Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PEMBAGIAN LAPANGAN HUKUM”


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu hokum
Dosen pengampuh bapak M. Ilham Adepio,S.H.,M.H.

Oleh Kelompok 2:
Kurniawan Saputra (23701004)
M.Yopan Al-Habib (23701005)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya , tentunya tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dri berbagai pihak. Sebagai penyusun kami menyadari banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ataupun penyusunannya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Curup,25 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A.Latar Belakang...............................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
C.Tujuan............................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A.Sosiologi Hukum...........................................................................................................................2
B. Antropologi Hukum......................................................................................................................5
C. Perbandingan Hukum....................................................................................................................7
D. Sejarah Hukum...........................................................................................................................10
E. Politik Hukum…………………………………………………….................................................11
F. Filsafat Hukum……………………………………………………………………………………13
G. Psikologi Hukum........................................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
A.Kesimpulan..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pembagian lapangan hukum, sering dipahami secara keliru oleh sebagian orang sebagai upaya
untuk istinbat hukum, sehingga ujung dari setiap studi hukum Islam adalah ditemukannya status
hukum mengenai sesuatu masalah dari perspektif hukum Islam. Meskipun pemahaman itu tidak
salah, tetapi itu hanya mewakili sebagian kecil makna studi hukum Islam. Di luar itu, masih
banyak lagi wilayah kajian yang juga menjadi obyek studi hukum Islam. Makalah ini akan
mencoba menjelaskan cakupan wilayah kajian hukum Islam itu dan dengan mengambil kasus
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melihat di wilayah kajian mana
penelitian-penelitian hukum Islam telah dilakukan selama ini serta di mana pula lacuna terjadi
yang sekaligus memperlihatkan tantangan bagi studi hukum Islam ke depan. Bahan primer bagi
tulisan ini adalah buku-buku metodologi penelitian hukum untuk menjelaskan peta wilayah
kajian hukum dan daftar judul disertasi doktor pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih 30 tahun yaitu periode Maret 1982 sampai dengan
Agustus 2011.

B.Rumusan Masalah
1. Ada berapa pembagian lapangan hukum?
2. Apasaja hukum-hukum yg termasuk pembagian lapangan hukum?
3. Bagaimana objek pembagian lapangan hukum?
4. Bagaimana bentuk-bentuk pemerintahan nya?
5. Bagaimana peradilannya?

C.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Itu Pembagian Lapangan Hukum
2. Untuk Mengetahui ApasajaYang Termasuk Pembagian Lapangan Hukum
3. Untuk Mengetahui Objek Pembagian Lapangan Hukum
4. Untuk Mengetahui Bentuk Pemerintahannya
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Peradilannya
BAB II

PEMBAHASAN
Pembagian lapangan hukum di kelompokkan menjadi 7 macam yaitu:
1. Sosiologi Hukum
2. Antropologi Hukum
3. Perbandingan Hukum
4. Sejarah Hukum
5. Politik Hukum
6. Filsafat Hukum
7. Psikologi Hukum

A.SOSIOLOGI HUKUM
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum diperkenalkan oleh Aguste
Comte, yakni sebuah ilmu pengetahuan yang merupakan hasil akhir dari perkembangan ilmu
pengetahuan.1

Secara etimologis, sosiologi berasal dari Bahasa Latin “socius” yang artinya kawan, serta
Bahasa Yunani “logos” yang artinya kata atau berbicara. Jika digabungkan, maka sosiologi
merupakan ilmu yang berbicara mengenai masyarakat. Aguste Comte juga menegaskan bahwa
sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi keadaan masyarakat.
Hasil pengamatan tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis.

Sedangkan menurut Pitirim Sorikin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial seperti gejala ekonomi dengan
agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dengan gejala lainnya.

1
Yesmil Anwar (et.al), Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta: Grasindo, 2011, hal. 2
Sosiologi hukum menurut sejarah diperkenalkan pertama kali oleh Anzilotti, yang lahir dari
hasil pemikiran para ahli di bidang filsafat hukum dan sosiologi. Sosiologi hukum memandang
hukum dari luar hukum. Dalam hal ini, sosiologi hukum mencoba untuk memperlakukan sistem
hukum dari sudut pandang ilmu sosial. Pada dasarnya, dalam sosiologi hukum, hukum hanya
merupakan salah satu dari banyak sistem sosial dan bahwa sistem sosial lainnya dalam
masyarakat memberi arti dan pengaruh terhadap hukum itu sendiri.2

Sosiologi hukum adalah teori mengenai hubungan antara kaidah hukum dan kenyataan
kemasyarakatan. Hubungan hukum tersebut dapat dipelajari dengan 2 (dua) cara antara lain:

1. Menjelaskan kaidah hukum dari sudut kenyataan kemasyarakatan;

2. Menjelaskan kenyataan kemasyarakat dari sudut kaidah-kaidah hukum.

Ruang Lingkup, Objek dan Karakteristik Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala sosial lainnya secara empiris analitis. Dalam rangka memudahkan fungsi
hukumnya, pelaksanaan fungsi hukum dibantu oleh pengetahuan atau ilmu sosial. Sosiologi
memiliki perbedaan dengan ilmu hukum, yakni sosiologi hukum tidak melakukan penilaian
terhadap hukum. Artinya, sosiologi hukum memiliki pendekatan hukum dari segi objektivitas
dan bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena hukum yang terjadi.3

Sosiologi hukum menganalisa bagaimana jalannya suatu hukum dalam masyarakat.


Karakteristik sosiologi hukum adalah memberikan penjelasan terkait praktik hukum oleh para
penegak hukum maupun masyarakat. Jika praktik tersebut dibedakan ke dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan, penerapan hukum, dan pengadilan, maka sosiologi hukum juga
mempelajari bagaimana praktik yang terjadi pada masing-masing kegiatan hukum tersebut. 4

Kemudian, sosiologi hukum juga menguji keabsahan empiris dari peraturan atau pernyataan
hukum. Sebagai contoh, jika hal tersebut dirumuskan dalam suatu pertanyaan, yakni:

1. Bagaimana peraturan tersebut dalam kenyataan?


2
I Gusti Ngurah Dharma Laksana (et.al), Sosiologi Hukum, Bali: Pustaka Ekspresi, 2017, hal. 2-3
3
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 55-56
4
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 56-57
2. Apakah kenyataan memang seperti tertulis pada bunyi peraturan?

Terdapat suatu perbedaan antara kedua pendekatan tersebut, yang pertama bahwa menerima
saja apa yang tertera dan tertulis di aturan hukum, sedang yang kedua menguji dengan data
empiris.

Ruang lingkup sosiologi hukum secara spesifik mencakup 2 (dua) hal, yaitu:

1. Dasar-dasar sosial dari hukum, misalnya hukum nasional Indonesia yang dasar sosialnya
adalah Pancasila, dengan ciri gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan.

2. Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya, misalnya UU Penanaman Modal


terhadap gejala ekonomi, UU Pemilu terhadap gejala politik, UU Hak Cipta terhadap
gejala budaya, UU Pendidikan Tinggi terhadap gejala pendidikan, dan lainnya.

Kemudian, yang menjadi objek sosiologi hukum adalah sosiologi hukum mengkaji hukum
dalam wujudnya atau dikenal dengan Government Social Control. Dalam objek tersebut,
sosiologi hukum mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku dan dibutuhkan guna
menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu, sosiologi hukum mengkaji proses
yang berusaha membentuk warga masyarakat sebagai mahluk sosial, sehingga sosiologi hukum
memiliki eksistensi sebagai kaidah sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat.5

Sementara itu, menurut Soerjono Soekanto, karakteristik sosiologi hukum meliputi 3 (tiga)
hal sebagai berikut:

1. Pola-pola perilaku hukum warga masyarakat.

2. Hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok sosial.

3. Hubungan timbal balik antara perubahan dalam hukum dan perubahan sosial serta
budaya.6

Kesimpulannya, sosiologi hukum adalah ilmu yang menganalisa bagaimana jalannya suatu
hukum dalam masyarakat. Sosiologi hukum juga meneliti mengapa manusia patuh pada hukum

5
Yesmil Anwar (et.al), Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta: Grasindo, 2011, hal. 129-130
6
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 60
dan mengapa manusia gagal untuk mentaati hukum tersebut dan faktor sosial lainnya yang
mempengaruhi hukum. Selain itu, karakteristik atau ciri khas dari sosiologi hukum adalah ilmu
yang mempelajari perilaku hukum warga masyarakat.

B.Antropologi Hukum

Antropologi Hukum adalah kajian antropologis terhadap makna sosial dari dan pentingnya
hukum dengan menelaah bagaimana hukum dibuat termasuk bagaimana konteks sosial
pembuatan hukum tersebut, bagaimana hukum mempertahankan dan mengubah institusi sosial
lainnya, dan bagaimana hukum membangun perilaku sosial.7

Namun seiring perkembangan zaman dan tatanan politik dunia pasca Perang dingin, cakupan
kajian antropologi hukum meluas di antaranya membahas keterkaitan antara konflik sosial
dengan kesenjangan ekonomi dan batasan-batasan hukum dalam melakukan rekayasa sosial.
Antropologi hukum kini turut mengkaji hubungan antara politik dan hukum yang juga berubah
dalam konteks pasca-Perang Dingin tersebut. Sebagai akibat dari perluasan cakupan tersebut,
bahkan ada kalangan yang menyebut kajian antropologi hukum pada abad ke-19 sebagai kajian
antropologi protolegal.8

Ruang Lingkup Antropologi Hukum

Dalam antropologi ruang lingkup manusia (bermasyarakat) diantaranya perkembangan fisik.


Dimana perkembangan fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk didalamnya
mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia. Mereka melihat
perkembangan mahluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang ada
sekarang ini. Beberapa ahli Antropologi Fisik menjadi terkenal dengan penemuan-penemuan
fosil yang membantu memberikan keterangan mengenai perkembangan manusia.

Ahli Antropologi Fisik yang lain menjadi terkenal karena keahlian forensiknya; mereka
membantu dengan menyampaikan pendapat mereka pada sidang – sidang pengadilan dan
membantu pihak berwenang dalam penyelidikan kasus-kasus pembunuhan.

7
Universität Bern. Legal Anthropology
8
Goodale, Mark,. Anthropology and law : a critical introduction. New York.
ISBN 9781479836130. OCLC 961160723
Sedangkan ruang lingkup manusia khusus budaya (bermasyarakat) lebih mengarah tingkah
laku manusia. Dimana dalam antropologi lebih sering disebut Antropologi Budaya berhubungan
dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia,
baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini
bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam
pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang
mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang
hidupnya disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara
mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan social yang
ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan.

Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok
yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial
Budaya. Dalam perkembangannya Antropologi Sosial-Budaya ini memecah lagi kedalam
bentuk-bentuk spesialisasi atau pengkhususan disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari
atau diteliti. Antroplogi Hukum yang mempelajari bentuk-bentuk hukum pada kelompok-
kelompok masyarakat atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari gejala-gejala serta bentuk-
bentuk perekonomian pada kelompok-kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian
banyak bentuk spesialasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.

C.Perbandingan Hukum
Perbandingan adalah salah satu sumber pengetahuan yang sangat penting. Perbandingan
dapat dikatakan sebagai suatu teknik, disiplin, pelaksanaan dan metode di mana nilai-nilai
kehidupan manusia, hubungan dan aktivitasnya dikenal dan dievaluasi.

Berbagai kontribusi dari para pemikir hukum dan penulis biasanya merupakan hasil dari
pendekatan perbandingan mereka. Yurisprudensi sebagai suatu ilmu hukum, esensi
keistimewaannya terletak pada para metode studi yang khusus, bukan pada hukum dari satu
negara saja, tetapi gagasan-gagasan besar dari hukum itu sendiri, yaitu hukum yang berasal dari
hampir keseluruhan negara-negara di dunia. Para ahli hukum dan filasafat hukum telah
mengemukakan butir-butir pemikirannya sendiri tentang studi hukum, filosofinya, fungsi dan
pendirian setelah melakukan studi ekstensif dari sistem hukum mereka masing-masing dan
sistem dari berbagai negara lainnya di dunia, dengan membandingkan antara satu dengan
lainnya.9

Pengertian
Sejumlah penulis telah berusaha untuk mendefinisikan istilah perbandingan hukum, tetapi
kebanyakan dari mereka hanya menggarisbawahi tujuan dan fungsi dari perbandingan hukum
tersebut. Dalam kenyataannya, perbandingan hukum merupakan subjek dari asal mula dan
pertumbuhan yang baru saja terjadi di mana masih banyak kontroversi terkait dengan sifatnya.
Gutteridge telah berpendapat secara tepat yang pada intinya bahwa:
“Definisi hukum telah dikenal dengan hal-hal yang kurang memuaskan, oleh karenanya adalah
tepat jika hal ini menjadi suatu kontroversi yang tidak kunjung menghasilkan hasil apapun. Hal
ini, khususnya, merupakan situasi di mana setiap usaha yang dilakukan untuk mendefinisikan
tentang istilah perbandingan hukum namun sejak persoalan pokok tidak terlihat nyata maka hal
tersebut menjadi salah satu kendalanya.”10

Ruang Lingkup Perbandingan hukum


9
G.W. Paton, A Text-Book on Jurisprudence, 2nd Ed., p.2.
10
Gutteridge, Comparative Law, 2nd Edition, p. 2.
Ruang lingkup kajian perbandingan hukum dapat dibedakan dalam dua scope, yaitu
unlimited dan limited. Semua entitas di dunia ini dapat saling diperbandingkan meskipun tidak
harus jelas perbedaan maupun persamaan antara kedua entitas yang diperbandingkan tersebut.
Artinya, hukum apapun bisa diperbandingkan dengan hukum apapun yang lain, sejauh ada alasan
untuk memperbandingkan antara keduanya. Kegiatan perbandingan hukum tidak boleh dibatasi
oleh alasan-alasan apapun, entah itu fungsionalisme, strukturalismemaupun yang lainnya.
Pengkaji secara bebas boleh membandingkan apapun tanpa halangan karena faktor-faktor yang
berada dari dalam maupun dari luar sesuatu yang diperbandingkan.

Menurut Prof. Ratno, dalam kajian perbandingan hukum terdapat tiga level perbandingan
yang harus diketahui, yaitu level makro, mikro, dan mezzo. Dalam level makro, studi
perbandingan ini lebih menitikberatkan pada aspek makro sebuah sistem hukum, dan bukannya
detail mikro lex specialist yang mengisi sistem yang besar tersebut. Sistem hukum lebih
berhubungan dengan masalah tatanan sosial dimana di dalamnya hukum dibentuk dan
diaplikasikan untuk merefleksikan fungsi dasar dari hukum itu dalam masyarakat. Faktor-faktor
substance, structure dan culture dari suatu sistem hukum menjadi kajian utama. Dalam level
mikro, subyek kajian perbandingan mikro lebih fokus ke arah praktek hukum sebagai tatanan
aturan yang diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakat, dan bukan untuk mengkaji
hukum dalam ukuran besarnya sebagai fenomena sosial secara jeneral.Kajiannya lebih fokus ke
dimensi normatif dari institusi hukum dan tidak terlalu konsern dengan aspek-aspek lain seperti
sosiologis, politis atau lainnya.Dalam level mezzo, subjek kajian mikro dilakukan dengan
menggunakan pendekatan makro, yaitu melibatkan substance, structure dan culture.

Subjek kajian perbandingan hukum meliputi perbandingan sistem hukum ( Comparative


Legal System) dan perbandingan substansi hukum (Comparative Substantive Law). Kajian
perbandingan sistem hukum pendekatannya lebih broad-oriented. Bidang kajian yang dilakukan
dalam ranah ini difokuskan pada institusi hukum yang lebih jeneral, yaitu ranah sistem hukum
atau bahkan yang lebih besar lagi dari itu, misalnya, pada aspek keluarga hukum (legal families),
budaya hukum (legal cultures) atau tradisi hukum (legal traditions). Bidang kajian Comparative
Substantive Law secara sederhanadipahamisebagai kajian antar berbagai aturan hukum yang
berlainan.
Kelompok pertama dalam hal ini meyakini bahwa hukum tidak dapat dipahami kecuali
diamati dari aspek ruang lingkup yang lebih makro, yang terletak dalam konteks historis, politik,
sosial ekonomi dan psikologis yang melingkupinya. Kelompok kedua, kajian perbandingan
aturan hukum itu harus dibatasi hanya pada aturan hukum itu saja, tidak perlu menimbang
faktor-faktor yang melingkupi aturan itu. Dalam perspektif ini, aturan hukum semata dilihat dari
aspek hubungan “top-down”, yaitu institusi negara sebagai agen yang secara sah menciptakan
aturan hukum.

D.Sejarah Hukum

Pengertian Sejarah Hukum

Ilmu sejarah dan ilmu hukum merupakan 2 (dua) entitas yang tidak dapat dipisahkan karena
pada dasarnya hukum merupakan produk sejarah yang terus menerus berkembang sesuai dengan
peradaban manusia. Dengan demikian, mempelajari ilmu hukum berarti juga mempelajari
sejarah itu sendiri. Sebab, produk hukum di setiap fase sejarah akan menjadi cermin
perkembangan dan pertumbuhan hukum di era terbaru. Sejarah hukum di masa lalu memiliki
pengaruh besar terhadap dinamika hukum di masa kini. Maka, dengan mengetahui sejarah
hukum di masa lalu adalah keniscayaan untuk dapat memahami perkembangan sejarah hukum di
sebuah bangsa.11

Soedjatmoko menilai bahwa sejarah memiliki arti yang sangat penting untuk melatih warga
negara yang baik dan mengembangkan cinta dan kesetiaan untuk negara. Sejarah sebagai sesuatu
yang harus dipelajari untuk negara muda seperti Indonesia untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia dan pembangunan bangsa.12

11
Agus Riwanto, Sejarah Hukum: Konsep, Teori, dan Metodenya dalam Pengembangan Ilmu
Hukum, Karanganyar: Oase Pustaka, 2016, hal. 1
12
Agus Riwanto, Sejarah Hukum: Konsep, Teori, dan Metodenya dalam Pengembangan Ilmu Hukum, Karanganyar:
Oase Pustaka, 2016, hal. 4
Fungsi Sejarah Hukum

Hukum yang berlaku sekarang memang berbeda dengan hukum pada masa lampau dan
tidak sama dengan hukum pada masa yang akan datang. Namun, dalam tata hukum yang berlaku
sekarang terkandung unsur dari tata hukum lampau. Kemudian, dalam tata hukum yang berlaku
sekarang terbentuk tunas-tunas mengenai tata hukum pada masa yang akan datang.13

Dari penjelasan tersebut, berikut fungsi sejarah hukum:

1. Mempertajam pemahaman dan penghayatan mengenai hukum yang berlaku sekarang;

2. Mempermudah para pembuat hukum yang berlaku sekarang untuk menghindari


kesalahan di masa lampau serta mengambil manfaat dari perkembangan positif hukum di
masa lampau;

3. Mengetahui makna hukum positif bagi para akademisi maupun praktisi hukum dengan
melakukan penelusuran dan penafsiran sejarah;

4. Sejarah hukum mengungkapkan dan memberikan suatu indikasi dari mana hukum
tertentu berasal, bagaimana posisinya sekarang, dan hendak ke mana perkembangan
hukum tersebut;

5. Mengungkapkan fungsi dan efektivitas dari lembaga hukum tertentu. Artinya, dalam
keadaan yang bagaimana suatu lembaga hukum dapat efektif menyelesaikan persoalan
hukum dan dalam keadaan yang bagaimana jika lembaga tersebut gagal. Hal ini dapat
dilihat dari kenyataan yang ada dalam sejarah hukum.

Kesimpulannya, sejarah hukum adalah cabang ilmu hukum yang menelaah sejumlah
peristiwa hukum dari zaman dahulu yang disusun secara kronologis. Sejarah hukum menjelaskan
perkembangan hukum untuk memperoleh pemahaman tentang apa yang berlaku sebagai hukum
di masa lampau. Dengan mempelajari sejarah hukum, kita juga akan bersinggungan dengan
hukum yang berlaku sekarang dan hukum yang akan berlaku di masa depan. Selain itu terdapat
juga berbagai kegunaan dalam mempelajari sejarah hukum, salah satunya memahami makna
hukum positif dan bagi pembuat hukum akan terhindar dari kesalahan yang terjadi di masa
lampau.
13
Sri Warjiyati, Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Prenadamedia Group, 2018,
hal. 127
E.Politik Hukum

Kaitan Politik dengan Hukum

Sebelum membahas mengenai apa itu politik hukum, perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai hubungan politik dan hukum. Meski berada pada bidang studi yang berbeda, namun
politik dan hukum mempunyai keterkaitan satu sama lain. Budiono Kusumohamidjojo dalam
buku Filsafat Hukum menjelaskan bahwa dalam negara hukum, hukum menjadi aturan
permainan untuk mencapai cita-cita bersama yang menjadi pangkal dari kesepakatan politik.
Hukum seharusnya juga menjadi aturan untuk menyelesaikan segala perselisihan termasuk
perselisihan politik.14

Politik dan hukum adalah dasar dari politik hukum dengan ketentuan bahwa pelaksanaan
pengembangan politik hukum tidak bisa dipisahkan dengan pelaksanaan pengembangan politik
secara keseluruhan. Atau dapat dikatakan, prinsip dasar yang dipergunakan sebagai ketentuan
pengembangan politik akan juga berlaku bagi pelaksanaan politik hukum yang diwujudkan
melalui peraturan perundang-undangan.

Secara das sein, ketika hukum diartikan sebagai undang-undang, maka hukum merupakan
produk politik. Hukum dibentuk oleh lembaga legislatif sehingga dapat diartikan bahwa hukum

merupakan kristalisasi, formalisasi atau legalisasi dari kehendak-kehendak politik. Ruang


Lingkup Politik Hukum

Adapun yang menjadi cakupan atau ruang lingkup politik hukum adalah:

a. Kebijakan negara tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan dalam
rangka pencapaian tujuan negara;

b. Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya atas lahirnya produk hukum; dan

c. Penegakan hukum dalam kenyataan lapangan15.

14
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017, hal. 5
15
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan keenam, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 352
Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, aspek politik hukum sebagai bahan studi meliputi:
[4]

a. Tujuan yang akan dicapai dengan sistem hukum yang ada;

b. Cara-cara yang dipilih untuk menentukan mana yang paling baik untuk mencapai tujuan.
Misalnya pilihan desentralisasi atau sentralisasi;

c. Kapan suatu peraturan atau hukum perlu diubah dan melalui cara apa perubahan tersebut
sebaiknya dilakukan;

d. Dapatkah suatu pola yang mapan dirumuskan untuk memilih tujuan serta cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut16.

Konfigurasi Politik dan Produk Hukum

Berdasarkan asumsi bahwa politik determinan atas hukum sehingga hukum adalah produk
politik, maka tesis atau teori Mahfud MD tentang politik hukum di Indonesia adalah konfigurasi
politik yang demokratis akan melahirkan hukum responsif atau populistik. Begitu juga
sebaliknya, konfigurasi politik yang otoriter akan melahirkan produk hukum yang konservatif
atau ortodoks atau elitis.17

Contoh Politik Hukum di Indonesia

Contoh politik hukum di Indonesia adalah karakter hukum pemerintahan daerah di era
orde baru. Konfigurasi politik yang diciptakan pada periode ini adalah otoriter birokratis karena
obsesi menciptakan stabilitas sebagai syarat utama pembangunan ekonomi. Sehingga, produk
hukum pemerintahan daerah bukan dengan penerapan otonomi seluas-luasnya. Daerah tidak
diberikan hak otonomi, melainkan kewajiban untuk ikut melancarkan pembangunan yang
direncanakan oleh pemerintah pusat.18

16
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan keenam, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 352 – 353
17
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017, hal. 7 dan 22

18
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017, hal. 328 – 329
Adapun politik hukum agraria di era orde baru tidak lagi berkutat pada
pembentukan UUPA, melainkan penerapan UUPA. Misalnya pada era orde baru berorientasi
pada pembangunan nasional. Sehingga tuntutan atas tanah dan intensitas pengambilan tanah dari
masyarakat meningkat pesat. Sehingga pemerintah membentuk Inpres 9/1973 yang didasarkan
pada UU Pencabutan Hak Atas Tanah Menurut Mahfud MD, materi Inpres 9/1973 seharusnya
merupakan materi undang-undang karena menyangkut hak rakyat, namun justru dituangkan
dalam inpres.19

F.Filsafat Hukum

Secara sederhana, filsafat hukum adalh ilmu tingkah laku atau etika yang mempelajari
hakikat hukum. Menurut buku Pokok-pokok Filsafat Hukum oleh Darji Darmodiharjo dan
Shidarta, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.
Jadi, objek dari filsafat hukum adalah hukum itu sendiri. Objek tersebut lantas dikaji secara
mendalam sampai pada inti atau dasarnya yang disebut hakikat.
Mengutip jurnal berjudul Peranan Filsafat Hukum dalam Mewujudkan Keadilan dari
Universitas Tarumanagara Jakarta oleh Handayani dkk, filsafat hukum fokus pada segi
filosofisnya yang berorientasi pada masalah-masalah fungsi dan filsafat hukum itu sendiri.
Masalah ini meliputi penertiban hukum, penyelesaian pertikaian, pertahanan dan
pemeliharaan tata tertib, pengadaan perubahan dan pengaturan tata tertib. Hal ini dilakukan demi
terwujudnya rasa keadilan berdasarkan kaidah hukum yang abstrak dan konkret.
20

Masalah Pokok dalam Filsafat Hukum


19
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017, hal. 340 – 341
20
https://news.detik.com/berita/d-6894792/filsafat-hukum-pengertian-karakteristik-dan-masalah-pokoknya
Filsafat hukum merupakan hasil dari pemikiran metodis sistematis dan radikal terhadap hakikat,
fundamental, dan marginal dari hukum dalam segala aspeknya. Peninjauannya berpusat pada
empat masalah pokok yaitu:
1. Hakekat hingga pengertian hukum
2. Cita dan tujuan hukum
3. Berlakunya hukum
4. Pengalaman atau pengamalan hukum

Adapun Fungsi dari Filsafat Hukum yaitu:

1. Berupaya Memecahkan Persoalan


2. Menciptakan Hukum Yang Lebih Sempurna
3. Membuktikan Bahwa Hukum Mampu Memberikan Penyelesaian Persoalan-
persoalan Yang Hidup Dan Berkembang Didalam Msyaraka tDengan
Menggunakan Sistem Hukum Yang Berlaku Suatu Masa, Di Suatu tempat
Sebagai Hukum Positif

G.Psikologi Hukum

Psikologi hukum adalah teori, penelitian, dan praktik psikologi yang berkaitan
dengan hukum dan permasalahan hukum. Psikologi hukum harus dibedakan cakupannya
dari psikologi forensik. Psikologi hukum mengkaji pola pikir dan perilaku aparat penegak hukum
seperti hakim dan jaksa, hukum acara, dan sistem peradilan sementara psikologi forensik
terfokus pada kasus tindak pidana dan hal-hal terkaitnya seperti tersangka, terdakwa,
dan pengacara.21

21
Psychology School Guide. What are the Differences Between Legal Psychology and Forensic Psychology?.
Kajian sosiologi terhadap hukum acara berpengaruh dalam perkembangan psikologi
hukum. Dalam bukunya yang berjudul On the Witness Stand, Hugo Münsterberg mengkritisi
sistem hukum Amerika Serikat yang mengesampingkan aspek psikologis dalam hukum
acara. Namun karena Münsterberg terkesan melebih-lebihkan penerapan psikologi dalam bidang
hukum, praktisi-praktisi hukum tidak begitu terpengaruh oleh tulisannya.22

Hukum dan psikologi tidak hanya memiliki banyak kesamaan tetapi juga perbedaan. Haney
melihat ada delapan hal yang memungkinkan terjadinya konflik antara hukum dan psikologi
yaitu:

1. Hukum cenderung konservatif sementara psikologi cenderung kreatif,

2. Hukum bersifat otoriter/normatif sementara psikologi bersifat empiris,

3. Hukum hanya memiliki dua sisi (benar dan salah) sementara psikologi penuh eksperimen,

4. Hukum bersifat preskriptif (menentukan) sementara psikologi bersifat deskriptif


(menjelaskan),

5. Hukum bersifat idiografis sementara psikologi bersifat nomotetis,

6. Hukum menekankan kepastian sementara psikologi cenderung melihat adanya


kemungkinan lain (probabilistik),

7. Hukum bersifat reaktif sementara psikologi bersifat proaktif,

8. Hukum bersifat operatif sementara psikologi bersifat ilmiah.

Selain itu, hasil penelitian psikologi bersifat statistik manakala tugas hukum bersifat klinis
dan diagnostis. Dapat dikatakan dengan demikian bahwa kedua disiplin tersebut memiliki
perbedaan nilai, asumsi dasar, model, pendekatan, kriteria, dan metode.23

BAB III

22
Kapardis, A. (2010). Psychology and law: A critical introduction. Melbourne: Cambridge University Press.
23
Clifford, B. R. (1995). Psychology's premises, methods and values. V R. Bull in D. Carson (ur.), 13–27.
PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Sosiologi Hukum

Secara etimologis, sosiologi berasal dari Bahasa Latin “socius” yang artinya kawan, serta
Bahasa Yunani “logos” yang artinya kata atau berbicara. Jika digabungkan, maka sosiologi
merupakan ilmu yang berbicara mengenai masyarakat. Aguste Comte juga menegaskan bahwa
sosiologi harus dibentuk berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi keadaan masyarakat.
Hasil pengamatan tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis.

2.Antropologi Hukum

Antropologi Hukum adalah kajian antropologis terhadap makna sosial dari dan pentingnya
hukum dengan menelaah bagaimana hukum dibuat termasuk bagaimana konteks sosial
pembuatan hukum tersebut, bagaimana hukum mempertahankan dan mengubah institusi sosial
lainnya, dan bagaimana hukum membangun perilaku sosial.

3.Perbandingan Hukum

Perbandingan hukum merupakan subjek dari asal mula dan pertumbuhan yang baru saja
terjadi di mana masih banyak kontroversi terkait dengan sifatnya.

4.Sejarah Hukum

Ilmu sejarah dan ilmu hukum merupakan 2 (dua) entitas yang tidak dapat dipisahkan karena
pada dasarnya hukum merupakan produk sejarah yang terus menerus berkembang sesuai dengan
peradaban manusia. Dengan demikian, mempelajari ilmu hukum berarti juga mempelajari
sejarah itu sendiri. Sebab, produk hukum di setiap fase sejarah akan menjadi cermin
perkembangan dan pertumbuhan hukum di era terbaru. Sejarah hukum di masa lalu memiliki
pengaruh besar terhadap dinamika hukum di masa kini.

5.Politik Hukum
Politik dan hukum adalah dasar dari politik hukum dengan ketentuan bahwa pelaksanaan
pengembangan politik hukum tidak bisa dipisahkan dengan pelaksanaan pengembangan politik
secara keseluruhan. Atau dapat dikatakan, prinsip dasar yang dipergunakan sebagai ketentuan
pengembangan politik akan juga berlaku bagi pelaksanaan politik hukum yang diwujudkan
melalui peraturan perundang-undangan.

6.Filsafat Hukum

Secara sederhana, filsafat hukum adalh ilmu tingkah laku atau etika yang mempelajari
hakikat hukum. Menurut buku Pokok-pokok Filsafat Hukum oleh Darji Darmodiharjo dan
Shidarta, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.
Jadi, objek dari filsafat hukum adalah hukum itu sendiri. Objek tersebut lantas dikaji secara
mendalam sampai pada inti atau dasarnya yang disebut hakikat.

7.Psikologi Hukum

Psikologi hukum mengkaji pola pikir dan perilaku aparat penegak hukum
seperti hakim dan jaksa, hukum acara, dan sistem peradilan sementara psikologi forensik
terfokus pada kasus tindak pidana dan hal-hal terkaitnya seperti tersangka, terdakwa,
dan pengacara.

DAFTAR PUSTAKA
Yesmil Anwar (et.al), Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta: Grasindo, 2011, hal. 2
I Gusti Ngurah Dharma Laksana (et.al), Sosiologi Hukum, Bali: Pustaka Ekspresi, 2017, hal. 2-
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 55-56
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 56-57
Yesmil Anwar (et.al), Pengantar Sosiologi Hukum, Jakarta: Grasindo, 2011, hal. 129-130
Yusuf Daeng, Sosiologi Hukum, Pekanbaru: Alaf Riau, 2018, hal. 60
Universität Bern. Legal Anthropology
Goodale, Mark,. Anthropology and law : a critical introduction. New York.
ISBN 9781479836130. OCLC 961160723
G.W. Paton, A Text-Book on Jurisprudence, 2nd Ed., p.2.
Gutteridge, Comparative Law, 2nd Edition, p. 2.
Agus Riwanto, Sejarah Hukum: Konsep, Teori, dan Metodenya dalam Pengembangan Ilmu
Hukum, Karanganyar: Oase Pustaka, 2016, hal. 1
Agus Riwanto, Sejarah Hukum: Konsep, Teori, dan Metodenya dalam Pengembangan Ilmu
Hukum, Karanganyar: Oase Pustaka, 2016, hal. 4
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017,
hal. 5
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan keenam, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 352
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan keenam, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 352 –
353
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press,
2017, hal. 7 dan 22

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017,
hal. 328 – 329
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Cetakan ke-7, Jakarta: Rajawali Press, 2017,
hal. 340 – 341
https://news.detik.com/berita/d-6894792/filsafat-hukum-pengertian-karakteristik-dan-m
Psychology School Guide. What are the Differences Between Legal Psychology and Forensic
Psychology?asalah-pokoknya

Anda mungkin juga menyukai