebut menandai pertanyaan: Apa yang dikatakan oleh pembicara
(penulis atau pembicara) atau dengan kata lain subjek merupakan unsur yang perlu
dijelaskan dengan cara menjwab pertanyaan siapa atau apa unsur yang dijelaskan itu.

Adapun ciri-ciri dari subjek, antara lain:

a. Dalam kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah
kiri) predikat.
b. Unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa
nominal, atau klausa namu n pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek
yang berkategori lain.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahi keberadaan subjek
kalimat.

a. Mempergunakan pertanyaan, siapa atau apa


Contoh : - Member BTS sedang berdiskusi
Dengan menerapkan formula di atas maka pertanyaan ‘Siapa
yang sedang berdiskusi?’ Yaitu ‘Member BTS’ .
Dengan begitu, subjek dari kalimat di atas adalah Member BTS.
b. Menemukan ciri ketakrifannya, yaitu kepastian (definiteness). Bentuk
kebahasaan yanng belum pasti harus dibuat pasti atu takrif dengan cara
menambahkan kata ‘itu’ atau ‘ini’ atau ‘tersebut’.
Contoh : - Seoul itu merupakan Ibu Kota Korea Selatan, dapat dengan jelas
kita pahami bahwa subjek dari kalimat tersebut adalah ‘Seoul’.
c. Tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.

Perhatikan contoh-contoh kalimat di bawah ini!

- Park Jimin mahasiswa multitalenta. ( Nomina )


- Beliau dosen pembimbing saya. ( Frasa Nominal )
- Jungkook berangkat ke sekolah. ( Klausa )
- Taehyung dan Namjoon sama-sama keras kepala. ( Verba )

Jika unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga
diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut:

- Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.


- Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.

Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat
imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:

- Tolong (kamu) nyalakan radio.


- Mari (kita) makan.

Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu
dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut:

- Anak itu menghabiskan kue saya. (Subjek)


- Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu. (Pel.)
2.2.2. Predikat

Kata atau beberapa kata dapat berfungsi sebagai predikat apabila kata atu
beberapa kata itu menandai pertanyaan: Apa yang ingin dikatakan oleh pembicara
tentang subjek? Atau dengan kata lain predikat adalah unsur yang menjelaskan keadaan
atau perilaku subjek dengan cara menjawab pertanyaan mengapa atau bagaimana.
Predikat dapat terdiri dari verba ( kata kerja ) dan Adjektiva ( kata sifat ). Penggunaan
predikat biasanya terdapat setelah subjek karena predikat menjelaskan keadaan dari
subjek tersebut.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan


predikat.

a. Mengidentifikasi predikat dengan formula pertanyaan.


Contohnya:
Taehyung terjatuh dari panggung konser.
Yang merupakan predikat pada kalimat di atas adalah ‘terjatuh’ karena
berdasarkan identifikasi formula pertanyaan yaitu ‘bagaimana’ dan
‘mengapa’.
b. Mencari kata ‘adalah’ dan ‘ialah’ di dalamnya. Biasanya kata tersebut
digunaka sebagai predikat pada kalimat nominal. Kalimat nominal adalah
kalimat yang predikatnya bukan verba atau kata kerja.
Contohnya:
Jumlah pengunjung Konser BTS Loveyourself adalah 90.000 orang.
Jadi kata ‘adalah’ berfungsi sebagai predikat pada kalimat tersebut.
c. Verba dan adjektiva yang menjadi predikat dapat diawali dengan kata
petunjuk aspek dan modalitas seperti ‘telah, sudah, belum, sedang, akan,
ingin, hendak, mau’.
Contohnya:
BTS telah menyelesaikan konser Loveyourself di Brazil kemarin.
Kata ‘telah’ disini berfungsi sebagai predikat dari kalimat tersebut.
2.2.3. Objek

Objek adalah unsur kalimat yang harus ada dalam kalimat verbal (kalimat aktif)
yang predikatnya terdiri dari kata kerja transitif. Kata kerja transitif adalah kata kerja
yang membutuhkan kehadiran objek, biasanya berawalan ‘me-‘. Bentuk kata kerja yang
berawalan ‘ber-‘ dan berafiks ‘ke-an’ biasanya tidak memerlukan objek.
Objek kalimat tidak akan hadir di dalam kalimat apabila:

a. Tidak terdapat kalimat pasif.


b. Kalimat itu merupakan kalimat dengan verba aktif transitif.

Ciri-ciri objek, sebagai berikut:


1. Objek berada langsung di belakang predikat
Contoh:
a) Sari merekapitulasi resep-resep di dapur.
b) Jungkook membagikan sumbangan.
2. Objek dapat menjadi subjek pada kalimat pasif, ditandai dengan perubahan
unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang
disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.Predikatnya berawalan
di-
Contoh:
a) Resep direkapitulasi oleh Sari
b) Sumbangan itu dibagikan oleh Jungkook
3. Bentuk kebahasaan itu tidak dapat diawali dengan preposisi atau kata depan.
Contoh:
a) Hitman menyusun laporan.
b) Taehyung mengedit foto.

2.2.4. Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang harus ada pada kalimat verbal intransitif,
yang menghendaki unsur yang melengkapinya.

Ciri-ciri pelengkap :
a. Terletak di belakang prediket, biasanya masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contoh:
1) Niken membelikan saya buku baru.
2) Andi berjualan koran.
b. Tidak didahului preposisi
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, sebagai berikut:
1. Bersifat wajib karena melengkapi kata kerja dalam kalimat.
2. Tidak didahului dengan preposisi.
3. Terdapat di belakang prediket.

Berkenaan dengan hal tersebut,dapat dikembangkan sebagai berikut:


1. Andi berjualan koran.
2. Andi menjual koran.

Dapat kita lihat perbedaan antara pelengkap dan objek di dalam kalimat. Pada
kalimat satu (1) bentuk koran adalah pelengkap. Bentuk kebahasaan itu
melengkapi verba yang bercirikan aktif intransitif. Sebaliknya di dalam kalimat
dua (2) bentuk koran adalah objek kalimat, karena verba pada kalimat bersifat
transitif. Jadi dapat disimpulkan bentuk kebahasaan itu adalah pelengkap yang
ditandai dengan verba yang mendahuluinya berawalan ‘ber-‘, selain itu bentuk
berafiks ‘ke-an’ seperti ‘kehilangan’, ’kedatangan’, ’kemasukan’, ’kerampokan’,
juga diikuti oleh pelengkap.
Perbedaan antara pelengkap dan objek terletak pada kalimat pasif. Pelengkap
tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam
kalimat pasif, objek lah yang menjadi kalimat pasif, bukan pelengkap.

2.2.5. Keterangan

Istilah keterangan dalam tata bahasa disebut dengan adverbial. Keterangan atau
adverbial adalah verba, adjektiva, atau nomina yang menerangkan predikat. Dari segi
maknanya, keterangan atau adverbial terbagi menjadi sembilan, yaitu keterangan
waktu, tempat dan arah, tujuan, cara, penyert, alat, similatif, penyebaban, dan
kesalingan. Perhatikan pada kata yang dicetak miring pada kalimat berikut ini adalah
keterangan atau adverbial.

1) Dia mengerjakan soal itu sampai pukul 22. (waktu)


2) Dia mengerjakan soal itu sampai nomor 100. (tempat)
3) Dia bersedia menjadi saksi deni penegakan hukum. (tujuan)
4) Dengan lantang wakil karyawan itu membacakan tuntutannya. (cara)
5) Dia merumuskan konsep itu dengan para asistennya. (penyerta)
6) Kami berangkat dengan bus. (alat)
7) Tekadnya untuk merantau teguh laksana gunung karang. (similatif)
8) Gaji terasa kurang terus karena inflasi tak terkendalikan. (penyebaban)
9) Kedua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu
sama lain. (kesalingan)

Adapun ciri-ciri keterangan yang lainnya, sebagai berikut:

1. Tidak terikat posisi, maksudnya keterangan bersifat mana suka, biasa


terdapat dimana saja. Posisi keterangan cenderung lebih bebas dan tidak
terikat.
2. Keterangan di awali preposisi atau kata depan, berbeda dengan unsur
lainnya seperti subjek, predikat dan objek yang tidak boleh diawali dengan
preposisi.

Keterangan dibedakan berdasarkan perannya dalam sebuah kalimat, berikut adalah


jenis-jenis keterangan :
a. Keterangan waktu, adalah keterangan berupa kata, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan waktu. Keterangan berupa kata, seperti, kemarin, besok, sekarang,
lusa, kini, siang, dan malam. Sedangkan keterangan waktu berupa frasa seperti,
kemarin pagi, hari senin, 14 Januari dan minggu depan. Keterangan waktu berupa
anak kalimat ditandai oleh konjungtor seperti, setelah, sesudah, sebelum, saat,
sesaat, sewaktu, dan ketika. Contoh:
1) Gempa mengguncang Kota Gwaseong pada dini hari.
2) Gempa mengguncang Kota Gwaseong pada 30 Desember 2009.
3) Gempa tersebut masih menimbulkan luka mendalam bahkan 8 tahun setelah
peristiwa itu terjadi.
b. Keterangan tempat, berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam. Contoh :
1) Sungmin tinggal di pemukiman yang kumuh itu.
2) Ayah memanggil Aespa yang masih mengurung diri dalam ruang musiknya.
c. Keterangan cara dapat berupa kata ulang frasa atau anak kalimat yang menyatakan
cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai dengan kata dengan atau secara.
Keterangan kata yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Contoh:
1) Pencuri itu berlari dengan cepat.
2) Munyeong keluar dari rumah itu secara diam-diam.
d. Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat yang menyatakan sebab. Seperti
karena. Contoh:
1) Astro menangis karena terjatuh dari sepeda elektrik
2) Tanah perbukitan itu menjadi longsor karena penebangan liar
e. Keterangan tujuan, yaitu menambahkan kata informasi tujuan pada kalimat, seperti
untuk,supaya dan agar. Contoh:
1) John belajar sepanjang malam supaya naik kelas.
2) Boyoung menyirami bunga agar tumbuh subur.
f. Keterangan aposisi, berupa memberi penjelasan nomina, misalnya subjek atau
objek. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (-) atau tanda kurang. Contohnya:
1) Dosen saya, Bu Susan, terpilih sebagai dosen teladan.
g. Keterangan tambahan, berupa memberi penjelasan nomina (subjek atau objek).
Keterangan tambahan berbeda dengan aposisi, keterangan ini tidak dapat
menggantikan unsur yang diterangkan. Keterangan tambahan bercetak miring.
Contoh:
1) Hong, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
h. Keterangan pewatas, berupa memberikan pembatas nomina. Misalnya subjek,
prediket, objek, keterangan atau pelengkap. Contoh:
1) Mahasiswa yang mempunyai IP lebih dari tiga mendapat beasiswa.

2.3. Jenis-jenis Kalimat

Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut klausa pembentuknya,


fungsi isinya, kelengkapan unsurnya, susunan subjek dan predikatnya, dan sifat hubungan
aktor-aksi.

1. Jenis kalimat menurut Jumlah Klausanya

Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua macam,
yaitu Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk.
a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu
berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda
klausa. Unsur S dan P menang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun
O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat
tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu
dihadirkan.

Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat dipilah


menjadi empat macam yang diberi nama atau label tambahan sesuai jenis kata atau
frasanya, yaitu nominal, adjektiva, verbal, dan numeral. Contoh :

1. Kami mahasiswa UNFARI Bandung ( kalimat nominal )


2. Jawaban anak pintar itu sangat tepat ( kalimat adjektiva )
3. Sapi-sapi sedang merumput ( kalimat verbal )
4. Mobil orang kaya itu ada delapan ( kalimat numeral )
5. Di toko itu Jessica berbelanja ( kalimat verbal)

b. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih
kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi
dua bagian yaitu:

(1) Kalimat majemuk setara/koordinatif

Kalimat majemuk setara/koordinatif yaitu gabungan dua pokok pikiran


atau lebih yang kedudukannya setara. Struktur kalimat yang di dalamnya
terdapat, sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Konjungtor yang menghubungkan
klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak. Konjungtor
itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi.
Berikut tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara:

Jenis Hubungan Fungsi Kata Penghubung


Menyatakan penjumlahan atau
gabungan kejadian, kegiatan,
1. Penghubung peristiwa, dan proses. dan, serta, baik, maupun
Bahwa hal yang dinyatakan
dalam klausa pertama
bertentangan dengan klausa tetapi, sedangkan,
2. Pertentangan kedua. bukannya, melainkan
Menyatakan pilihan di antara
3. Pemilihan dua kemungkinan. atau
Menyatakan kejadian yang
4. Perurutan berurutan. lalu, kemudian

Contoh kalimat majemuk setara/koordinatif :


1. Anto gemar menulis sedangkan Anita gemar menari.
2. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya.
3. Sinta cantik, tetapi sombong.
4. Ia memarkirkan mobil di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7.
5. Derbian mendapatkan peringkat satu sedangkan July peringkat dua.

(2) Kalimat Majemuk Bertingkat/Kompleks/Subordinatif

Kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif yaitu kalimat tunggal


yang salah satu jabatannya diperluas membentuk kalimat baru.Dalam kalimat
majemuk bertingkat kita mengenal

a. Induk kalimat (jabatan kalimat yang bersifat tetap atau tidak


mengalami perubahan)
b. Anak kalimat (jabatan kalimat yang diperluas membentuk kalimat
baru.Anak kalimat ditandai pemakaian kata penghubung dan bila
mendahului induk kalimat dipisah dengan tanda baca koma).
Berikut tabel jenis hubungan antarklausa, konjungtor, dan fungsinya dalam
kalimat majemuk bertingkat.

Jenis Hubungan Kata Penghubung


Sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis,
a) Waktu sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
Jika(lau), seandainya,
b) Syarat An-daikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala
c) Tujuan Agar, supaya, untuk, biar
Walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun),
d) Konsesif sungguh(pun)
e) Pembandingan Seperti, bagaikan, laksa-na, sebagaimana, dari-pada, alih-alih, ibarat
f) Penyebaban Sebab, karena, oleh karena
g) Pengakibatan Sehingga, sampai-sampai, maka
h) Cara/alat Dengan, tanpa
i) Kemiripan Seolah-olah, akan
j) Kenyataan Padahal
k) Penjelasan Bahwa
l) Hasil Makanya

Contoh kalimat majemuk bertingkat/kompleks/subordinatif :


1. Agar koperasi unit desa (KUD) berkembang,perlu dipikirkan penciptaan
kader-kader yang tangguh.
2. Ketika memberikan keterangan,saksi itu meneteskan air mata.
3. Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa unit
rumah susun belum berpenghuni.
4. hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
5. Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM,kita berharap kegiatan
ekonomi tidak lesu lagi.
6. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru.
7. Tempat itu kotor,makanya dia malas kalau disuruh ke situ.
8. Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya.
9. Semangat belajarnya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut.
10. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.

2. Jenis kalimat Menurut Fungsinya

Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan bentuk
atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam,yaitu : (1)kalimat berita
(deklaratif), (2) kalimat tanya(introgatif), (3) kalimat perintah (imperatif),dan (4) kalimat
seru (ekslamatif).

a. Kalimat Berita (Deklaratif)

Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita.
Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau tak langsung,aktif
atau pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri
tanda titik (.). Contoh :

1. Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.


2. Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.

b. Kalimat Tanya (Introratif)


Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh informasi. Ciri –
ciri kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya(?),berintonasi naik dan sering pula
hadir kataapa(kah),bagaimana,dimana, siapa,yang mana,dll. Contoh :
1. Apakah barang ini milikmu?
2. Kapan adikmu kembali ke Indonesia?

c. Kalimat Perintah (Imperatif)


Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang orang berbuat
sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan diakhiri tanda titik (.) atau seru (!).
Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah suruhan,kalimat perintah
halus,kalimat perintah permohonan,kalimat perintah ajakan dan harapan,kalimat
perintah larangan,dan kalimat perintah pembiaran.
Contoh :
1. Tolonglah bawa motor ini ke bengkel.(k.perintah halus)
2. Buka pintu itu! (k.perintah suruhan)
3. Jangan buang sampah di sungai itu! (k.perintah larangan)
4. Mohon hadiah ini kamu terima. (k.perintah permohonan/permintaan)
5. Ayolah, kita belajar. (k.perintah ajakan dan harapan)
6. Biarlah dia pergi bersama temannya. (k.perintah pembiaraan)

d. Kalimat Seru (Ekslamatif)


Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan
perasaan emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi
spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!).
Contoh :
1. Hai,ini dia orang yang kita cari!
2. Wah,pintar benar anak ini !

3. Jenis Kalimat menurut Kelengkapan Unsurnya

Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu:
kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).

a. Kalimat Sempurna (Mayor)

Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas
(Cook,197 : 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa
bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Contoh:

1. Ayah membaca koran. (K.S. dilihat dari kalimat tunggal)


2. Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu.(K.S. dilihat dari
kalimat majemuk bertingkat.

b. Kalimat Tak Sempurna (Minor)


Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak lengkap
atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali.. Kalimat tak
sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan,minor,dan seruan.
Contoh :
a. “Maksudmu?”
b. “Ayah di Sumatera Utara.”
4. Jenis Kalimat menurut Susunan Subjek dan Predikatnya

Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yuitu
: kalimat versi dan kalimat inversi.

a. Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama
dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :

1. Dokter menangani pasien itu dengan baik.


2. Mereka bersalaman.

b. Kalimat InversiI
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga membentuk
pola P-S.Selain merupakan variasi dari pola S-P,ternyata kalimat berpola P-S dapat
memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu.Memang kata atau frase yang
pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna.
Contoh :
1. Matikan televisi itu.
2. Tidak terkabul permintaannya.

5. Kalimat menurut Sifat Hubungan Aktor-Aksi.

Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi empat yaitu
: (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial dan (4) kalimat resiprokal.

a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor
(Cook,1971 : 49). Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya.
Contoh :
1. Anto mengambil buah mangga.
2. Adik bermain bola.
b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita
atau dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-
an. Contoh :
1. Piring dicuci Anita.
2. Adik terjatuh di kamar mandi.
3. Suaranya kedengaran ke sana.

c. Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku dan
atau sebagai penderita (objek). Contoh :
1. Dia menghibur dirinya.
2. Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
3. Mereka menyusahkan diri sendiri.

d. Kalimat Reiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh :
1. Saya sering tukar-menukar buku dengan si Joni.
2. Para pembeli ramai tawar-menawar dengan para pedagang.

6. Kalimat Inti dan Inti Kalimat

Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalah
kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.

Syarat-syarat kalimat inti :

1. Terdiri dari dua suku kata


2. Berpola S dan P
3. Intonasi netral

Syarat-syarat inti kalimat :


1. Terdiri dari tiga suku kata
2. Berpola S-P-O
3. Intonasi netral
Contoh :
a. Adik saya yang paling bungsu sedang mempelajari bahasa Mandarin
Kalimat inti : Adik mempelajari
Inti kalimat : Adik mempelajari bahasa Mandarin
b. Penelitian-penelitian mutakhir memusatkan perhatian pada makanan dari soya,
yang ternyata dapat membantu mencegah kanker payudara.
Kalimat inti : Penelitian - penelitian memusatkan
Inti kalimat : Penelitian - penelitian memusatkan perhatian

7. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis
secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat
pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya
dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata)yang tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa , sesuai ketentuan EYD, baik
penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam
syarat keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan (3) kepararelan, (4) ketepatan,
(5) kehematan, dan (6) kelogisan

(1) Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai
kalimat yang jelas . Contoh :
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk .(salah)
K P
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
(2) Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat.
Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi
sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat.
Contoh :
a. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi .(tidak
mempunyai subjek/ subjeknya tidak jelas). (salah)
b. Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya
sudah jelas).(benar)
c. Kami telah membicarakan tentang hal itu.(salah)
d. Kami telah membicarakan hai itu. (benar)

(3) Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian
kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan
verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina
(kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh :
a. Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
b. Kami telah merencanakan membangun pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan
desa, dan membuat tali air. (benar)
c. Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha ? (salah)
d. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha ? (benar)

(4) Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun
suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh :
a. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
b. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)

(5) Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak
mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi
padat berisi.
Contoh :
a. Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
b. Hanya ini yang dapat saya berikan.(benar)
c. Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)
(6) Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya
efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu
(ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.Contoh :
a. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.
b. Heri kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
c. Kepada Bapak Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan.(salah)
Alasan : Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
d. Bapak Gubernur kami persilahkan. (benar)
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;
klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk
satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
2. Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah
klausa pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan
subjek dan predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.
3. Kalimat inti berbeda dengan inti kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang
terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalh kalimat yang terdiri atas
inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
4. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/
penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar /
pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang tepat, tidak mengalami
kontaminasi frasa , sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan
penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat
keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan (3) kepararelan, (4)
ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.

3.2. Saran

Penulis menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi referensi-referensi


mengenai jenis-jenis kalimat selain makalah ini. Ini dikarenakan oleh keterbatasan
penulis dalam mencari referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai