Anda di halaman 1dari 13

BIDANG KEILMUAN HUKUM

DALAM RUMPUN ILMU SOSIAL


MAKALAH KELOMPOK
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
IS301 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diampu oleh
Bapak Riko Arrasyid, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :
Leony Nur Afni Dwi Putri 2301849
Kayla Khalifatunnisa Salsabila 2305935
Mochammad Alfin Masykur 2304280
Reflita Ananda Mardiono 2304903
Sinthia Kemala Putri 2312381

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PARIWISATA


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, semoga
shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Rasa syukur kami
panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya makalah bidang keilmuan pada
ilmu hukum ini dapat terselesaikan, untuk memenuhi tugas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kepada Bapak dosen mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Bapak Riko Arrasyid, S.Pd,M.Pd. dan teman-teman yang sudah membantu kami
dalam berbagai hal.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari sempurna. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan penulisan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membuat makalah ini menjadi sempurna. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
atas perhatiannya, semoga makalah Bidang Keilmuan pada Ilmu Hukum ini berguna bagi
pembaca dan dapat diimplementasikan secara nyata.

Bandung, 19 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
manusia sehingga di dalam Masyarakat selalu ada sistem hukum, ada Masyarakat ada norma
hukum (ubi societas ibi ius). Hal tersebut dimaksudkan oleh Cicero bahwa tata hukum harus
mengacu pada penghormatan dan perlindungan bagi keluhuran martabat manusia. Hukum
berupaya menjaga dan mengatur keseimbangan antara kepentingan atau hasrat individu yang
egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik.

Dalam konteks akademik, studi hukum melibatkan pemahaman atas berbagai sistem
hukum, teori-teori hukum, serta proses pembuatan dan pelaksanaan hukum. Melalui
penelitian dan analisis, para akademisi hukum berupaya untuk memahami bagaimana hukum
memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, serta bagaimana hukum dapat digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, politik, dan ekonomi. Dengan demikian,
hukum sebagai bidang keilmuan penting untuk dieksplorasi lebih lanjut serta implementasi
nyatanya terhadap berdasarkan teori – teori dari Ilmu Hukum yang telah ada.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan makalah ini dirumuskan sebagai
berikut:

1. Bagaimana definisi hukum dapat dijelaskan secara ontologi?


2. Apa pendekatan yang spesifik yang dapat diterapkan dalam bidang Ilmu Hukum?
3. Apa saja 3 teori utama dalam bidang Ilmu Hukum?
4. Bagaimana manfaat nyata yang dihasilkan dari implementasi bidang Ilmu Hukum
berdasarkan teori – teori Ilmu Hukum yang ada?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang akan menjawab rumusan masalah dari
makalah ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui definisi hukum secara ontologi.


2. Untuk mengetahui pendekatan yang spesifik yang dapat diterapkan dalam bidang
Ilmu Hukum.
3. Untuk mengetahui 3 teori utama dalam bidang Ilmu Hukum.
4. Untuk mengetahui manfaat nyata yang dihasilkan dari implementasi bidang Ilmu
Hukum berdasarkan teori – teori Ilmu Hukum yang ada.

1.4. Manfaat
Dari hasil makalah yang sudah dibuat ini, menemukan 4 manfaat bagi pembaca, antara
lain:

1. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai ilmu hukum tentang bagaimana


hukum digunakan untuk menyelesaikan konflik dan mempromosikan perubahan
sosial yang positif.
2. Dapat membantu pembaca untuk melihat bagaimana teori – teori dalam bidang ilmu
hukum dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ontologi

A. Definisi Hukum Secara Bahasa

Hukum sendiri berasal dari bahasa arab ‘hakama – yahkumu – hukman’ yang dalam
Kamus Arab – Indonesia Mahmud Junus diartikan dengan menghukum dan memerintah.
Hukum juga diartikan dengan memutuskan, menetapkan, dan menyelesaikan setiap
permasalahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah undang – undang,
peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) juga menjelaskan arti hukum adalah patokan (kaidah, ketentuan) mengenai
peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu.

Selain itu, hukum juga merupakan keseluruhan kaidah – kaidah serta asas – asas yang
mengatur ketertiban yang meliputi lembaga – lembaga dan proses – proses guna mewujudkan
berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat.

B. Definisi Hukum Menurut Ahli


- Definisi Hukum menurut Darmodiharjo
Hukum tidak lain adalah perintah penguasa (law is command of the lawgivers) dan
memandang perlu ada pemisahan secara tegas antara hukum dan moral (hukum yang
berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen), bahkan bagi
penganut ajaran legisme, bahwa hukum itu adalah undang- undang.

- Definisi Hukum menurut Satjipto Rahardjo


Ilmu hukum mempunyai hakikat interdisipliner hakikat ini dapat dilihat dari
penggunaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk membantu menerangkan
berbagai aspek yang berhubungan dengan kehadiran hukum dalam masyarakat.
Berbagai aspek hukum yang ingin kita ketahui, ternyata tidak dapat dijelaskan dengan
baik tanpa memanfaatkan disiplin – disiplin ilmu pengetahuan lain, seperti ilmu
politik, antropologi, ekonomi, dan lainnya.
- Definisi Hukum menurut John Austin
Dalam bukunya yang berjudul “Province of Jurisprudence Determined”, mengartikan
hukum adalah “A rule laid down for the guidance of an intelligent being by an
intelligent being having power over him”. Atau dalam Bahasa Indonesia berarti
Aturan yang ditetapkan untuk mengarahkan makhluk yang cerdas guna memiliki
kekuasaan atas dirinya. ”A body of rules fixed and enforced by a sovereign political
authority”. Atau dalam Bahasa Indonesia yang berarti seperangkat peraturan yang
tetap dan ditegakkan oleh otoritas politik yang berdaulat.

- Definisi Hukum menurut E. Utrecht :


Hukum adalah himpunan petunjuk hidup ( perintah atau larangan ) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan
jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu.

- Definisi Hukum menurut J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastro Pranoto


Hukum adalah peraturan – peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan –
badan resmi yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat, pelanggaran terhadap peraturan – peraturan tadi berakibat di
ambilnya tindakan hukum.

2.2. Epistemologi
Dalam bidang ilmu hukum, terdapat berbagai pendekatan spesifik yang digunakan,
antara lain :

1. Pendekatan Positivistik
Pendekatan Positivistik artinya pendekatan yang fokus pada hukum yang ada
secara konkret dan diimplementasikan oleh otoritas yang sah. Positivisme adalah
istilah umum dalam filsafat yang mengutamakan aspek factual pengetahuan
khususnya ilmiah. Positivisme atau non spekulasi diperkenalkan oleh Auguste
Comte (1798 – 1857) dalam buku utamanya yang berjudul Course de Philosophic
Positive, positivisme berasal dari kata “positif” yang artinya factual, sesuatu yang
berdasar fakta atau kenyataan, menurut positivism, pengetahuan kita tidak boleh
melebihi fakta – fakta yang ada, sehingga dalam bidang pengetahuan, ilmu
pengetahuan empiris menjadi contoh istimewanya.
Model pendekatan positivistic terilhami dari Gerakan keilmuan masa modern,
yang mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran. Syarat objek ilmu
yaitu dapat : diamati (observable), diulang – ulang (repeatable), diukur
(measureable), diuji (testable), diramalkan (predicable). Dan penelitiannya
berpusat pada eksperimen data – data particular, dan ditafsirkan oleh rasio, dan
pengalaman (aposteriori) akan menarik kesimpulan.

2. Pendekatan Interpretatif
Pendekatan Interpretatif artinya mengutamakan pemahaman makna hukum
melalui interpretasi teks hukum, sejarah, dan konteks sosial. Pendekatan
interpretatif dapat menjadi pendekatan dalam ilmu hukum karena pendekatan ini
menekankan pada pemahaman makna dan konteks sosial yang terkait dengan
hukum dan taktik hukum. Pendekatan interpretatif memandang bahwa setiap
gejala atau peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda dan ilmu bersifat
ideografis, artinya ilmu mengungkap realitas simbol – simbol dalam bentuk
deskriptif.
Dalam hermeneutika hukum, pendekatan interpretatif digunakan memahami
makna dan konteks hukum yang terkait dengan kasus hukum tertentu. Oleh karena
itu, pendekatan interpretatif dapat membantu dalam memahami dan
menginterpretasikan hukum dengan lebih baik.

3. Pendekatan Komparatif
Pendekatan Komparatif, artinya pendekatan yang membandingkan sistem hukum
dari berbagai negara untuk menganalisis perbedaan dan kesamaan serta mencari
inspirasi atau solusi terbaik. W. Ewald (dalam Critical Comparative Law) yang
dikutip Barda Nawawi Arief (2014: 3-4) menjelaskan perbandingan hukum pada
hakikatnya merupakan kegiatan yang bersifat filosofis. Perbandingan huku adalah
suatu studi atau kajian perbandingan mengenai konsepsi-konsepsi intelektual yang
ada di balik nstitusi/lembaga hukum yang pokok dari satu atau beberapa sistem
hukum asing.
4. Pendekatan Fungsional
Pendekatan Fungsional, merupakan pendekatan yang menekankan pada fungsi
hukum dalam menjaga keseimbangan dan keadilan dalam masyarakat. Pendekatan
fungsional dapat menjadi pendekatan pada ilmu hukum karena pendekatan ini
memandang hukum sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mencapai tujuan
tertentu, seperti menjaga keteraturan dan keamanan dalam masyarakat. Dalam
pendekatan fungsional, hukum dipandang sebagai suatu alat untuk mencapai
tujuan sosial tertentu, dan penafsiran hukum dilakukan dengan
mempertimbangkan tujuan tersebut. Pendekatan fungsional juga memperhatikan
peran hukum dalam mempengaruhi perilaku manusia dan masyarakat, sehingga
dapat membantu dalam merancang kebijakan hukum yang efektif.

5. Pendekatan Filosofis
Pendekatan Filosofis artinya pendekatan yang mendekati hukum dari dudut
pandang filosofis untuk memahami asal – usul, prinsip dasar, dan implikasi
etisnya. Pendekatan filosofis merupakan pendekatan yang memandang hukum
sebagai seperangkat nilai ideal, yang seyogyanya senantiasa menjadi rujukan
dalam setiap pembentukan pengaturan dan pelaksanaan kaidah hukum.
Pendekatan filosofis sifatnya ideal. Pendekatan ini diperankan oleh pendekatan
filsafat hukum. Dengan perkataan lain, pendekatan atau pendekatan filsafat
hukum itu mengkaji law in ideas.

6. Pendekatan Empiris
Pendekatan Empiris ini merupakan pendekatan yang menggunakan data empiris
dan penelitian untuk memahami dampak dan efektivitas hukum dalam praktiknya.
Pendekatan empiris dapat menjadi pendekatan pada ilmu hukum karena hukum
merupakan fenomena sosial yang memiliki beragam aspek dan dimensi yang luas
dan majemu. Sebagai ilmu yang mempelajari hukum dan penerapannya, ilmu
hukum dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu Ilmu Hukum Normatif dan
Ilmu Hukum Empirik.
Pendekatan empiris fokus pada analisis data empiris, yang melibatkan metodologi
ilmiah yang objektif dan standarisasi observasi, sementara Ilmu Hukum Normatif
lebih fokus pada aspek normatif dan moral dari hukum.
Ilmu hukum empiris memiliki konsekwensi bahwa teorinya harus disesuaikan
dengan data empiris yang nyata, bukan hanya dengan ideologi atau pertimbangan
moral saja. Ini memungkinkan pendekatan empiris untuk memberikan kontribusi
penting dalam studi hukum, seperti antropologi hukum sebagai ilmu empiris yang
mempunyai konsekuensi bagi teorinya harus disesuaikan dengan data empiris.

2.3. Teori Bidang Keilmuan


A. Teori Ilmu Hukum (Bernard Arief Sidharta)
Teori ilmu hukum (teori hukum) juga dapat diartikan sebagai ilmu atau disiplin
hukum yang dalam perspektif interdisipliner dan eksternal secara kritis menganalisis
berbagai aspek gejala hukum, baik tersendiri maupun dalam kaitan keseluruhan, baik
dalam konsepsi teoritisnya maupun dalam pengejawantahan praktisnya, dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dan memberikan penjelasan sejernih
mungkin tentang bahan hukum yang tersaji dan kegiatan yuridis dalam kenyataan
kemasyarakatan. (Bernard Arief Sidharta, 2000: 122).

Masa Hidup Bernard Arief Sidharta dikenal luas sebagai salah satu dari sedikit filsuf
hukum Indonesia yang produktif, selektif, dan serius dalam karya - karyanya.
Sebagian dari publikasinya itu memang merupakan hasil translasi atau saduran dari
tulisan berbahasa Belanda atau Inggris, tetapi hal ini justru menunjukkan posisi
keilmiahan seorang Arief di mata para pengemban hukum (istilah temuannya yang
diterjemahkannya dari kata ‘rechtsbeoefenaren’) di Tanah Air. Banyak pihak mengira
Arief menguasai dengan fasih bahasa Belanda karena berasal dari latar belakang
keluarga menengah-atas berpendidikan Belanda. Padahal, latar belakang keluarganya
sangat kontras dengan dugaan tersebut. Ayahnya bekerja sebagai karyawan biasa dan
juga mencoba berwirausaha kecil-kecilan.

B. Teori Hukum Alam (Hugo Grotius)


Teori Hukum Alam Hugo Grotius merupakan salah satu paradigma filosofis yang
memfokuskan pada hukum sebagai sistem yang berasal dari alam semesta dan
memiliki karakteristik universel. Grotius, seorang pemikir dari era transisi antara
Abad Pertengahan dan Masa Baru, telah membangun teori ini dengan cara
menghumanisasi dan mengsekularisasi hukum alam. Grotius mengambil langkah awal
dalam proses rasionalisasi hukum alam dengan cara mengganti dominasi religi oleh
autoritas rasonalis. Ia menganggap bahwa hukum tidak hanyalah hasil dari keputusan
manusia, tetapi juga hasil dari logika yang benar dan sesuai dengan struktur alam
semesta. Hal ini memungkinkan hukum untuk memiliki karakteristik yang universal
dan memenuhi kebutuhan sosial dan etis dari masyarakat. Grotius mempengaruhi
pendirian teori hukum alam yang lain, seperti teori hukum alam yang berdasarkan
akal manusia, yang telah mengancam dominasi hukum alam klasik yang berdasarkan
akal Allah. Selain itu, teori hukum alam Grotius telah mempengaruhi pembangunan
teori hukum lain, seperti teori hukum positif dan teori hukum progresif.

Masa Hidup Hugo Grotius, juga dikenal sebagai Hugeianus De Groot, lahir pada 10
April 1583 di Delft, Belanda, dari keluarga bangsawan dengan latar belakang hukum
dan ilmu pengetahuan. Dididik dalam ajaran Kristen oleh ayahnya, Grotius memulai
pendidikannya di Universitas Leiden pada usia 11 tahun, di mana ia menunjukkan
kecerdasan di berbagai bidang ilmu. Setelah menyelesaikan studi pada tahun 1597, ia
terlibat dalam karir diplomatis dan hukum yang sukses, termasuk misi ke Perancis
untuk mendukung kemerdekaan Belanda. Grotius membuka kantor hukum di The
Hague, menangani kasus sipil, dan tetap terlibat dalam dunia sastra liberal.
Pernikahannya dengan Maria van Reigersbergh memengaruhi karir politiknya, tetapi
setelah terlibat dalam kudeta remonstrans pada 1618, ia dijatuhi hukuman penjara
seumur hidup. Meskipun dalam pengasingan, Grotius terus menulis karya-karya
penting, termasuk "De Jure Belli ac Pacis." Pada 1621, ia melarikan diri dan menjadi
Duta Besar Swedia di Paris sebelum dipanggil kembali ke Stockholm pada 1645.
Grotius meninggal dunia di Pelabuhan Rostock, Jerman, pada 28 Agustus 1645.

C. Teori Hukum Pidana Minimalis (Douglas Husak)


Teori hukum pidana minimalis dari Douglas Husak adalah teori yang mengusulkan
penggunaan sarana koersif negara melalui hukum pidana seminimal mungkin. Teori
ini dilatarbelakangi oleh fenomena semakin banyaknya perbuatan-perbuatan yang
dikriminalisasi dalam undang-undang Negara Federal Amerika dan disebut sebagai
overcriminalization. Teori ini menekankan bahwa hukum pidana harus menjadi upaya
terakhir dan keputusan negara untuk mengkriminalisasi suatu perbuatan harus
memperhatikan batasan internal dan eksternal. Batasan internal meliputi bahaya atau
kejahatan yang tidak sepele, kesalahan pelaku, dan proporsionalitas hukuman,
sedangkan batasan eksternal terkait dengan substansialitas otoritas negara untuk
menghukum. Teori ini relevan untuk diadopsi untuk mencegah overcriminalization
dan melindungi kebebasan sipil warga negara.

Masa Hidup Douglas Husak, seorang pemikir terkemuka dalam filsafat hukum, lahir
pada 11 Juni 1948 di Cleveland, Ohio. Ia memperoleh gelar Sarjana (B.A) dengan
predikat summa cum laude dari Denison University pada 1970, serta gelar M.A, Ph.D,
dan J.D. dari Ohio State University pada 1976 dengan predikat cum laude. Sebagai
Distinguished Professor di Rutgers University sejak 1977, Husak telah mengajar di
berbagai universitas terkemuka di seluruh dunia dan memiliki kontribusi signifikan
dalam filsafat hukum dan hukum pidana. Sebagai editor in chief untuk jurnal
Criminal Law and Philosophy dan peran editorial di jurnal lainnya, ia fokus pada
interseksi antara filsafat hukum dan hukum pidana. Karya-karyanya, seperti
"Ignorance of Law: A Philosophical Inquiry" dan "The Philosophy of Criminal Law,"
telah menciptakan kontribusi penting dalam diskursus filosofis dan teoretis di bidang
hukum. Meskipun mendapat kritik, Husak meresponsnya dengan artikel berjudul
"Aspiration, Execution, and Controversy: Reply to My Critics."

Anda mungkin juga menyukai