Anda di halaman 1dari 14

Makalah Bahasa Indonesia

Kalimat Dalam Bahasa Indonesia

OLEH :

1.Sasna Safitri

2.Della Annisa Putri

DOSEN PENGAMPUH : Mutia Hafifah,S.PD,M.HUM

PROGRAM STUDI : Hukum Ekonomi Syariah

TAHUN AKADEMIK 2022.2023.

1444 HIJRIYAH
DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan.......................................................................................................1

1.1Latar Belakang...............................................................................................1

1.2Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3Tujuan Masalah..............................................................................................2

Bab II Pembahasan.......................................................................................................3

2.1 Pengertian Kalimat........................................................................................3

2.2 Syarat-syarat kalimat....................................................................................4

2.3 Unsur-unsur Kalimat.....................................................................................5

2.4 Jenis-jenis kalimat.........................................................................................

2.5 Pengertian Klausa……………………………………………………..

Bab III Penutup.............................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15

3.2 saran..............................................................................................................16

Daftar Pustaka.............................................................................................................16
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara
lain karena dengan perantaraan kalimatlah seorang dosen dapat menyampaikan maksud
secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada
tataran kalimat adalah kata (misal tidak) dan frasa atau kelompok kata (misal tidak tahu).
Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali
jika kata dan frasa itu sedang berperan dalam kalimat minor atau merupakan jawaban sebuah
pemyataan. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu sturuktur
dasar suatu kalimat. Sebelum menentukan kalimat sebagai unsur bahasa, tentunya perlu
dipahami terlebih dahulu bahwa secara sederhana bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu
lapisan bentuk dan lapisan arti. Bentuk bahasa terdiri atas satuan - satuan sebagai
pembentuknya dan secara umum disebut sebagai satuan gramatik. Satuan - satuan yang
dimaksud ialah morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Khususnya kalimat, dalam
ragam resmi, baik lisan maupun tubs harus memiliki subjek dan predikat. Kalau tidak
memiliki unsur subjek dan predikat pemyataan itu bukanlah kalimat. Untuk dapat memahami
dan berkalimat dengan baik penulis terlebih dahulu harus mengetahui struktur dasar suatu
kalimat, pola dari sebuah kalimat dan jenis-jenis kalimat.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah kalimat dan unsur kalimat?
2) Apa sajakah syarat dari sebuah kalimat?
3) Bagaimanakah struktur dan pola sebuah kalimat?
4) Apa sajakah jenis-jenis kalimat?
5) Bagaimanakah kalimat yang benar itu?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari kalimat dan unsur kalimat.
2) Untuk mengetahui syarat dari sebuah kalimat.
3) Untuk mengetahui struktur dan pola dari sebuah kalimat.
4) Untuk mengetahui jenis-jenis dari sebuah kalimat.
5) Untuk mengetahui penulisan kalimat yang benar dan mengindari kesalahan.
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Kalimat


Kalimat adalah sebuah Kumpulan kata-kata yang mempunyai arti dan suatu bahasa yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang memiliki suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Untuk
lebih jelasnya simak penjelasan berikut. Pengertian Kalimat Kalimat merupakan satuan bahasa
yang mengandung suatu pikiran lengkap. Dalam sebuah kalimat paling kurang mengandung
suatu subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan
keras lembut,disela jeda dan diakhiri dengan sebuah intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
berhuruf latin kalimat dimulai dengan sebuah huruf kapital dan diakhiri dengan sebuah tanda
titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Menurut Susilo (1990:2), mengungkapkan lima ciri
kalimat bahasa Indonesia yaitu :
1.Bermakna
2.Bersistem urutan frase
3.Bisa berdiri sendiri dalam hubungannya dengan suatu kalimat yang lain
4.Berjeda
5.Berhenti dengan berakhirnya sebuah intonasi.
Namun hal tersebut belum menjamin bahwa sebuah kalimat itu ialah kalimat bahasa
Indonesia baku. Pengertian Kalimat Menurut Para Ahli Berikut ini adalah pengertian menurut
para ahli, antara lain:
1) Kridalaksana (2001:92) Kalimat menurut Kridalaksana (2001:92) merupakan sebagai
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara
aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif
percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa,
yang membentuk satuan bebas: jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
2) Keraf (1984:156) Kalimat menurut Keraf ( 1984:156) menyatakan bahwa kalimat sebagai
satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
3) Alwi dkk., (2000:311) Kalimat menurut Alwi dkk., (2000:311) menyatakan bahwa,
"Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dalam suara naik-turun dan keras-lembut disela jeda,
diakhiri intonasi akhir yang halaman 5 diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya
perpaduan, baik asimilasi bunyi maupun proses fonologis lainnya".
4) Dardjowidojo (1988: 254) Kalimat menurut Dardjowidojo (1988: 254) merupakan bagian
terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan.
5) Slametmuljana (1969) Kalimat menurut Slametmuljana (1969) adalah kalimat
keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan;
mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.

2.2 Syarat Kalimat yang Baik


Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.Tidak menyimpang dari kaidah bahasa Kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah bahasa
maksudnya adalah kalimat yang cermat baik dari segi pemilihan kata dan bentukan kata maupun
susunan kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang benar. Sebaliknya, kalimat yang
menyimpang dari kaidah bahasa, susunan kalimatnya tidak sesuai dengan aturan sintaksis yang
benar.
Contoh:
Jadwal di atas menunjukkan kereta api eksekutif Argo Lawu berangkat pada pukul 17.00 dari
Gambir.
2. Logis atau dapat diterima nalar Kalimat juga harus logis atau dapat dinalar oleh akal.
Meskipun secara gramatikal sesuai dengan kaidah namun jika tidak logis, kalimat tersebut tak
akan dapat dipahami dengan baik bila disampaikan kepada orang lain.
Contoh:
Anak-anak itu sedang asyik mengumpulkan pohonan.
3. Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan tepat Kalimat yang baik juga harus
mengandung pengertian yang jelas, tidak membingungkan serta tidak menimbulkan penafsiran
ganda atau ambigu. Tidak sedikit pula kita temui kalimat kalimat yang diucapkan oleh penutur
bahasa mengandung pengertian ganda. Kalimat ini selain dapat membingungkan juga
menimbulkan respons atau tanggapan yang tak sesuai karena tidak tersampaikannya pesan secara
benar.
Contoh:
Saya bingung melihat kelakuan anak itu

2.3 Unsur-unsur Kalimat


Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat sendiri setidaknya
terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur
pembentuk kalimat:
1.Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang, hewan,
benda, sapaan, dan lain-lain.
Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata yang dicetak tebal:
Gina adalah teman kami.
Ayah kami sedang lomba memancing.

Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut:


1). Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina), contohnya pada kalimat berikut.
"Ilmu kehutanan akan tetap dibutuhkan selama manusia hidup di bumi".
2). Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau kata sambung) karena kata
tugas mengubah fungsi nomina menjadi keterangan. Kalimat berikut menunjukan bahwa kata
benda yang diawali kata tugas akan menjadi keterangan. "Tentang ilmu kehutanan membahas
mengenai kelestarian pepohonan di hutan."
3). Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah "Suara ini dikenal sebagai suara
burung yang paling terancam punah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango."
4). Subjek bukan kata ganti tanya.
5). Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina), namun pada umumnya diikuti artikel
ini atau itu. Sebagai contoh pada kalimat berikut, "Berenang (itu)"
6). Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa dan apa.
7). Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh, "Masalahnya ialah tersangka tidak
bisa digiring ke Polres untuk dimintai keterangan."
8). Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya berada pada awal kalimat.

2.Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun dituliskan oleh
pihak pertama.
Contoh dalam kalimat adalah:
Merokok membahayakan kesehatan.
Keladi itu tumbuhan.
Ciri-ciri predikat dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:
Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek.
Predikat menjelaskan subjek sehingga kalimat menjadi bermakna, sebagai contoh "Sektor
kehutanan berkembang secara fluktuatif."
Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata depan (preposisi), atau
kata sifat (adjektiva) sehingga predikat menyebabkan beberapa jenis kalimat tunggal.
Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di sebelah kanannya agar kalimat menjadi
lebih lengkap.
Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan menggunakan kata tanya bagaimana. Predikat
dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah sebagai berikut "Tertawalah ia pada saat malam itu."

3.Objek
Objek adalah sebuah hal atau perkara yang akan menjadi topik pembicaraan. Fungsi objek
adalah membentuk kalimat utama pada kalimat berpredikat transitif, memperjelas makna dalam
sebuah kalimat, dan membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran dalam kalimat.
Ciri-ciri objek adalah sebagai berikut:
- Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi kata, kecuali pada kalimat pasif. Contoh
kalimatnya adalah sebagai berikut, "ITB mengadakan langkah-langkah pelestarian alam di
sekitar kampus."
- Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata benda, contohnya "Tingkat pendidikan
petani yang rendah menyebabkan penguasaan teknologi" Objek dapat berpindah posisi menjadi
subjek bila predikatnya diubah menjadi pasif, contohnya "Pemerintah dapat menciptakan kondisi
yang kondusif" menjadi "Kondisi yang kondusif dapat diciptakan oleh pemerintah."
-Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat terdapat pada kalimat berikut
"Kecurangan dalam pemilu dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi", sedangkan contoh kalimat
objek tersurat adalah sebagai berikut "Kecurangan dalam pemilu dilaporkan oleh Panwaslu ke
Mahkamah Konstitusi."
- Objek dapat diganti dengan akhir -nya.

4.Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi predikat lengkap dalam
sebuah klausa. Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat lainnya seperti subjek, predikat,
objek, dll kalimat tersebut dapat berdiri sendiri.
Ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut:
- Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau adjektival.
-Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif. Contoh pada kalimat yang
mengandung verba semitransitif adalah "Hal itu merupakan masalah besar." Contoh pada kalimat
yang mengandung verba dwitransitif adalah "Pak Wirya menugasi mahasiswa membuat desain."
-Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
- Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak dapat menjadi subjek).

5.Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan untuk memperjelas kalimat.
Unsur keterangan memiliki fungsi untuk menambah informasi pada kalimat yang akan disajikan
sehingga komunikasi mudah dipahami. Tanpa unsur kalimat keterangan, informasi menjadi tidak
jelas. Hal ini dapat ditemukan terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan informasi
yang terkait dengan tempat. waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah:
- Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya "Hari ini kami akan praktik lapangan ke hutan"
menjadi “Kami akan praktik lapangan hari ini ke hutan."
-Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat. Biasanya, kata atau kelompok kata
didahului kata depan.

2.4 Jenis-Jenis Kalimat


Jenis kalimat dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu berdasarkan bentuk, isi.
pengucapan, dan maknanya. Berikut penjabaran mengenai jenis-jenis kalimat.:
1) Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk

a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu susunan struktur
subjek predikat. Hal yang menjadi tanda bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat
tunggal, yaitu dengan adanya satu informasi saja yang didapat dari kalimat tersebut.
Berikut contoh kalimat tunggal;

b. Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)


Kalimat perintah adalah kalimat yang berfungsi memberikan perintah untuk melakukan
sesuatu.
Ciri-ciri dari kalimat perintah di antaranya
(1) Berisi perintah
(2) Intonasinya perintah (agak naik)
(3) Tanggapannya bentuk perbuatan (tindakan)
(4) Kalimat ini diakhiri tanda baca seru (!).
Berikut contoh kalimat perintah:
Segera rapikan kamarmu! Ayo kita berangkat sekarang!

Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan. Ada
beberapa ciri dari jenis kalimat seruan, di antaranya bernotasi tinggi dan diakhiri dengan tanda
baca seru. Berikut contoh kalimat seruan: Wah, kamu hebat sekali! Hore, kita menang!

2). Jenis Kalimat Berdasarkan Pengucapan


a). Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang disampaikan secarang langsung tanpa adanya
perantara. Dalam ragam tulis, kalimat langsung ditandai dengan tanda baca petik dua ("...") yang
berfungsi untuk membedakan dengan kalimat penjelas. Berikut contoh kalimat langsung: "Apa
kamu besok ingin aku antar ke toko?" tanya Febby "Kemarin aku bertemu dengan Sarah di
kampus." Kalimat Tidak Langsung Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan
kembali ucapan yang pernah dikatakan orang lain. Adapun ciri-ciri dari kalimat tak langsung di
antaranya (1) tidak menggunakan tanda petik, (2) ada perubahan kata ganti orang, (3) bisa
ditambah konjungsi bahwa. 3) Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Subjeknya Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan tindakan. Adapun ciri-ciri
b). Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan tindakan. Adapun ciri-ciri
yang dapat kenali dari kalimat aktif, yaitu memiliki imbuhan me- atau ber- dan memiliki pola
kalimat S-P-O atau S-P-O-K.
Berikut contoh kalimat aktif:
Maryam membeli buah-buahan.
Afifah sedang makan di restoran.
Hal lain yang perlu kamu ketahui bahwa kalimat aktif diklasifikasikan menjadi 2, di
antaranya:
-Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat aktif yang dapat diikuti atau disisipi oleh unsur objek.
Dalam kalimat aktif transitif biasanya menggunakan imbuhan me- pada. Selain itu, kalimat ini
dapat diubah menjadi kalimat pasif. predikatnya:
Para petani menanam sayur.
Ibu dibawa oleh-oleh dari Bandung.
Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif transitif adalahh kalimat aktif yang tidak dapat disisipi dengan unsur objek.
Kalimat ini menggunakan predikat yang berimbuhan ber-. Kalimat ini pun tidak bias diubah
menjadi bentuk kalimat pasif:
Kakak bermain di depan rumah.
Salsa kelelahan setelah seharian bekerja terlalu keras.

c. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang unsur subjeknya diberikan suatu tindakan atau pekerjaan.
Imbuhan yang biasanya terdapat dalam kalimat ini, yaitu di-, ter-, ke-an, atau ter-kan. Jenis
kalimat ini diikuti oleh kata depan oleh: Risma diantar oleh Ami. Aku kelelehannya
menunggunya.

2.5. Pengertian Klausa


Klausa merupakan suatu satuan yang terdiri dari subjek dan predikat. Subjek dan predikat
tersebut, baik disertai dengan objek, pelengkap, dan keterangan, atau tidak disertai dengan ketiga
hal tersebut. Klausa berbeda dengan kalimat, sebab tidak menggunakan unsur intonasi.
Klausa menggunakan bagian dari suatu kalimat. Sama hal nya dengan pendapat lain yang
menyatakan bahwa suatu klausa merupakan suatu kumpulan kata yang setidaknya atau
sedikitnya memiliki satu objek dan satu predikat. Klausa tidak mengandung
jeda,intonasi,tempo,dan nada seperti dalam sebuah kalimat.
Ketika hujan turun, para siswa memakai jas hujan dengan baik. Ketika hujan turun
(merupakan klausa bawahan) Para siswa memakai jas hujan dengan baik (merupakan klausa
utama) Baik klausa utama maupun klausa majemuk, dapat digunakan dalam kalimat majemuk
bertingkat dan campuran. Dalam sebuah kalimat majemuk, klausa utama dapat disebut juga
sebagai induk kalimat, klausa atasa, maupun klausa utama. Selanjutnya, selain klausa utama
dalam dapat digunakan dalam sebuah kalimat majemuk, klausa bawahan pun juga bisa.
Dalam kalimat majemuk, klausa bawahan merupakan bentuk perluasan dari satu fungsi yang ada
dalam kalimat. Klausa bawahan dapat dikatakan sebagai anak kalimat. Bahkan, klausa bawahan
juga dapat ditandai dengan menggunakan kata sambung. Klausa bawahan dinamakan dengan
anak kalimat, disebabkan kedudukannya yang rendah dalam kalimat majemuk bertingkat.
Sedangkan klausa utama memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam kalimat majemuk
bertingkat. Namun, baik antara klausa utama maupun klausa bawahan dapat menempati posisi di
awal sebuah kalimat. Bagaimanakah penulisannya? Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut,
apabila klausa utama menjadi awal dalam sebuah kalimat, maka perlu diberikan tanda koma.
Tanda koma digunakan sebagai pemisah antarklausa utama dari klausa bawahan.
Selanjutnya, jika di awal kalimat merupakan suatu klausa bawahan, maka penggunaan tanda
koma sebagai pemisah antar klausa bawahan dengan klausa utama.

Terdapat beberapa kata penghubung yang dapat digunakan dalam sebuah kalimat majemuk
bertingkat yang disesuaikan dengan fungsi dari kata penghubung, yaitu:
1) Untuk menyatakan waktu, antara lain dapat menggunakan setelah, sesudah, sejak
2) Untuk menyatakan syarat atau kondisional, antara lain dapat menggunakan jika, asal, apabila.
3) Jika menyatakan pengandaian, antara lain dapat menggunakan seandainya dan andaikan.
4) Untuk menyatakan tujuan, antara lain dapat menggunakan agar dan agar.
5) Untuk menyatakan perlawanan, antara lain dapat menggunakan meskipun dan sekalipun.
6) Untuk menyatakan alasan, antara lain dapat menggunakan sebab dan karena.
7) Untuk menyatakan akibat, antara lain dapat menggunakan sampai dan maka.
8) Untuk menyatakan perbandingan, antara lain dapat menggunakan seperti dan ibarat
Sudah paham kan tentang pengertian dari klausa.Jadi klausa itu dapat berbentuk satu
subjek maupun satu predikat. Klausa juga berbeda dengan kalimat. Namun, ada juga klausa yang
dapat berubah menjadi kalimat mayor, yang dapat kamu jumpai ketika mempelajari jenis jenis
dari klausa. Selanjutnya, kita akan belajar tentang jenis-jenis dari klausa. Silahkan diperhatikan
baik-baik pembahasan di bawah ini.
Jenis-Jenis Klausa Terdapat beberapa jenis dari klausa. Nah, perbedaan jenis klausa
tersebut dibedakan berdasarkan struktur dan berdasarkan pada kategori yang menjadi predikat
dalam klausa. Berdasarkan pada strukturnya, klausa dibedakan menjadi dua hal. Apa sajakah itu?
Yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas merupakan suatu klausa yang mempunyai
unsur-unsur yang lengkap.
Unsur lengkap tersebut setidaknya memiliki subjek dan predikat. Sehingga, klausa memiliki
kemampuan untuk menjadi suatu kalimat mayor. Contoh dari klausa bebas yang mampu menjadi
kalimat mayor, sebagai berikut.
Adikku masih sehat dan kakakku gagah berani. Klausa tersebut dalam menjadi kalimat mayor
dengan cara diberikan intonasi di akhir. Yaitu sebagai berikut. Adikku masih sehat. Kakakku
gagah berani.
Selanjutnya, setelah dijelaskan tentang klausa bebas, akan dijelaskan kembali tentang klausa
terikat. Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Unsur yang terkandung dalam
klausa dapat berupa subjek saja maupun keterangan saja
Berbeda dengan klausa bebas yang dapat menjadi kalimat mayor. Klausa terikat tidak
mampu menjadi kalimat mayor. Klausa terikat dapat diketahui dari adanya konjungsi atau
penghubung antarkata, antarklausa, antarfrase, dan antarkalimat yang terdapat di depannya.
Kemudian, perbedaan klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori unsur yang mampu menjadi
predikat, dapat dibedakan menjadi lima klausa. Klausa - klausa tersebut yaitu klausa nominal,
klausa verbal, klausa ajektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Masing masing jenis
klausa dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Klausa verbal merupakan suatu klausa yang predikatnya menggunakan kategori verbal.
Contoh klausa verbal yaitu: kakak menari, ayam itu bertelur, dan ayah mandi.
Klausa verbal ini masih dibedakan menjadi dua, disebabkan adanya berbagai tipe verba, yaitu
klausa transitif dan klausa intransitif. Klausa transitif merupakan suatu klausa yang predikatnya
berwujud verba transitif atau yang Ani membaca buku keterampilan. Klausa intransitif
merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud verba intransitif atau yang tidak
memerlukan objek.
Contoh: Budi berlari- lari. membutuhkan objek.
2. Klausa nominal merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud suatu nomina atau fase
nominal.
Contoh: Kamu sekarang guru fisika.
3. Kata sifat Klausa merupakan suatu klausa yang predikatnya sebagai kategori ajektif, baik
berwujud kata maupun frase.
Contoh: Kantor sudah panas sekali.
4. Klausa adverbial merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud adverbia.
Klausa adverbial jumlah sangat terbatas dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan
jumlah kata maupun frase adverbial yang memang tidak dalam jumlah yang banyak.
Contoh dari klausa adverbial yaitu nakalnya keterlaluan sekali. Klausa preposisional merupakan
suatu klausa yang predikatnya berwujud frase yang sebagai kategori preposisi.
Contoh: Ulvi di kamar, Ibu ke pasar, dan Anton dari Jakarta.
5. Klausa preposisional dalam ditemukan dalam ragam bahasa yang tidak baku. Klausa
perposisional dapat menjadi klausa verbal, jika dilengkapi dengan keterangan ada, datang, dan
pergi.
6. Klausa numeral merupakan suatu klausa yang predikatnya berwujud kata maupun frase
numeralia. Contoh klausa numeral, yaitu tunjangannya dua juta sebulan, mobilnya sepuluh buah.
Kontruksi dalam klausa numeral dianggap keliru dalam bahasa Indonesia baku.
Sebab yang benar adalah tunjangannya adalah dua juta sebulan, mobilnya ada sepuluh buah.
Kata dengan dan ada menunjukkan pada verba, sehingga klausa numeral tersebut dinamakan
dengan klausa verbal.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil namun terlengkap maknanya dan mempunyai
intonasi final yang mengakhirinya. Sebuah kalimat dalam Bahasa Indonesia secara sederhana
biasanya terdiri dari dua unsur yang membangunnya, yaitu unsur Subjek (S) dan Predikat (P).
Kalimat tunggal adalah jika kalimat tersebut hanya memiliki satu gagasan dan hanya terdiri
dari subjek (S) dan predikat (P) saja. Kalimat majemuk adalah jika kalimat itu terdiri dari dua
atau lebih klausa yang membangunnya, dan biasanya memiliki lebih dari satu Predikat (P).
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menjelaskan gagasan penulis kepada pembaca
secara utuh tanpa ada kebimbangan atau keraguan dalam menafsirkannya.

B.SARAN
Sebagai seorang mahasiswa agar dapat memahami materi pembelajaran ada lebih baiknya
kita belajar secara tatap muka agar materi yang di sampaikan bisa di terima dengan baik dan
benar

Anda mungkin juga menyukai