Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI HUKUM
 
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu: Budi Abdullah, S.Ag, S.H, M.H

Program Studi: Hukum Ekonomi Syariah

Disusun oleh: Kelompok 5


1.Sasna Safitri (06.22.189)
2.Ismail Ridho (06.22.172)
3.Dilla Dwi Puspita (06.22.182)

TAHUN AKADEMIK 2022.2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt., yang telah memberikan taufiqserta
hidayah-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasmenyusun makalah Mata
Kuliah Bahasa Indonesia.Kemampuan dan Pengetahuan penulis yang terbatas, sehingga penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. 
Oleh karena itu, untuk dapatmembuat makalah yang lebih baik di masa mendatang penulis
senantiasamenerima dengan tangan terb uka segala kritik dan saran dan semua pihakterutama
pembaca yang budiman.Akhir kata penulis mengharapkan semoga Allah Swt., melimpahkan
rahmat danhidayah-Nya kepada mereka yang telah berjasa kepada penulis dalam
menyusunmakalah ini, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih.
 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................
Daftar isi ......................................................................................................
Bab I Pendahuluan ...................................................................................
1.1 Latar belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan masalah ................................................................................
1.3 Tujuan penelitian ..................................................................................
Bab II Pembahasan................................................................................... 
2.1 Pengertian Psikologi ............................................................................
2.2 Pengertian Hukum ...............................................................................
2.3 Pengertian Psikologi Hukum ................................................................
2.4 Ruang Lingkup Psikologi Hukum .........................................................
2.5 Penerapan Psikologi dalam Hukum .....................................................
2.6 Faktor faktor Psikologis yang mempengaruhi tindak Pidana ................
2.7 Manfaat Ilmu Psikologi Hukum .............................................................
2.8 Peran Psikologi dalam Hukum ...........................................................
2.9 Contoh Studi Kasus ............................................................................
Bab III Penutup..................................................................................... 
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 
3.2 Saran ..................................................................................................
Daftar pustaka ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan masyarakat fenomena-fenomena yang terjadi kian semakin rumit.


Dan hukum hadir dan memiliki fungsi sebagai pengaturan yang berisi peraturan (baik tertulis
atau tidak tertulis) yang memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang mana yang baik dan
buruk. Setiap perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh manusia pasti di latar belakangi oleh
berbagai faktor, termasuk faktor psikologis.psikologi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan
tentang jiwa atau ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia "Human Behaviour" maka dalam
kaitannya dengan studi hukum. Ia akan melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan
perilaku manusia. Kemudian demi terlaksananya tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik,
maka ilmu hukum butuh berbagai cabang ilmu lainnya untuk menyempurnakan ilmu ini agar
lebih berguna bagi masyarakat. Pada bahasan kali ini kami akan membahas tentang perpaduan
ilmu psikologi dan perannya dalam membantu ilmu hukum. Adapun munculnya Psikologi
hukum yang adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan dari jiwa
Dengan harapan ilmu psikologi dapat memberikan peran yang berarti bagi penyelidikan dan
penegakan hukum di Indonesia. Serta besar sumbangsihnya dalam kemajuan ilmu hukum.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Ilmu Psikologi ?
2. Apa itu Ilmu Hukum ?
3. Apa itu Ilmu Psikologi Hukum ?
4. Apa saja Ruang lingkup Psikologi ?
5. Bagaimana Penerapan Ilmu Psikologi dalam Hukum ?
6. Factor-faktor apa saja kah yang mempengaruhi tindak pidana ?
7. Apa manfaat Psikologi dalam Hukum?
8. Bagaimana peran Psikologi dalam Hukum?
9. Bagaimana contoh kasus dari Psikologi Hukum ?

1.3 Tujuan Makalah


Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengertian
psikologi hukum serta peran dan manfaatnya bagi masyarakat. Agar para mahasiswa dapat
mengerti apa itu Psikologi Hukum dan bagaimana perannya dalam proses penegakan dan
penyelidikan hukum.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi


Psikologi apabila ditinjau dari segi ilmu bahasa berasal dari kata "Psycho" dan "Logos".
Psycho sering diartikan jiwa dan Logos yang berarti ilmu (ilmu pengetahuan). Dengan demikian,
psikologi sering diartikan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu pengetahuan tentang
perilaku manusia "Human Behaviour" maka dalam kaitannya dengan studi hukum. Ia akan
melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku manusia.

2.2 Pengertian Hukum


Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan- badan
resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan hukuman.
(J.C.T. simorangkir dan Woerjono Sastropranoto) J.C.T. simorangkir dan Woerjono
Sastropranoto melihat hukum dari segi formal atau landasan yuridis terbentuknya hukum sebagai
aturan-aturan yang dibuat oleh suatu lembaga negara (badan-badan resmi) yang memiliki otoritas
dalam memberikan sanksi atau tindakan hukuman terhadap pelanggar hukum.
Soedjono Dirdjosisworo merangkum pengertian Ilmu hukum adalah karya manusia yang
berusaha mencari kebenaran, tentang sesuatu yang memilki ciri-ciri, sistematis, logis, empiris,
metodis, umum, dan akumulatif. Sebagai ilmu pengetahuan ilmu hukum dengan ciri-cirinya
berupaya mempelajari sistematika hukum dan kaidah-kaidah, seperti rumusan kaidah, sebab
terbentuknya dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga hukum dapat dipelajari dengan sebaik-
baiknya.
Semakin berkembang suatu masyarakat akan semakin menuntut perkembangan ilmu
hukum, sehingga secara obyektif mampu menjelaskan keadaan hukum pada setiap saat demi
berperanya hukum sebagai sarana untuk ketertiban, keadilan dan pendorong terciptanya
kesejahteraan. Hukum dibentuk oleh jiwa manusia, baik putusan pengadilan maupun perundang-
undangan merupakan hasil jiwa manusia. Oleh karena itu, psikologi merupakan karakteristik
hukum yang tidak dapat dipisahkan dari hukum itu sendiri.
2.3 Pengertian Psikologi Hukum
Psikologi Hukum adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai
suatu perwujudan dari jiwa manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap
tindakan hukum yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu, dan
juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tersebut.
Psikologi hukum dapat diartikan sebagai studi psikologi yang mempelajari ketidakmampuan
individu untuk melakukan penyesuaian terhadap norma hukum yang berlaku atau tidak
berhasilnya mengatasi tekanan-tekanan yang dideritanya.

* Pengertian Psikologi Hukum menurut para ahli yang di ungkapkan sebagai berikut:
1. Menurut Soerjono Soekanto (1983:2) Psikologi hukum adalah studi hukum yang akan
berusaha menyoroti hukum sebagai suatu perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu, dan
juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindak tersebut.
2. Menurut Achmad Ali (2002: 274) Karena hukum dibentuk oleh jiwa manusia seperti putusan
pengadilan dan peraturan perundang-undangan, menandakan bahwa psikologi merupakan
krakteristik hukum yang tidak dapat dipisahkan dari hukum itu sendiri. Aliran pemikiran hukum
historis.
3. G. Puchta, murid Friedrich Carl Von Savigny (1779-1861) Menamai hukum volkgeist yaitu
hukum merupakan pencerminan dari jiwa rakyat"
4. Menurut Edward E. Jones: 1996 Psikologi hukum adalah suatu kajian tentang sifat, fungsi, dan
perilaku hukum dari pengalaman mental dari individu dalam hubungannya dengan berbagai
fenomena hukum.
5. Menurut Purnadi Purbacaraka Psikologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari hukum sebagai perwujudan dari pada perkembangan jiwa manusia.
(Ishaq,2009,241)
Meskipun psikologi hukum usia nya relative masih sangat muda, tetapi kebutuhan akan
cabang ilmu pengetahuan ini sangat dirasakan. Misal nya dalam bidang penegakan hukum.
Psikologi hukum dapat menelaah faktor - faktor psikologi apakah yang mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah hukum (berperilaku normal) dan meneliti faktor-faktor apakah yang
mendorong seseorang dalam melanggar kaidah hukum (berperilaku abnormal). Walaupun faktor
lingkungan ada pengaruh nya, tetapi tinjauan utama adalah factor pribadi.
Sedangkan faktor lingkungan sosial secara analitis menjadi ruang lingkup dari sosiologi
hukum. Dan faktor lingkungan sosial budaya, terutama menjadi ruang lingkup penelitian dari
antropologi budaya. Pengungkapan faktor-faktor psikologis mengapa seseorang melakukan
pelanggran hukum, mempunyai arti penting dalam penegakan hukum pidana di pengadilan.
Dalam hukum pidana misalnya dibedakan ancaman terhadap seseorang yang menghilangkan
jiwa orang lain dengan segaja dan tidak disengaja, yang direncanakan dan tidak direncanakan,
yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikiran nya dan yang dilakuan oleh orang yang gila.
Soerjono soekanto, dalam bukunya beberapa catatan tentang psikologi hukum menyudutkan
secara terperinci penting nya psikologi hukum bagi penegakan hukum, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memberikan isi atau penafsiran yang tepat pada kaidah hukum serta pengertianya misal
nya seperti pengertian itikad baik, itikad buruk, tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai
suami atau istri, mempertanggungjawabkan perbuatan dan seterusnya.
2. Untuk menerapkan hukum dengan mempertimbangkan keadaan psikologi pelaku.
3. Untuk lebih menyerasikan ketertiban dan ketentraman yang menjadi tujuan utama dari hukum.
4. Untuk sebanyak mungkin menghindarkan penggunaan kekerasan dala penegakan hukum.
5. Untuk memantapkan pelaksanaan fungsi penegakan hukum dengan cara lebih mengenal diri
atau lingkungan nya.
6. Untuk menentukan batas-batas penggunaan hukum sebagai sarana pemeliharaan dan
penciptaan kedamaian.

2.4 Ruang Lingkup Psikologi Hukum


a. Psikologi Umum, menguraikan dan menyelidiki kegiatan psikis pada manusia dewasa yang
normal, termasuk kegiatan pengamatan, pemikiran, intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif
dan attitude.
b. Psikologi Khusus, menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus pada kegiatan psikis
manusia, segi-segi khusus ini antara lain:
• Psikologi Perkembangan (psikologi genetic), menguraikan perkembangan kegiatan psiko
manusia sejak kecil sampai dewasa dan selanjutnya psikologi perkembangan ini terbagi-bagi
kedalam: psikologi anak, psikologi pemuda, psikologi orang dewasa, dan psikologi orang tua.
• Psikologi Kepribadian dan tipologi, menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai suatu
keseluruhan, serta mengenai jenis-jenis atau tipe- tipe kepribadian.
• Psikologi Sosial, menguraikan kegiatan-kegiatan dalam hubungannya dengan situasi sosial,
seperti situasi kelompok dan situasi masa.
• Psikologi Pendidikan, menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegitan manusia dalam situasi
pendidikan, dan situasi belajar.
• Psikologi Diferensial dan psikodiagnostik, menguraikan perbedaan- perbedaan antar individu
dalam kecakapan-kecakapan, intelegensi, ciri-ciri kepribadian dan mengenai cara-cara untuk
menentukan perbedaan tersebut.

Psikologi hukum sebagai cabang ilmu yang baru yang melihat kaitan antara jiwa manusia
disatu pihak dengan hukum di lain pihak terbagi dalam beberapa ruang lingkup antara lain:
Menurut Soedjono, ruang lingkup psikologi hukum (1983:40) sebagai berikut:
a. Segi psikologi tentang terbentuknya norma atau kaidah hukum.
b. Kepatuhan atau ketaatan terhadap kaedah hukum.
c. Perilaku menyimpang.
d. Psikologi dalam hukum pidana dan pengawasan perilaku.
Demikianpun Soerjono Soekanto (1979: 11) membagi ruang lingkup psikologi hukum yaitu:
a. Dasar-dasar kejiwaan dan fungsi pelanggaran terhadap kaidah hukum.
b. Dasar-dasar kejiwaan dan fungsi pola-pola peyelesaian pelanggaran kaidah hukum.
c. Akibat-akibat dari pola penyelesaian sengketa tertentu.

2.5 Penerapan Psikologi dalam Hukum


a. Psikologi dalam Hukum (Psychology in Law), mengacu kepenerapan- penerapan
spesifik dari psikologi di dalam hukum seperti tugas psikolog menjadi saksi ahli, kehandalan
kesaksian saksi mata, kondisi mental terdakwa, dan memberikan rekomendasi hak penentuan
perwalian anak, dan menentukan realibitas kesaksian saksi mata.

b. Psikologi dan Hukum (Psychology and Law), meliputi psyco-legal research yaitu
penelitian individu yang terlibat di dalam hukum, seperti kajian terhadap perilaku pengacara,
yuri, dan hakim.
c. Psikologi Hukum (psychology of law), mengacu pada riset psikologi mengapa orang-
orang mematuhi atau tidak mematuhi Undang-undang tertentu, perkembangan moral, dan
persepsi dan sikap publik terhadap berbagai sanksi pidana, seperti apakah hukuman mati dapat
mempengaruhi penurunan kejahatan.
d. Psikologi Forensik (Forensic Psychology), suatu cabang psikologi untuk penyiapan
informasi bagi pengadilan (psikologi di dalam pengadilan).
e. Psikologi Hukum Pidana (Criminal Psychology), sumbangan psikologi hukum yang
menggambarkan dinamika interpersonal dan kelompok dari pembuatan putusan pada suatu
tahapan kunci di dalam proses mendakwa seseorang mulai dari waktu penetapannya sebagai
tersangka hingga pada momen penjatuhan pidana f. Neuroscience and law, suatu kajian baru
tentang keunikan pentingnya pengaruh otak dan syaraf bagi perilaku manusia, masyarakat, dan
hukum. Kajiannya meliputi wawasan baru tentang isu-isu pertanggungjawaban, meningkatkan
kemampuan untuk membaca pikiran, prediksi yang lebih baik terhadap perilaku yang akan
datang, dan prospek terhadap peningkatan kemampuan otak manusia.

2.6 Faktor faktor Psikologis yang mempengaruhi tindak Pidana


Sebagaimana telah di kemukakan, kejahatan merupakan problem bagi manusia karena
meskipun telah ditetapkan sanksi yang berat kejahatan masih saja terjadi. Hal ini merupakan
permasalahan yang belum dapat dipecahkan sampai sekarang. Ada dua faktor yang
menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu;
1. Faktor Personal, Termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan
mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keteransingan).
2. Faktor Situasional, Seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.

2.7 Manfaat Ilmu Psikologi Hukum


Psikolog Sebagai Saksi Ahli Dalam Kasus Pidana Saksi ahli adalah seseorang yang hadir
dalam pengadilan. Tetapi informasi yang dimiliki oleh seorang saksi ahli berbeda dari saksi
mata, dimana saksi ahli tidak memberikan informasi berdasarkan penglihatan perkara, melainkan
informasi yang berhubungan dengan wilayah sekitar masalah tersebut. Hanya saksi ahli yang
dapat memberikan informasi sebagai bukti yang berdasarkan pendapat. Beberapa persoalan yang
biasa menjadi pokok dalam bukti seperti tingkat fungsi intelektual tersangka dan implikasinya
terhadap proses persidangan, kerentanan saksi dalam proses interogasi yang bisa saja
menyebabkan pengakuan terpaksa dan kemugkinan resiko seseorang kembali melakukan
tindakan kejahatan tersebut.
Persoalan-persoalan yang dikemukakan oleh saksi ahli tidak bisa secara langsung
menentukan tersangka salah atau tidak tetapi masih memiliki implikasi dimana; prosedur normal
pengadilan mungkin perlu dimodifikasi untuk mengakomodasi kemampuan kognitif tersangka;
bukti pengakuan yang dinyatakan mungkin tidak dapat diterima; pengakuan yang dinyatakan
mungkin menjadi tidak reliable; kalimat yang dijatuhkan pada narapidana mungkin perlu
direfleksikan dengan tingkat resiko kembalinya perilaku.
Saksi ahli dapat memberikan pendapatnya sebagai bukti, tetapi testimoni yang diberikan saksi
ahli harus berhubungan dengan persoalan yang tidak bisa dilihat tanpa pengetahuan seorang ahli,
seperti; bukti teori psikologi, hasil tes psikometri atau hasil eksperimen. Kewajiban psikolog
sebagai saksi ahli harus menyediakan pendapat objektif pada perkara yang tidak bisa dilihat
selain seorang ahli.

Menurut Costanzo (2006) peran psikologi dalam hukum sangat luas dan beragam. Ia
memberikan tiga peran yaitu:

⚫ Pertama, psikolog sebagai penasehat. Para psikolog sering kali digunakan sebagai penasehat
hakim atau pengacara dalam proses persidangan. Psikolog diminta memberikan masukan apakah
seorang terdakwa atau saksi layak dimintai keterangan dalam proses persidangan.

⚫ Kedua, psikolog sebagai evaluator. Sebagai seorang ilmuwan, psikolog dituntut mampu
melakukan evaluasi terhadap suatu program. • Ketiga, Psikolog sebagai pembaharu. Psikolog
diharapkan lebih memiliki peran penting dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan menjadi
pembaharu atau reformis dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan mampu mengaplikasi ilmu
pengetahuannya ke dalam tataran aplikatif, sehingga sistem hukum, mulai dari proses
penangkapan, persidangan, pembinaan, dan penghukuman berlandaskan kajian-kajian ilmiah
(psikologis), Ketika seorang saksi mata memberi keterangan, baik di tahap penyelidikan,
penyidikan maupun di persidangan pengadilan, maka Psikologi Hukum akan sangat banyak
membantu menilai keakuratan kesaksian tersebut.

2.8 Peran Psikologi dalam Hukum


Secara umum peran psikologi dibagi dua area, yaitu Kelimuwan dan Aplikatif. Pada
tataran keilmuwan, psikologi berperan dalam proses pengembangan hukum berdasarkan riset-
riset psikologi. Sementara pada tataran aplikatif, psikologi berperan dalam intervensi psikologis
yang dapat membantu proses 6 hukum. Friedman (dalam Lumbuun, 2008) mengatakan bahwa
terdapat tiga aspek dalam sistem hukum. Pertama, Struktur, yang berkaitan lembaga yang
membuat dan menegakan hukum, termasuk DPR, kepolisian, kejaksaan, hakim dan para advokat.
Kedua, Subtansi, yang menyangkut dari materi hukum baik yang tertulis atau yang tidak tertulis.
Ketiga Budaya Hukum, yaitu sikap orang terhadap hukum dan sistem hukum yang meliputi
kepercayaan, nilai, pikiran dan harapan di Indonesia peran Psikologi dalam Hukum sudah mulai
terlihat semenjak hadirnya Asosiasi Himpunan Psikologi Forensik pada tahun 2007. Peran
psikologi forensik dibutuhkan untuk membantu mengungkapkan kasus-kasus kriminal yang
menimpa masyarakat. Psikolog forensik dapat membantu aparat penegak hukum memberi
gambaran utuh kepribadian si pelaku dan korban.
Seperti telah diuraikan bahwa psikologi secara langsung dan tidak langsung berkaitan
proses penegakan hukum. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental
manusia, psikologi memiliki peran penting dalam penegakan hukum di Indonesia. Peran
psikologi terutama pada aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, petugas lapas) dan pihak-
pihak yang terlibat (saksi, pelaku dan korban). Selain itu, psikologi juga berperan pada sistem
hukum dan warga yang terkena cakupan hukum.

Ada beberapa peran psikologi dalam penegakan hukum di Indonesia, yaitu;


1. Polisi Selain aparat penegak hukum, yang tidak kalah penting adalah keluarga aparat
penegak hukum.
2. Psikologi berperan dalam menjelaskan kondisi psikologis pelaku, korban dan saksi
sehingga aparat penegak hukum dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Psikologi berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mematuhi hukum
yang berlaku. Misalkan, psikologi dapat membantu polisi dalam membentuk masyarakat
sadar dan taat aturan melalui kegiatan seminar dan aktifitas yang berbasiskan masyarakat.
Jika dilihat dari proses tahapan penegakan hukum, psikologi berperan dalam empat tahap:
1. Pencegahan (deterrent)
2. Penanganan (pengungkapan dan penyidikan)
3. Pemindanaan
4. Pemenjaraan.

2.9 Contoh Studi Kasus


Pada Tahap Pencegahan, psikologi dapat membantu aparat penegak hukum memberikan
sosialisasi dan pengatahuan ilmiah kepada masyarakat bagaimana cara mencegah tindakan
kriminal.
Misalkan, psikologi memberikan informasi mengenali pola perilaku kriminal, dengan
pemahaman tersebut diharapkan msyarakat mampu mencegah perilaku kriminal. Pada Tahap
Penanganan, yaitu ketika tindak kriminal telah terjadi, psikologi dapat membantu polisi dalam
mengidentifikasi pelaku dan motif pelaku sehingga polisi dapat mengungkap pelaku kejahatan.
Misalkan dengan teknik criminal 11 profiling dan geographical profiling.
Criminal profiling merupakan salah cara atau teknik investigasi untuk mengambarkan
profil pelaku kriminal, dari segi demografi (umur, tinggi, suku), psikologis (motif, kepribadian),
modus operandi, dan setting tempat kejadian (scene) la mengatakan, setelah Kota Sukabumi
ditetapkan menjadi KLB, pihaknya langsung memberikan pelayanan satu atap terhadap semua
yang menjadi korban tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh Emon. "Kami membuka
pelayanan satu atap dalam penanganan kasus ini," katanya (Baca:Pemuda di Sukabumi, Emon,
Sodomi 47 Bocah) Menurut dia, pemerintah Sukabumi pun telah mengeluarkan Surat Keputusan
Wali Kota Nomor 92 Tanggal 2 Mei 2014 tentang Pencegahan dan Penanganan Dampak
Kekerasan Seksual terhadap Anak di Kota Sukabumi.
"SK Ini dibuat khusus setelah munculnya korban kekerasan seksual dan pencabulan yang
terjadi di wilayah Kota Sukabumi, katanya "Kami pun tidak menyangka kasus yang banyak dan
mencuat bagai fenomena gunung es ini terjadi di Sukabumi dengan korban anak mencapai
puluhan," kata Wali Kota. Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, menyebut, tersangka
kasus dugaan sodomi terhadap ratusan anak di Sukabumi, Jawa Barat, AS alias Emon, tidak bisa
digolongkan seorang paedofilia, Menurutnya, aksi Emon hanya tergolong tindakan kekerasan
seksual kepada anak. "Perilaku Emon kepada anak-anak diduga karena konpensasi akibat
perasaan takut, kebencian dan kemarahan tersangka. Karena informasinya, Emon pernah
beberapa kali menjadi korban kekerasan seksual," kata Reza kepada wartawan, Kamis,
(8/5/2014). Dia menjelaskan, kekerasan seksual kepada anak berbeda dengan paedofilia.
Paedofilia adalah ketertarikan seksual seorang dewasa terhadap anak-anak.
Disebabkan beberapa faktor, seperti kecenderungan memiliki rasa ketertarikan yang
berlebih kepada anak. "Tapi kalau kekerasan seksual kepada anak, biasanya si pelaku memiliki
alat kelamin yang tidak sempurna, sehingga tidak mempunyai kesempatan atau pilihan untuk
melampiaskan secara umum hasrat seksualnya seperti kepada pekerja seks komersial," katanya.
Karena itu, ujar Reza, perilaku menyimpang Emon lebih kepada pelampiasan kepada anak-anak
yang menjadi objek penggantinya."Jadi bisa dikatakan perilaku tersangka itu terdorong karena
faktor situasi.
Dan yang paling kuat ada rasa balas dendam karena si Emon pernah menjadi korban
kekerasa seksual sebelumnya," katanya. "Kenapa saya menyebut Emon bukan seorang pedofilia,
karena dari pantauan saya tersangka merasa malu, jijik dan marah yang ditandakan dengan cara
Emon mengumpulkan nama-nama anak dalam bukunya sebagai rasa kemenangan dirinya yang
telah berhasil mendominasi aksi balas dendamnya tersebut," lajutnya. Reza menduga bahwa
Emon melakukan kekerasan seksual terhadap anak karena mereka lemah dan mudah
dieksploitasi, serta dibungkam.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Ritanenny, mengatakan
pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah Emon seorang pedofilia atau bukan. Untuk
menetapkan seseorang sebagai pedofilia harus menempuh penelitian yang cukup panjang,
melalui proses uji psikologi dan psikitris. "Maka dari itu, berkaca kepada kasus Emon yang telah
melakukan pelecehan seksual dan sodomi kepada anak-anak pihaknya akan melakukan
penelitian terlebih dahulu dan mencari rekam jejak Emon semasa kecilnya," kata Rita."
BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa psikologi adalah cabang ilmu tentang
kejiwaan manusia. Dan hukum yang berisi peraturan yang mengatur manusia-manusia dalam
masyarakat. Dan kedua ilmu ini, psikologi dan hukum memiliki keterkaitan dan menyatu dalam
cabang ilmu psikologi hukum dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Psikologi hukum
adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa
manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang mungkin
merupakan perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari
perilaku atau sikap tindakan tersebut.
Setiap tindakan manusia, dalam hal ini tindakan kriminal yang dilakukan oleh tersangka
bisa jadi di latar belakangi oleh faktor psikologis. Dan ilmu psikologi hukum hadir dan memiliki
andil dalam proses penyelidikan dan penegakan ilmu hukum. Peran psikologi dalam hukum
memberikan manfaat yang besar dalam perkembangan ilmu hukum, serta memberikan banyak
manfaat dalam penuntasan kasus-kasus hukum sesuai prespektif psikologi.
3.2 Saran
Demikianlah definisi Psikologi Hukum yang penulis paparkan menurut beberapa pakar
hukum. Penulis menyadari akan masih banyak nya kesalahan penulisan, dan
kekurangsempurnaan materi. Maka dari itu penulis dengan senang hati membuka kesempatan
bagi para pembaca untuk memberikan saran dan atau kritikan untuk dijadikan motivasi dan
perbaikan bagi penulis untuk karya-karya tulisan yang mungkin akan penulis buat lagi dimasa
yang akan datang, sehingga penulis dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

R. Soeroso, S.H. PENGANTAR ILMU HUKUM. Hlm 317


H. Riduan Syahrani, S.H., RANGKUMAN INTISARI ILMU HUKUM. HIm 227-228
http://raypratama.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-penyebab-kejahatan.html diakses pada 25
november 2022
http://psikologiforensik.com/2012/06/15/memori-dan-kesaksian-di-peradilan/ diakses ada 25
november 2022
http://suara.com/news/2014/05/09/075736/psikolog-forensik-sebut-emon-bukan- pedofilia/
diakses pada 27 november 2022
http://hrd-rkp1986.blogspot.com/2010/08/psikologi-dan-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai