BAHASA INDONESIA
Oleh :
REGI RAHMAWATI
NIM. C1A200001
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Kalimat”. Dan saya berterima kasih
kepada ibu Susan Sandiasih, S.S.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas kepada saya.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan
saya mengenai kalimat dalam berbahasa Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang lain.
Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon dengan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam berbahasa, terkadang kita tidak memperhatikan unsur maupun pola dasar kalimat
dengan benar. Hal ini mengakibatkan kalimat yang tersusun tidak mengikuti kaidah penulisan
yang baik dan benar, sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Dalam merangkai sebuah kalimat
yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan dimulai dari unsur-unsur kalimat, jenis-
jenis kalimat dan yang lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini membahas tentang pengertian kalimat, unsur-unsur
kalimat, jenis-jenis kalimat, dan kalimat efektif, sehingga kita dapat menggunakan bahasa
dengan baik dan benar.
1.3. Tujuan
1. Memahami pengertian kalimat dan mengetahui unsur-unsur yang membentuk kalimat.
2. Mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada sebuah kalimat.
3. Mampu memahami berbagai macam jenis dari pada suatu kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun unsur kalimat yang membentu kalimat adalah subjek, predikat, objek dan
pelengkap, dan keterangan. Akan tetapi, tidak semua unsur itu harus ada. Hanya subjek dan
predikat sudah cukup. Untuk lebih jelasnya, kita bahas satu persatu unsur-unsur tersebut.
2.2.1. Subjek
Kata atau beberapa kata yang dapat berfungsi sebagai subjek apabila kata atau
beberapa kata tersebut menandai pertanyaan: Apa yang dikatakan oleh pembicara
(penulis atau pembicara) atau dengan kata lain subjek merupakan unsur yang perlu
dijelaskan dengan cara menjwab pertanyaan siapa atau apa unsur yang dijelaskan itu.
a. Dalam kalimat runtut (bukan inversi), subjek berada sebelum (di sebelah
kiri) predikat.
b. Unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nomina, frasa
nominal, atau klausa namu n pada beberapa kalimat lain, ada pula subjek
yang berkategori lain.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahi keberadaan subjek
kalimat.
Jika unsur subjek lebih panjang dari unsur predikatnya, subjek sering juga
diletakkan di akhir kalimat, seperti pada contoh berikut:
Subjek yang berupa orang kedua atau orang pertama jamak pada kalimat
imperatif (perintah) sering dihilangkan seperti pada kalimat berikut:
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu
dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut:
Kata atau beberapa kata dapat berfungsi sebagai predikat apabila kata atu
beberapa kata itu menandai pertanyaan: Apa yang ingin dikatakan oleh pembicara
tentang subjek? Atau dengan kata lain predikat adalah unsur yang menjelaskan keadaan
atau perilaku subjek dengan cara menjawab pertanyaan mengapa atau bagaimana.
Predikat dapat terdiri dari verba ( kata kerja ) dan Adjektiva ( kata sifat ). Penggunaan
predikat biasanya terdapat setelah subjek karena predikat menjelaskan keadaan dari
subjek tersebut.
Objek adalah unsur kalimat yang harus ada dalam kalimat verbal (kalimat aktif)
yang predikatnya terdiri dari kata kerja transitif. Kata kerja transitif adalah kata kerja
yang membutuhkan kehadiran objek, biasanya berawalan ‘me-‘. Bentuk kata kerja yang
berawalan ‘ber-‘ dan berafiks ‘ke-an’ biasanya tidak memerlukan objek.
Objek kalimat tidak akan hadir di dalam kalimat apabila:
2.2.4. Pelengkap
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang harus ada pada kalimat verbal intransitif,
yang menghendaki unsur yang melengkapinya.
Ciri-ciri pelengkap :
a. Terletak di belakang prediket, biasanya masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contoh:
1) Niken membelikan saya buku baru.
2) Andi berjualan koran.
b. Tidak didahului preposisi
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, sebagai berikut:
1. Bersifat wajib karena melengkapi kata kerja dalam kalimat.
2. Tidak didahului dengan preposisi.
3. Terdapat di belakang prediket.
Dapat kita lihat perbedaan antara pelengkap dan objek di dalam kalimat. Pada
kalimat satu (1) bentuk koran adalah pelengkap. Bentuk kebahasaan itu
melengkapi verba yang bercirikan aktif intransitif. Sebaliknya di dalam kalimat
dua (2) bentuk koran adalah objek kalimat, karena verba pada kalimat bersifat
transitif. Jadi dapat disimpulkan bentuk kebahasaan itu adalah pelengkap yang
ditandai dengan verba yang mendahuluinya berawalan ‘ber-‘, selain itu bentuk
berafiks ‘ke-an’ seperti ‘kehilangan’, ’kedatangan’, ’kemasukan’, ’kerampokan’,
juga diikuti oleh pelengkap.
Perbedaan antara pelengkap dan objek terletak pada kalimat pasif. Pelengkap
tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam
kalimat pasif, objek lah yang menjadi kalimat pasif, bukan pelengkap.
2.2.5. Keterangan
Istilah keterangan dalam tata bahasa disebut dengan adverbial. Keterangan atau
adverbial adalah verba, adjektiva, atau nomina yang menerangkan predikat. Dari segi
maknanya, keterangan atau adverbial terbagi menjadi sembilan, yaitu keterangan
waktu, tempat dan arah, tujuan, cara, penyert, alat, similatif, penyebaban, dan
kesalingan. Perhatikan pada kata yang dicetak miring pada kalimat berikut ini adalah
keterangan atau adverbial.
Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibentuk atas dua macam,
yaitu Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa bebas. Hal itu
berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Unsur P adalah sebagai penanda
klausa. Unsur S dan P menang selalu wajib hadir di dalam setiap kalimat. Adapun
O, Pel, dan Ket sifatnya tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat
tunggal. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu
dihadirkan.
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih
kalimat tunggal. Dengan kata lain kalimat majemuk adalah kalimat yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan dua predikat. Kalimat majemuk dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan berdasarkan bentuk
atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam,yaitu : (1)kalimat berita
(deklaratif), (2) kalimat tanya(introgatif), (3) kalimat perintah (imperatif),dan (4) kalimat
seru (ekslamatif).
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita.
Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau tak langsung,aktif
atau pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri
tanda titik (.). Contoh :
Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu:
kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).
Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa bebas
(Cook,197 : 47). Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa
bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Contoh:
Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua yuitu
: kalimat versi dan kalimat inversi.
a. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama
dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa.Contoh :
b. Kalimat InversiI
Kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S sehingga membentuk
pola P-S.Selain merupakan variasi dari pola S-P,ternyata kalimat berpola P-S dapat
memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu.Memang kata atau frase yang
pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna.
Contoh :
1. Matikan televisi itu.
2. Tidak terkabul permintaannya.
Dipandang dari segi hubungan aktor-aksi, maka kalimat ini terbagi menjadi empat yaitu
: (1) kalimat aktif, (2) kalimat pasif, (3) kalimat medial dan (4) kalimat resiprokal.
a. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat kalimat yang subjeknya sebagai pelaku atau aktor
(Cook,1971 : 49). Kalimat aktif umumnya berawalan me- dan ber- pada P-nya.
Contoh :
1. Anto mengambil buah mangga.
2. Adik bermain bola.
b. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita
atau dikenai pekerjaan / tindakan. Kalimat pasif umumnya berawalan di- , ter- , ke-
an. Contoh :
1. Piring dicuci Anita.
2. Adik terjatuh di kamar mandi.
3. Suaranya kedengaran ke sana.
c. Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku dan
atau sebagai penderita (objek). Contoh :
1. Dia menghibur dirinya.
2. Wanita itu menggantung dirinya sendiri.
3. Mereka menyusahkan diri sendiri.
d. Kalimat Reiprokal
Kalimat resiprokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu
perbuatan yang berbalas-balasan. Contoh :
1. Saya sering tukar-menukar buku dengan si Joni.
2. Para pembeli ramai tawar-menawar dengan para pedagang.
Kalimat inti adalah kalimat yang terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalah
kalimat yang terdiri atas inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
7. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis
secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat
pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya
dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata)yang tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa , sesuai ketentuan EYD, baik
penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam
syarat keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan (3) kepararelan, (4) ketepatan,
(5) kehematan, dan (6) kelogisan
(1) Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai
kalimat yang jelas . Contoh :
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk .(salah)
K P
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk. (benar)
S P
(2) Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat.
Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi
sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat.
Contoh :
a. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi .(tidak
mempunyai subjek/ subjeknya tidak jelas). (salah)
b. Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi (subjeknya
sudah jelas).(benar)
c. Kami telah membicarakan tentang hal itu.(salah)
d. Kami telah membicarakan hai itu. (benar)
(3) Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian
kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan
verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina
(kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina. Contoh :
a. Kami telah merencanakan membangun pabrik, membuka hutan, pelebaran jalan
desa, dan membuat tali air. (salah)
b. Kami telah merencanakan membangun pabrik,membuka hutan,melebarkan jalan
desa, dan membuat tali air. (benar)
c. Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha ? (salah)
d. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha ? (benar)
(4) Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun
suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti. Contoh :
a. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sehingga petang. (salah)
b. Karyawan teladan itu memang tekun belajar dari pagi sampai petang. (benar)
(5) Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak
mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi
padat berisi.
Contoh :
a. Hanya ini saja yang dapat saya berikan. (salah)
b. Hanya ini yang dapat saya berikan.(benar)
c. Ini saja yang dapat saya berikan. (benar)
(6) Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya
efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu
(ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.Contoh :
a. Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-57.(salah)
Alasan : Seolah-olah ada 57 negara Republik Indonesia.
b. Heri kemerdekaan ke-57 Republik Indonesia. (benar)
c. Kepada Bapak Gubernur waktu dan tempat kami persilahkan.(salah)
Alasan : Waktu dan tempat tidak mungkin kami persilahkan.
d. Bapak Gubernur kami persilahkan. (benar)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;
klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk
satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
2. Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut (a) jumlah
klausa pembentuknya,(b) fungsi isinya,(c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan
subjek dan predikatnya,dan (e) sifat hubungan aktor-aksi.
3. Kalimat inti berbeda dengan inti kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang
terdiri atas S dan P. Sedangkan inti kalimat adalh kalimat yang terdiri atas
inti-inti kalimat atau unsur-unsur kalimat yaitu S-P-O.
4. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/
penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar /
pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang tepat, tidak mengalami
kontaminasi frasa , sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan
penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat
keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan (3) kepararelan, (4)
ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan.
3.2. Saran