Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah
mengenai kalimat ini kami buat dimaksudkan untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.Yang mana isi makalah ini kami ambil dari beberapa buku dengan sumber yang
ada dan kami anggap relevan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak
kekurangan baik dari isi maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang mengarah pada perbaikan makalah ini sangat kami harapkan. Saya mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Langsa,Desember 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1

DAFTAR ISI..................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

1. Latar Belakang ...................................................................................................... 3


2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
3. Tujuan ................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4


1. Pengertian Kalimat................................................................................................ 4
2. Bentuk Kalimat ..................................................................................................... 7
3. Jenis Kalimat......................................................................................................... 11
4. Ragam Kalimat ..................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14


1. Kesimpulan ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bahasa adalah sarana berfikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Secara lisan maupun tulisan kita
tidak menggunakan kata-kata sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku sehingga
terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengukapkan gagasan, pikiran, atau perasaan
yang dinamakan kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai
strukturminimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukan bagian
ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
Kalimat merupakan salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat berdiri
sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan faktot utama dalam kajian bahasa.
Hal ini disebabkan karena perantara kalimat. Karna peran kalimatlah seseorang dapat
menyampaikan maksud dari apa yang ingin disampaikannya. Untuk dapat berkalimat
dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar kalimat.
Dalam sebuah karangan kita menjumai banyak penulisan kalimat yang idak
efektif. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, dan
tidak logis. Akibatnya, pembaca sukar untuk mengerti atau dapat memahami isi dari
karangan tersebut. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas
kalimat dengan segala permasalahannya.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Apa saja bentuk-bentuk kalimat?
3. Apa saja jenis-jenis kalimat?
4. Apa saja ragam-ragam kalimat?

3. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kalimat.
2. Mejelaskan dan menyebutkan bentuk-bentuk kalimat.
3. Menjelasakan jenis-jenis kalimat.
4. Menjelaskan ragam-ragam kalimat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun
tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.)
untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk
menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Menurut
Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;
klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang
merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan
bebas; Jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.

1. Kalimat Menurut Para Ahli :

Pengertian kalimat menurut Keraf ( 1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai satu


bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.

Pengertian kalimat menurut Dardjowidojo (1988: 254) menyatakan bahwa kalimat


ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan.

Pengertian kalimat menurut Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai


keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang
bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.

Pengertian kalimat menurut Kridalaksana (2001:92) kalimat sebagai satuan bahasa


yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif
4
percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu
klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.

Menurut ahli tata bahasa tradisional dalam buku Chaer (1994:240), “kalimat adalah
susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap”.

Menurut Alwi dkk., (2000:311), “Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam
suara naik-turun dan keras-lembut disela jeda, diakhiri intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses
fonologis lainnya”.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah
bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda,
diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya
perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S)
dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu
bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan
kalimat.

Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi baik lisan dan tulisan harus memiliki subjek dan predikat.

2. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


kalimat adalah:
a. kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
b. perkataan; linguistic
c. satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

Dari rumusan itu bisa disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar
kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada kalau

5
diperlukan. Konstituen dasar itu biasanya berupa klausa. Jadi, pada sebuah klausa diberi
intonasi final, maka akan terbentuk kalimat itu. Dari rumusan itu, bisa disimpulkan
pula,bahwa konstituen dasar itu bisa juga tidak berupa klausa (karena dikatakan biasanya
berupa klausa), melainkan bisa juga berupa kata atau frasa. Hanya mungkin status
kekalimatannya tidak sama. Kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa tentu saja
menjadi kalimat mayor atau kalimat bebas. Sedangkan yang konstituen dasarnya berupa
kata atau frasa tidak dapat menjadi kalimat bebas melainkan hanya menjadi kalimat
terikat.

Jika diperhatikan benar konstituen yang terbentuk kalimat inti dalam Bahasa
Indonesia, akan tampak bahwa salah satu konstituen itu memegang peran yang sangat
besar dari yang lain. Konstituen itu seolah-olah menentukan konstituen lain yang mana
yang boleh atau harus muncul dalam kalimat tersebut. Konstituen yang mempunyai
peranan lebih itu dinamakan pusat, sedangkan konstituen lain yang wajib hadir
dinamakan pendamping. Pada kalimat yang memakai verba, pusat adalah verba
sedangkan pendamping adalah nomina.

2.2 Ciri-Ciri Kalimat

Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
DAlam bahasa tulis diawali huruf capital dan diakhiri dengan titik(.), tanda Tanya(?),
dan tanda seru(!).
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat.
3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitive dapat disertai pelengkap.
4. Mengandung pikiran yang utuh.
5. Menggunakan urutan logis setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi
(subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
6. Mengandung, satuan makna, ide, atas pesan yang jelas.
7. Dalam paragraph yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun
dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. Hubungan dijalin dalam
konjungsi, pronominal atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.

6
2.3 Bentuk- Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat itu dibedakan berdasarkan berbagi kriteria atau sudut


pandang. Oleh karena itu, dalam kepustakaan linguistik dan berbagai buku tata
bahasa kita dapati banyak sekali istilah untuk menamakan bentuk-bentuk kalimat,
inilah bentuk-bentuk kalimat : yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat perintah, (3)
kalimat tanya, (4) kalimat seru.

1. Kalimat Berita
Kalimat berita, yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif, adalah kalimat yang isinya
memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Jika suatu saat kita mengetahui
ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain,
maka kita memberitakan kejadian itu. Kalimat berita dapat bermacam-macam, sebagai
berikut:
Kemarin sore ada angkutan kota menabrak pengendara motor.
Pada pagi terjadi kecelakaan beruntun yang menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Banjir yang terjadi di Bekasi merendam perumahan warga.
Terjadi kebakaran besar di pasar Obor Jakarta Timur.

2. Kalimat Perintah
Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang maknanya
memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat yang dapat memiliki bentuk
perintah pada umumnya adalah kalimat taktransitif atau transitif (baik aktif maupun
pasif). Kalimat yang predikatnya adjektiva kadang-kadang dapat juga memiliki bentuk
perintah, bergantung pada macam adjektivanya. Sebaliknya, kalimat yang bukan verbal
atau adjektival tidak memiliki bentuk perintah. Berikut contoh kalimat perintah.
Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
Contoh:
Pergilah ke sekolah!
Dalam bentuk tulis, kalimat perintah seringkali diakhiri dengan tanda seru (!) meskipun
tanda titik biasa pula dipakai. Dalam bentuk lisan, nadanya agak naik sedikit.

a. Kalimat Perintah Taktransitif


Kalimat perintah traktransitif dibentuk dengan mengikuti kaidah berikut.

7
Hilangkan subjek, yang umumnya berupa pronomina persona kedua.Pertahankan bentuk
verba seperti apa adanya.Tambahlah partikel –hal bila dikehendaki untuk sendiri untuk
sedikit memperhaluskan isinya dari contoh berikut.
Anda naik bus kota sekali-kali.
Naik bus kota sekali-kali!
Naiklah bus kota sekali-kali!

 Kalimat Perintah Transitif Aktif


kaidah untuk membuat kalimat perintah yang verbanya transitif mirip dengan
kaidah yang untuk taktransitif kecuali mengenai bentuk verbanya. Pada kalimat transitif,
verbanya harus diubah menjadi bentuk perintah terlebih dahulu dengan menanggalkan
prefiks meng- dari verbanya. Kalimat (a) adalah kalimat berita, sedangkan kalimat (b)
kalimat perintah.
contoh:
Engkau mencari pekerjaan apa saja.
Carilah pekerjaan apa saja.
Kamu membelikan adikmu seatu baru.
Belikanlah adikmu sepatu baru.

Perlu kiranya diperhatikan bahwa yang dihilagkan hanyalah prefiksnya saja,


sedangkan sufiksnya masih tetap dipertahankan. Jika prefiksnya terdiri atas dua unsur,
seperti memper- atau member- maka hanya mem-nya yang dihilangkan

 Kalimat Perintah Bentuk Pasif


Kalimat perintah dapat pula dinyatakan dalam bentuk pasif. Bentuk verbanya
masih tetap dalam bentuk pasif, dan urutan katanya juga tidak berubah. Dalam bentuk
tulis, bentuk itu ditandai lagi dengan tanda baca seru (!). Sedangkan dalam bentuk lisan
dengan nada yang agak naik.
contoh:
Kontrak ini dikirim sekarang!
Konsep perjanjian itu diketik serapi-rapinya, ya!

Pemakai bentuk pasif dalam kalimat perintah sangat umum dalam bahsa Indonesia. Hal
itu mungkin berkaitan dengan keinginan penutur untuk meminta agar orang lain
melakukan sesuatu untuknya, tetapi tidak tidak secara langsung.
8
b. Penghalus Kalimat Perintah

Disamping bentuk pasif yang baru saja dibicarakan, bahasa Indonesia juga
memiliki sejumlah kata yang dipakai untuk menghaluskan perintah. Kata seperti tolong,
coba, dan silahkan sering dipakai untuk maksud itu.

c. Bentuk Ingkar pada Kalimat Perintah

Kalimat perintah dapat dibuat ingkar dengan memakai kata jangan. Sebagai mana
tolong dan coba, jangan juga dapat ditempel partikel –lah dalam kalimat perintah. Contoh:

1. Jangan dibuang dokumen itu.


2. Janganlah dokumen itu dibuang.
3. Jangan pergi sekarang.
4. Janganlah pergi sekarang.

3. Kaliamat Tanya
Kalimat tanya, yang juga dinamakan kalimat interogatif, adalah kalimat yang
isisnya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika orang ingin mengetahui jawaban
terhadap suatu masalah atau keadaan, maka ia menanyakannya dan kalimat yang dipakai
adalah kalimat tanya.

 Adapun ciri-ciri kalimat ini adalah sebagai berikut:

 Selalu diakhiri dengan tanda tanya (?).


 Berisi kata tanya seperti apa, siapa, mengapa, bagaimana, kapan, (di, ke, dari) mana,
dan berapa.
 Terdapat penggunaan akhiran -kah di beberapa kata tertentu, baik itu kata tanya
ataupun kata lainnya.
 Mempunyai dua intonasi, yaitu naik dan turun. Kalimat tanya berintonasi naik
digunakan untuk pertanyaan yang harus dijawab ‘ya’ atau ‘tidak’. Sementara itu,
kalimat tanya berintonasi turun digunakan untuk menanyakan pertanyaan yang harus
dijawab secara jelas.

9
 kalimat tanya pun mempunyai sejumlah jenis, yaitu:

 Kalimat tanya biasa: merupakan jenis kalimat tanya yang sering dipakai dalam
percakapan sehari-hari dan berfungsi untuk menggali informasi dari pihak yang
ditanya. Kata tanya yang digunakan jenis kalimat tanya ini biasanya adalah kata tanya
yang termasuk 5W+1H, yaitu What (apa), Who (siapa), Where (dimana), When
(kapan), Why (mengapa), dan How (bagaimana).
 Kalimat tanya konfirmasi/klarifikasi: kalimat tanya ini berfungsi untuk
mengklarifikasi atau mengecek kebenaran suatu hal. Kalimat tanya ini mesti dijawab
dengan ‘ya’ atau ‘tidak’. Ciri khas kalimat ini adalah adanya penggunaan akhiran -kah
di dalamnya.
 Kalimat tanya retorik: merupakan kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban
dari pihak yang ditanya. Penggunaan kalimat tanya ini ditujukan untuk memberi
semangat, motivasi, penegasan, hingga untuk menyindir pihak yang ditanyai kalimat
retoris.
 Kalimat tanya tersamar: jenis kalimat tanya ini merupakan kalimat tanya yang
disampaikan secara tidak langsung ataupun tersirat. Penggunaan kalimat tanya ini
ditujukan untuk merayu, menolak, mengajak, memohon, dan sebagainya.

Contoh kalimat tanya:

• Apa yang menyebabkan rumah tersebut menjadi terbakar?

• Siapa yang akan mengantarmu ke stasiun kereta api besok pagi?

• Mengapa kemarin kau tak masuk sekolah?

4. Kalimat seru

Kalimat Seru adalah kalimat yang isinya mengungkapkan kekaguman perasaan.


Karena rasa kagum berhubungan dengan sifat, maka kalimat seru dibentuk dari kalimat
statif. Kalimat seru disebut juga kalima interjektif. Cara membuatnya adalah sebagai
berikut:

1. Balikan urutan kalimat dari S – P menjadi P – S


2. Tambahkan partikel –nya pada P
3. Tambahkan kata seru di depan P

10
Contoh:

1. Gadis itu cantik!


2. Cantiknya gadis itu!
3. Alangkah cantiknya gadis itu!

2.4 Jenis-Jenis Kalimat

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal hanya mempunyai Subjek dan Predikat. Bila dilihat dari unsur
penyusunnya, kalimat yang panjang dalam bahasa indonesia bisa dikembalikan ke bentuk
dasar yang sederhana.

Contoh kalimat tunggal :

Bapak-bapak bersalaman

Pola contoh kalimat diatas hanya mempunyai subjek dan predikat sehingga termasuk
kedalam kalimat tunggal.

b. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal menjadi
satu kalimat yang dihubungkan oleh kata penghubung/sambung. Oleh sebab itu, kalimat
majemuk memiliki induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk adalah kalimat
yang merupakan penggabungan dari dua buah kalimat tunggal. Kalimat majemuk terbagi 2
yaitu:

1. Kalimat Majemuk Setara

Struktur kalimat ini mempunyai dua kalimat tunggal atau lebih yang bila
dipisahkan bisa berdiri sendiri. Kata penghubung kalimat majemuk setara biasanya
digunakan kata dan, serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau. Contoh kalimat
majemuk setara : Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang telah digolongkan
negara maju.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat

11
Kalimat majemuk bertingkat mempunyai dua kalimat yang satunya bisa
berdiri sendiri (induk kalimat) atau bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak
kalimat). Kata penghubung yang dipakai dalam kalimat majemuk ini yaitu ketika, sejak,
karena, oleh sebab itu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun,
walaupun, andai kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali, dengan. Contoh kalimat
majemuk bertingkat : Ilmuan masih saja mencari asal usul bulan (induk kalimat)
meskipun hingga sekarang masih belum ada kepastian yang jelas (anak kalimat).

3. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah dua jenis kalimat majemuk (setara dan
bertingkat) yang digabungkan.contoh: Karena hujan turun dengan derasnya, kami tidak
dapat pulang dan menunggu di sekolah.

2.5 Ragam Kalimat

Ragam kalimat berarti jenis atau macam-macam kalimat yang ada. Istilah klausa
dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat,
tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu.

1. Pengertian Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

Kalimat aktif merupakan kalimat yang mana subjeknya dengan aktif melakukan
sesuatu dalam bentuk predikat kepada objeknya. Kemudian, kalimat pasif merupakan
kalimat yang mana subjeknya diberikan suatu tindakan dalam bentuk predikat oleh
objeknya. Sehingga antara kalimat aktif dan kalimat pasif bertolak belakang, tetapi pada
umumnya kalimat aktif bisa dipastikan dan begitu sebaliknya, kalimat pasif bisa
diaktifkan.

2. Ciri-Ciri Kalimat Aktif

Adapun ciri-ciri dari kalimat aktif dan contohnya diantaranya sebagai berikut:

1. Subjek di kalimat aktif adalah pelaku suatu tindakan. Misalnya, Doni membeli kue
(Doni= Subjek, membeli=tindakan).
2. Sering kali predikat pada kalimat aktif mempunyai imbuhan Me- atau Ber-.
Contohnya Ibu memasak air; Dina bermain robot.

12
3. Pola kalimat Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK atau SPO) atau terdapat
pula kalimat yang tidak memerlukan objek yang berpola Subjek-Predikat-
Keterangan (SPK).
Contohnya:
1. Nina membaca buku di perpus. (Nina= Subjek, Membaca= Predikat, Buku= Objek).
2. Ibu membaca majalah di teras. (Ibu=Subjek, Membaca=Predikat, Majalah=Objek, di
Teras= Keterangan)
3. Nina memasak di dapur. (Nina=Subjek, Memasak=Predikat, di dapur=Keterangan).

3. Ciri-Ciri Kalimat Pasif

Dibawah ini adalah ciri-ciri dari kalimat pasif, antara lain:

1. Objek di kalimat pasif adalah subjek di kalimat aktif. Contoh: Sepeda dimainkan
Andi; Gelas diambil doni.
2. Seringkali unsur predikat di kalimat pasif memiliki imbuhan di-, ter-, di-kan, atau ter-
kan. Contohnya: Buku dibaca oleh Tono; Kue dibeli oleh mama; Bunga tersirami oleh
Sari.
3. Biasa ditandai kata “oleh”, tetapi apabila kata tersebut dihilangkan, tidak akan terjadi
perubahan arti oleh kalimat pasif. Contohnya: Air ditumpahkan Dewi; Sapu diambil
Nadia; Handphone terbawa Riko.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Bentuk-bentuk kalimat ada 4 yaitu: Kalimat Berita, Kalimat Tanya, Kalimat Perintah,
Kalimat seru. Kalimat berita yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif, adalah
kalimat yang isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Kalimat
perintah atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah
untuk melakukan sesuatu. Kalimat tanya yang juga dinamakan kalimat interogatif, adalah
kalimat yang isisnya menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat Seru adalah kalimat
yang isinya mengungkapkan kekaguman perasaan.
Jenis-jenis kalimat ada 2 yaitu: kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal hanya mempunyai Subjek dan Predikat. Kalimat majemuk adalah kalimat yang
merupakan penggabungan dari dua buah kalimat tunggal. Kalimat majemuk terbagi 2
yaitu: kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

Ragam kalimat berarti jenis atau macam-macam kalimat yang ada. Istilah
klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan
predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Kalimat aktif merupakan
kalimat yang mana subjeknya dengan aktif melakukan sesuatu dalam bentuk predikat
kepada objeknya. Kemudian, kalimat pasif merupakan kalimat yang mana subjeknya
diberikan suatu tindakan dalam bentuk predikat oleh objeknya

14
DAFTAR PUSTAKA

 Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 https://rahmadesitp.blogspot.com/2018/01/makalah-kalimat-dalam-bahasa-
indonesia.html.(diakses tanggal 25 November 2019 10:00 WIB.)
 Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika
Aditama.
 https://rahmadesitp.blogspot.com/2018/01/makalah-kalimat-dalam-bahasa-
indonesia.html.(diakses tanggal 25 November 2019 10:30 WIB.)
 Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. KARYONO.
 https://rahmadesitp.blogspot.com/2018/01/makalah-kalimat-dalam-bahasa-
indonesia.html.(diakses tanggal 26 November 2019 09:50 WIB.)
 Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
 http://marlinara.blogspot.com/2014/04/makalah-bahasa-indonesia-tentang-
kalimat.html.(diakses tanggal 26 November 2019 11:10 WIB.)

15

Anda mungkin juga menyukai