Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH LINGUISTIK

KALIMAT DAN WACANA

Dosen Pembimbing : Reni Rokhayati, S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Chantika Wulan F (201921500341)

Dina Aulia (20192150

Mar’atun

Nopira Aulia Rahmah

Riska Amanda

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

TB.Simatupang, Jl. Nangka Raya Tj. Bar,. Kec Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
12530
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah sebagai tugas untuk mata kuliah Linguistik Umum

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Linguistik Umum, ibu
Reni Rokhayati yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta,22 November 2019

Penulis

Ii

Daftar Isi
Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan

Bab II Pembahasan

1. Pengertian Kalimat
2. Jenis kalimat
a. Kalimat Inti dan Kalimat Noninti
b. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
c. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
d. Kalimat Verbal dan Nonverbal
e. Kalimat Bebas dan Terikat
3. Intonasi Kalimat
a. Modus
b. Aspek
c. Kala
d. Modalitas
e. Focus
f. Diathesis
4. Pengertian Wacana
5. Alat-alat Wacana
6. Jenis Wacana
7. Subsatuan Wacana
8. Catatan mengenai hierarki satu

Iii

BAB II

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya yang dibicarakan oleh buku tata bahasa tradisional dalam bab sintaksis hanyalah satuan
yang disebut kalimat. Oleh karena itu, tak jarang kita jumpai pernyataan yang mengatakan bahwa sintaksis
adalah ilmu tentang kalimat, atau ilmu mengenai penataan kalimat. Hal ini mudah dipahami karena kalimat
merupakan satuan bahasa yang “langsung” digunakan sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal
yang dilakukan oleh manusia.

Banyak dan berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat. Namun, dari sekian banyak definisi
yang berbeda, pada dasarnya wacana adalah satuan bahasa yang lengkap,sehingga dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Rumusan Masalah
1. Jenis-jenis kalimat apa saja?
2. Apa yang dimaksud dengan intonasi kalimat?
3. Alat-alat wacana seperti apa?
4. Alat-alat apa yang digunakan untuk menyatakan kala dalam bahasa Indonesia?

Tujuan
a. Dapat mengetahui pengertian kalimat dan jenisnya
b. Dapat mengetahui penjelasan modus,kala,aspek,modalitas,focus dan diathesis
c. Dapat mengetahui pengertian wacana dan jenisnya
d. Dapat mengetahui catatan mengenai hierarki satuan

iv

BAB III

PEMBAHASAN
Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang dsusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi
dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Dari rumusan itu bisa disimpulkan,
bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sebab
konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Konstituen dasar itu berupa klausa. Jadi, kalau pada sebuah klausa
diberi intonasi final, maka akan terbentuklah kalimat itu. Dari rumusan itu, bisa disimpulkan pula, bahwa
konstituen dasar bisa juga tidak berupa kalusa karena dikatakan biasanya berupa klausa,melainkan bisa juga
berupa kata atau frase. Kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa tentu saja menjadi kalimat mayor
atau kalimat bebas. Sedangkan yang konstituen dasarnya berupa kata atau frase tidak dapat menjadi kalimat
bebas, melainkan hanya menjadi kalimat terikat.

Intonasi final yang ada memberi ciri kalimat pada tiga buah, yaitu intonasi deklaratif, yang dilambangkan
dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dilambangkan dengan tanda Tanya;intonasi seru, yang
dilambangkan dengan tanda seru.

Jenis-jenis Kalimat
A. Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti disebut juga kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap
bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat diiubah menjadi kalimat noninti
dengan proses transformasi seperti transformasi pemasifan, transformasi pengingkaran, transformasi
penanyaan, transformasi pemerintahan, transformasi penginversian,transformasi pelesapan, dan
transformasi penambahan.

B. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


Perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam
kalimat. Sebuah kalimat dianggap kalimat tunggal yang hanya terdiri dari satu klausa, tetapi kalau
konstruksi tersebut dianggap sebagai hasil proses penggabungan dua buah kalimat yang disertai
pelesapan, maka dianggap bukan kalimat tunggal, melainkan kalimat majemuk. Kalimat majemuk
adalah sebuah kalimat yang terdapat lebih dari satu. Dalam hal ini, berkenaan dengan sifat hubungan
sifat hubungan klausa di dalam kalimat itu,dibedakan kalimat majemuk subordinatif dan majemuk
koordinatif.
Kalimat subordinatif ialah kalimat majemuk yang hubungan antara klausanya tidak setara atau
sederajat. Kalusa yang satu merupakan klausa atasan, dan kalusa yang lain merupakan klausa
bawahan. Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau,ketika,meskipun,
dan karena. Sedangkan kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat yang klausanya memiliki status
yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Klausa dalam kalimat majemuk koordinatif
dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan,atau,tetapi,lalu.namun, tak jarang hubungan
itu hanya secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungsi.
C. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang
menjadi konstituen dasar klimat. Kalau klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Sedangkan kalimat minor itu entah
hanya terdiri dari subjek saja, objek saja, atau keterangan saja. Jadi, kalimat jawaban singkat,kalimat
seruan,kalimat perintah,kalimat salam,dan sebagainya adalah termasuk kalimat minor.
D. Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verba, atau kalimat yang predikatnya
berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan, kalimat nonverbal adalah kalimat yang
predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Kalimat transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya
diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotransitif, dan diikuti oleh dua buah objek
kalau verbanya berupa verba bitransitif.
Kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitive, yaitu verba yang
tidak memiliki objek. Sedangkan kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif.
E. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat
memulai sebuah paraagraf atau waacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai
ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.

Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa sebab bisa dikatakan
kalimat minus intonasi sama dengan klausa, atau kalau dibalik kalusa plus intonasi sama dengan kalimat.
Jadi, kalau intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa.

Tekanan adalah ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Sedangkan nada adalah unsur suprasegmental yang diukur
berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran.

1. Modus
Modus adalah pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran
pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya.ada beberapa macam modus,yaitu ;
a. Modus indikatif, yaitu modus yang menunjukkan sikap objektif atau netral
b. Modus optative, yaitu modus yang menunjukkan harapan atau keinginan.
c. Modus imperaatif, yaitu modus yang menyatakan perintah, larangan, atau tegahan.
d. Modus interogatif, yaitu modus yang menyatakan pertanyaan.
e. Modus obligatif, yaitu modus yang menyatakan keharusan.
f. Modus desiderative, yaitu modus yang menyatakan keinginana atau kemauan.
g. Modus kondisional, yaitu modus yang menyatakan persyaratan.

2. Aspek
Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi,
keadaan, kejadian, atau proses.
a. Aspek kontinuatif, yaitu menyatakan perbuatan terus berlangsung
b. Aspek inseptif, yaitu menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai
c. Aspek progresif, yaitu menyatakan perbuatan sedang berlangsung
d. Aspek repetitive, yaitu menyatakan perbuatan itu terjadi berulang-ulang
e. Aspek perfektif, yaitu menyatakan perbuatan sudah selesai
f. Aspek imperfektif, yaitu menyatakan perbuatan berlangsuung sebentar
g. Aspek sesatif, yaitu menyatakan perbuatan berakhir

3. Kala
Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya
perbuatan,kejadian,tindakan, atau pengalaman yang disebutkan dalam predikat. Kala lazimnya untuk
menyatakan waktu sekarang, sudah lampau, dan akan datang.

4. Modalitas
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang
dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa, atau juga sikap terhadap lawan
bicaranya.
a. Modalitas intensional, yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan, permintaan, atau
ajakan
b. Modalitas epistemic, yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan, kepastian, dan keharusan.
c. Modalitas deontic, yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan
d. Modalitas dinamik, yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan.

5. Fokus
Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca
yang tertuju pada bagian itu. dalam Bahasa Indonesia focus kalimat dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberi tekanan pada bagian kalimat yang difokuskan.
b. Mengedepankan kalimat yang difokuskan.
c. Memakai partikel pun, yang, tentang dan adalah bagian kalimat yang difokuskan.
d. Menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.

6. Diatesis
Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan
yang dikemukakan dalam kalimat itu. Macam-macam diathesis, antara lain,
a. Diathesis aktif, jika subjek yang berbuat atau melakukan suatu perbuatan.
b. Diathesis pasif, jika subjek menjadi sasaran perbuatan.
c. Diathesis refleksif, yakni jika subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri.
d. Diathesis resiprokal, jika subjek terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalasan.
e. Diathesis kausatif, jika subjek menjadi penyebab atau terjadinya sesuatu.

Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan yang lengkap, terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide
yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca, tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal terbesar
berarti wacaana dibentuk dari kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan wacana
lainnya.

Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalamwacana itu sudah terbina yang
disebut kekohesian yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur yang ada dalam wacana tersebut.
1. Alat Wacana
a. Konjungsi, yakni alat untuk menghubungkan bagian kalimat atau paragraph dengan paragraph.
b. Kata ganti dia, nya, mereka, itu sebagai rujukan anaforis.
c. Ellipsis, yakni penghilangan bagian kalimat yang ama yang terdapatt pada kalimat yang lain.

2. Jenis wacana

a. Wacana Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarka pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi
dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi
adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasan.

b. Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan,
perasaan, dan pengalaman penulisnya. untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis
merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2
macam, yait deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.

c. Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informas dan memperluas pengetahuan kepada
pembacana Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah,
makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran. Tahapan menulis karangan eksposisi,
yaitu menentukan objek pengamatn, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
mengumpulkn data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka
menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian
urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.

d. Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangn yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap
suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan
karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengaran.
Tahapan menulis karangn argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan,
merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangana, dan mengembangkan kerangka
menjadi karangan. Pengembangan keranka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat,
akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.

2. Subsatuan wacana
Dari pembicaraan di atas dapat dikatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap.
Maksudnya, dalam wacana ini satuan “ide” atau “pesan” dapat dipahami pendengar atau pembaca tanpa
keraguan, atau tanpa merasa adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana
itu. Contoh!

“jagalah kebersihan”
Mungkin juga ada yang agak besar atau agak luas, sehingga perlu diwujudkan dalam dua tiga kalimat atau
lebih, seperti tulisan yang bisa kita lihat dimuka pintu masuk masjid atau mushala.Bukalah alas kaki (sepatu,
sendal, dan lain-lain) kebersihan adalah sebagagian daripada iman. Kalau isi wacana itu berupa masalah
keilmuan yang cukup luas, diuraikan berdasarkan persyaratan suatu karangan ilmiah, maka wacana itu akan
menjadi sangat luas, mungkin bisa puluhan atau ratusan halaman panjangnya. Oleh karena itu, dalam hal
wacana itu berupa karangan ilmiah, maka maka dapat dikatakan bahwa wacana itu dibangun oleh subsatuan
atau sub-subsatuan wacana yang disebut bab, subbab, paragraf, atau juga subparagraf.

CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN

Urutan hierarki satuan-satuan linguistik bahwa satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk
satuan yang lebih besar yaitu : wacana, kalimat, klausa, frase, kata, morfem, fonem. Urutan hierarki tersebut
adalah urutan normal teoritis. Dalam praktek berbahasa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan urutan. Kalau dalam urutan normal kenaikan tingkat atau penurunan tingkat terjadi pada
jenjang berikutnya yang satu tingkat ke atas atau satu tingkat ke bawah, maka dalam pelompatan tingkat
terjadi peristiwa, sebuah satuan menjadi konstituen dalam jenjang, sekurang-kurangnya, dua tingkat di
atasnya. Kasus pelapisan tingkat terjadi kalau sebuah konstituen menjadi unsur konstituen pada konstruksi
yang tingkatannya sama. Dan kasus penurunan tingkat terjadi apabila sebuah konstituen menjadi unsur
konstituen lain yang tingkatannya lebih rendah sari tingkatan konstituen asalnya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi
dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat
berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional.

Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun
wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran
harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan
(coherent).

Saran

Hendaknya makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dari berbagai kalangan yang tertarik
untuk menetahui tentang wacana. Serta dapat dijadikan sebagai bahan ajar oleh guru-guru,
pembelajaran mahasiswa dan pengetahuan untuk masyarakat umum.

Anda mungkin juga menyukai