Anda di halaman 1dari 16

Hukum Islam Membentuk Kehidupan Sosial

Makalah ini Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sosio-Antropologi Hukum Islam

Dosen Pengampu:

Husnun Nahdhiyyah, S.HI., M.H.

Disusun Oleh:

Melisa Firnanda Nim 12104019

Liliyanti Nim 12104013

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI 
PONTIANAK 
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
taufik serta hidayahNya, sehingga kita selalu diberikan nikmat berupa Kesehatan. Shalawat
serta salam tak lupa kita haturkan pada junjungn kita, baginda Nabi Muhammad SAW.
Karena beliaulah kita sampai sekarang menikmati dunia dari jaman kegelapan menuju zaman
terang benderang yang dimana kita bisa menikmati dan menimba ilmu sampai sekarang ini.

Pada kesempatan kali ini, kami berterima kasih kepada dosen pengampu, karena telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat memenuhi
tugas mata kuliah Sosio-Antropologi.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Sekian kami
ucapkan terima kasih.

Pontianak, 4 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...............................................................................................................................iii
A. Latar Belakang........................................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................iii
BAB II..................................................................................................................................................1
A. Pengertian Sosiologi Hukum Islam........................................................................................1
B. Objek Sosiologi Hukum Islam................................................................................................1
C. Pengertian Kehidupan Sosial Masyarakat.............................................................................4
D. Kehidupan sosial dalam hukum Islam...................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................................8
1. Pengertian Sosiologi Hukum Islam............................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum islam adalah salah satu aspek ajaran islam yang sangat penting dalam kehidupan
umat islam., merupakan manifestasi paling kongkrit dari hukum islam sebagai beragama.
Hukum islam merupakan representasi pemikiran agama islam, ia merupakan manifestasi
yang paling khas dari pandangan hidup islam, dan intisari dari islam itu sendiri. Hukum islam
juga aturan agama, perintah-perintah Allah yang mengatur kehidupan orang islam dalam
seluruh aspeknya Dalam kehidupan sehari-hari pastinya kita hidup selalu membutuhkan
keberadaan orang lain. Hubungan sosial yang terjadi antar individu maupun antar kelompok
tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi kehidupan
yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan
yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat.

iii
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan individu
lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar individu maupun
antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara berbagai
segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu
pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial
dalam masyarakat.

Kehidupan Sosial menurut Islam dilaksanakan prinsip-prinsipnya untuk seluruh


warganegara dalam suatu negara. Oleh sebab itu keuntungannya adalah amat banyaknya,
seperti meringankn beban negara dalam neraca keuangannya, mengekalkan rasa ikatan yang
didasarkan kepada kecintaan dan kemesraan, juga untuk mempererat tali kekeluargaan antara
seluruh ummat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi hukum islam?
2. Apa saja objek sosiologi hukum islam?
3. Apa pengertian Kehidupan social masyarakat?
4. Bagaimana Kehidupan sosial dalam hukum Islam?
C. Tujuan Kajian
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan sosiologi hukum islam.
2. Untuk memahami objek hukum sosiologi islam
3. Untuk memahami ap aitu Kehidupan social masyarakat
4. Untuk memahami Kehidupan sosial dalam hukum Islam

iv
v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Hukum Islam


Istilah hukum islam adalah sebuah prosa atau gabungan kata dalam Bahasa Indonesia,
prosa ini terdiri dari dua kata yakni hukum dan islam. Prosa hukum hukum islam jika dikaji
lebih dalam sebenarnya muncul dari terjemahan Bahasa arab yakni syariah 1. Sementara itu,
Barat mengenai hukum islam dengan terjemahan dari kata Islamic law.2 Islamic law (hukum
islam) menurut Schacht adalah sekumpulan aturan agama, perintah-perintah Allah yang
mengatur kehidupan orang islam dalam seluruh aspeknya. Hukum ini terdiri atas hukum-
hukum yang sama mengenai ibadah dan ritual, seperti aturan politik dan aturan hukum
(dalam pengertian sempit).3 Hukum islam merupakan representasi pemikiran agama islam, ia
merupakan manifestasi yang paling khas dari pandangan hidup islam, dan intisari dari islam
itu sendiri. Bahkan Schacht lebih jauh lagi menyatakan bahwa hukum islam lah yang mampu
menyentuh wilayah pengetahuan hukum suci agama islam, bukan ilmu kalam (teologi).
Meskipun pada akhirnya Schacht harus mengakui bahwa materi hukum di atur oleh agama
islam yang merupakan bagian dari sebuah system aturan agama dan etika.

Menurut Bani Syarif Maula bahwasanya sosiologi hukum islam berangkat dari satu
asumsi dasar bahwa hukum islam sesungguhnya bukanlah sistem hukum matang yang datang
dari langit dan terbebas dari alur sejarah manusia. Sebagaimana halnya dengan system-sistem
hukum lain, hukum islam tidak lain adalah hasil dari intraksi manusia dengan kondisi social
dan politiknya.4

Penjelasan dari para ahli yang sangat luas tersebut bawasanya Sosiologi hukum islam
adalah hubungan timbal balik antara hukum islam (Syariah, Fiqh, al-Hukm, Qanun) dan pola
perilaku masyarakat dimana sosiologi merupakan salah satu pendekatan dalam
memahaminya.

B. Objek Sosiologi Hukum Islam


Berikut ini disajikan objek sosiologi hukum islam. Adapun objek sosiologi hukum antara
lain:

1. Objek sosiologi hukum


1
Muhammad ‘ali alshawkari irsyad al-Fahul (Bairut: Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 1994), hlm .10
2
Josebh Schacht, An Introduction To Islamic Law,I (London: Oxford University Press, 1965), hlm. 1
3
Ibit. Hlm 21
4
Bani Syarif Maula, sosiologi hukum islam di Indonesia: (Malang:Aditya Media Publishing, 2010), Hal.10

1
Menurut Apeldoorn, objek sosiologi hukum menyelidiki, adakah dan sampai dimanakah
kaidah-kaidah tersebut dengan sungguh-sungguh dilaksanakn dalam kehidupan masyarakat,
dengan perkataan lain sampai hingga mana hidup mengikutinya atau menimpang dari padanya.
Ada 6 objek dalam sosiologi hukum yaitu;
a. Undang-undang
b. Keputusan-keputusan pemerintah
c. Peraturan-peraturan
d. Kontrak
e. Keputusan-keputusan hakim
f. Tulisan-tulisan yurisdis5

Definisi dan objek yang dipaparkan Apeldoorn, dapat disimpulkan objek social hukum
menurut yang berlaku didalam masyarakat. Bagaimanakah sikap masyarakat mengenai
objek-objek tersebut. Curzon mengatakan obek hukum mempunnyai objek kajian fenomena
hukum, yang mengutip pendapat Roscou Paund dimana sosiologi hukum merupakan sebagai
studi yang didasarkan pada konsep hukum sebagai alat pengendali social. Llyod memandang
sosiologi hukum sebagai suatu ilmu deskriptif yang memanfaatkan teknis-teknis empiris.
Yang berkaitan dengan perangkat hukum dengan tugas-tugasnya. Ia memandang hukum
sebagai suatu produk system social dan alat untuk mengendalikan serta mengubah system
itu.6

Menurut pendapat Yesmil Anwar dan Ada yang mengatakan bahwasanya objek sosiologi
hukum ialah:

1. Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujud atau Government Social Control.
Sosiologi hukum mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku serta dibutuhkan,
guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga masyarakat
sebagai makhluk social. Sosiologi hukum juga menyadari eksistensinya sebagai
kaidah social yang ada dalam masyarakat.7
2. Objek Sosial hukum islam
Menurut ibn Khaldun, ada 3 objek dalam konteks sosiologi islam yaitu:

5
L.J.Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, cet. Kesepuluhan, (Jakarta: Pradnya paramita, 1968), hal.336
6
Fithriatus Shalihah, Sosiologi Hukum,(Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada, 2017). Hal,6
7
Yesmil Anwar dan Adang, Pengantar Sosiologi Hukum,(Jakatra:PT.Gramedia Wdiasarana Indonesia,2008),hal
129-130

2
1. Solidaritas social (‘Ashobiyah), konsep ini yang membedakan konsep sosiologi islam
dengan sosiologi barat, bahwanya solidaritas social yang menjadi faktor penentu
dalam perubahan social masyarakat masyarakat, bukan faktor penguasa, kebetulan
atau takdir yang menentukan perubahan social masyarakat seperti yang selama ini
dianut oleh Barat. Sehingga factor solidaritas social inilah yang akan menentukan
nasip suatu bangsa ke depan, apakah menjadi bangsa yang maju atau mundur.8
2. Masyarakat Badawah (perdesaan), Masyarakat ini merujuk pada suatu golongan
masyarakat sederhana, hidup membara dan lemah dalam peradaban. Tetapi perasaan,
hidup mengembara dan lemah dalam peradaban. Tetapi perasaan senasib, dasar
norma-norma, nilai-nilai serta kepercayaan yang sama pula dan keinginan untuk
berkerja sama merupakan suatu hal yang tumbuh subur dalam masyarakat ini.
Pendeknya, ‘ashobiyah atau solidaritas dalam masyarakat ini begitu kuat. Mereka
berurusan dengan dunia hanya sebatas pemenuh kebutuhan, mereka jauh dari
kemewahan. Mereka mungkin melakukan pelanggaran, akan tetapi secara kuantitas
sangat sedikit disbanding dengan masyarakat kota. Sehingga jika dibandingkan
dengan masyarakat kota, masyarakat Badui jauh lebih mudah di “kendalikan” dari
pada masyarakat kota yang telah sulit menerima nasihat karena jiwa mereka telah di
kuasai oleh hawa nafsu.9
3. Masyarakat Hadhoroh (perkotaan), Masyarakat ini ditandai oleh hubungan social
yang impersonal atau dengan tingkat kehidupan Individualistik. Masing-masing
pribadi berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, tanpa menghiraukan yang
lain. Ibn Khaldun menjekaskan bahwa semakin modern suatu masyarakat semangkin
melemah nilai ‘ashobiyah. Menurutnya Ibn Khaldun, bahwa pendududk perkotaan
banyak berurusan dengan kehidupan yang mewah., dan tunduk terlena dengan buaian
hawa nafsu yang menyebabkan merekadalam keburukan akhlak. Karna akhlak yang
buruk , hati mereka tertututp untuk mendapatkan kebaikan, mereka telah terbiasa
dengan pelanggaran nilai dan norma, sehingga tidak lagi ada perasaan takut untuk
berbuat sesuatu yang melanggar nilai-nilai moral yang ada di masyarakat.10

Sedangkan menurut Ali Syariati objek sosiologi hukum islam setidaknya terdapat dua hal
yang sangat penting untuk menjadi perhatian;
8
Muhammad Abdullah Enan, Ibn Khaldun His life and Word, (cet I; New Delhi:New Taj Offset Press Nusrat Ali
Nasri For kitab bhavan, 1979), hal. 114
9
Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun cet. 1 (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN
Sunan Kalijaga.2008), hal.117-118.
10
ibid

3
Pertama adalah tentang realitas masyarakat. Menurut Ali, realitas masyarakat harus
dianalisis, realitas masyarakat ada bukan tanpa tujuan.

kedua adalah mengetahui realitas masyarakat melalui cara pandang teologinya.11

C. Pengertian Kehidupan Sosial Masyarakat


Konsep sosial adalah konsep keseharian yang digunakan untuk menunjuk sesuatu dan
yang dipahami secara umum dalam masyarakat. Sedangkan konsep sosiologis merupakan
konsep yang digunakan sosiologi untuk menunjuk sesuatu dalam konteks akademik.
Sosiologi ialah suatu ilmu mengenai “das sein” dan bukan “das sollen”. Sosiologi meneliti
masyarakat serta perubahannya menurut keadaan kenyataan.

Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial dengan


individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang terjadi antar individu
maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara
berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari itu akan
membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu
sistem sosial dalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial. Proses sosial
yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar, karena
masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik. Demikian pula halnya
dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang merupakan wujud dari proses-proses sosial
yang ada. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada itu adalah suatu gejala sosial yang wajar
dalam kehidupan sosial. Berdasarkan hal itulah maka didapatkan suatu pengertian tentang
keragaman hubungan sosial, yang merupakan suatu pergaulan hidup manusia dari berbagai
tipe kelompok yang terbentuk melalui interaksi sosial yang berbeda dalam kehidupan
masyarakat.

Adapun factor pembentuk kelompok sosial antara lain:

1. Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

Dua faktor utama dalam pembentukan kelompok sosial yang tampaknya mengarahkan
pilihan adalah kedekatan dan kesamaan antara lain:

a. . Kedekatan (proximity)
Kedekatan geografis tempat tinggal. Pengaruh tingkat kedekatan geografis
atau kedekatan fisik, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok
11
Faid Tobroni, pemikiran Ali Syari’ati dalam Sosiologi (Dari Teologi Menuju Revolusi), jurnal Sosiologi
Reflektif, vol 10. 1 Oktober 2015, hal.249.

4
tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di
sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok
tersusun atas individuindividu yang saling berinteraksi, semakin dekat jarak
geografis antara dua orang maka semakin mungkin mereka saling melihat,
berbicara, dan bersosialisasi.
b. Kesamaan (similarity)
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik,
tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya sudah menjadi kebiasaan,
orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan
dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai,
usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain.
 Kesamaan kepentingan Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan
kepentingan maka kelompok sosial ini akan bekerja sama demi mencapai
kepentingan yang sama tersebut.
 Kesamaan keturunan Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar
persamaan keturunan biasanya orientasinya adalah untuk menyambung tali
persaudaraan sehingga masingmasing anggotanya akan saling berkomitmen
untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini untuk menjaga tali persaudaraan agar
tidak terputus.
 Kesamaan nasib Dengan kesamaan nasib/pekerjaan/profesi, maka akan terbentuk
kelompok sosial yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun kinerja
masing-masing anggotanya.12

D. Kehidupan sosial dalam hukum Islam


Kehidupan sosial menurut Islam bukanlah kehidupan sosial ala darwisy, ala
pertapa atau ahli zuhud (yang keliru) sebagaimana halnya sebagian kaum Sufi atau
kaum faqir miskin Hindu (yugi), yang menjauhi harta dan enggan memilikinya
sebab takut akan menanggulangi kesulitan-kesulitan kehidupan atau tidak berani
mempertanggung jawabkannya. Kehidupan sosial menurut Islam tidaklah demikian,
tetapi suatu bentuk kehidupan sosial yang modern, sangat dibutuhkan oleh siapa
pun, pembangunan yang paling sempurna untuk meneggakan masyarakat yang
paling modern yang berkebudayaan tinggi.

12
(Soerjono Soekanto, 2012).

5
Kehidupan Sosial menurut Islam dengan penetapannya-penetapnnya yang
dimaksudkan untuk menjamin panca hak asasi manusia serta undang-undangnya
yang meliputi pengayoman masyarakat, salah satu corak sosial yang memerangi
kemiskinan, kesakitan, kebodohan, ketakutan dan kehinaan.

Kehidupan Sosial menurut Islam memberikan taraf kehidupan yang tinggi


kepada seluruh manusia di dalam masyarakat. Sebagaimana kita maklumi bahwa
yang dimaksudkan dalam pengertian kebutuhan-kebutuhan pokok (bukanlah hanya
makanan dan minuman), ialah rumah kediaman, nafqah keluarga untuk selama
setahun penuh, kendaraan atau pengangkutan, juga senjata, kitab-kitab yang berisi
ilmu pengetahuan dan perkakas-perkakas untuk bekerja. Oleh sebab itu barangsiapa
yang memiliki barang-barang yang dianggap sebagai kebutuhan-kebutuhan pokok di
atas belumlah dianggap kaya yang diwajibkan mengeluarkan zakat.

Kehidupan Sosial menurut Islam dilaksanakan prinsip-prinsipnya untuk


seluruh warganegara dalam suatu negara, baik dari golongan Muslimin atau bukan.
Sebabnya demikian ialah karena prinsip-prinsipnya serta hak-hak yang diberikan
kepada tiap-tiap warganegara itu adalah merata, secara umum, tidak seorang pun
dapat dikecualikan. Masih teringat sama kita semua bagaimana orang-orang kafir
dzimmi menikmati hak pengayoman masyarakat di dalam negara Islam yang waktu
itu di bawah pimpinan Khalifah Umar bin Khattab r.a., tidak ada perbedaan sama
sekali antar penduduk yang beragama Islam atau yang bukan Islam. Seluruhnya
merata.

Kehidupan Sosial menurut Islam menghendaki supaya rakyat bekerjasama


dengan pemerintah untuk merealisasikan pengayoman masyarakat, misalnya dalam
peraturan nafqah keluarga dan lain-lain. Oleh sebab itu keuntungannya adalah amat
banyaknya, seperti meringankn beban negara dalam neraca keuangannya,
mengekalkan rasa ikatan yang didasarkan kepada kecintaan dan kemesraan, juga
untuk mempererat tali kekeluargaan antara seluruh ummat.

Dasar-dasar faham kehidupan sosial menurut Islam itu ampuh. Oleh sebab itu
dapat cocok dan sesuai untuk diterapkan di dalam masa apa pun, sekalipun suasana
berubah-rubah, keadaan berganti-ganti, masyarakat makin maju atau keintelektualan
makin bertambah.13
13
https://www.kompasiana.com/guswanda/56867a4805b0bdc81326c190/refleksi-awal-tahun-2016-
kehidupan-sosial-menurut-islam-atau-kapitalisme#

6
7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Sosiologi Hukum Islam
Istilah hukum islam adalah sebuah prosa atau gabungan kata dalam Bahasa Indonesia,
prosa ini terdiri dari dua kata yakni hukum dan islam. Prosa hukum hukum islam jika dikaji
lebih dalam sebenarnya muncul dari terjemahan Bahasa arab yakni syariah14. Sementara itu,
Barat mengenai hukum islam dengan terjemahan dari kata Islamic law.

2. Objek Sosiologi Hukum dan Islam


A. Objek sosiologi hukum
Ada 6 objek dalam sosiologi hukum yaitu;
a. Undang-undang
b. Keputusan-keputusan pemerintah
c. Peraturan-peraturan
d. Kontrak
e. Keputusan-keputusan hakim
f. Tulisan-tulisan yurisdis
B. Objek sosiologi hukum islam
Menurut ibn Khaldun, ada 3 objek dalam konteks sosiologi islam yaitu:
a. Solidaritas social (‘Ashobiyah)
b. Masyarakat Badawah (perdesaan)
c. Masyarakat Hadhoroh (perkotaan)
3. Pengertian kehidupan social masyarakat

Konsep sosial adalah konsep keseharian yang digunakan untuk menunjuk sesuatu dan yang
dipahami secara umum dalam masyarakat. Sedangkan konsep sosiologis merupakan konsep
yang digunakan sosiologi untuk menunjuk sesuatu dalam konteks akademik. Sosiologi ialah
suatu ilmu mengenai “das sein” dan bukan “das sollen”. Sosiologi meneliti masyarakat serta
perubahannya menurut keadaan kenyataan.

4. Kehidupan menurut hukum islam

Kehidupan Sosial menurut Islam memberikan taraf kehidupan yang tinggi kepada seluruh
manusia di dalam masyarakat.
14
Muhammad ‘ali alshawkari irsyad al-Fahul (Bairut: Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 1994), hlm .10

8
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, mengenai hukum islam membentuk kehidupan social yang
telah pemateri paparkan kami harap pembaca dapat memahami materi yang di sampaikan.
Kami harap kritik dan saran untuk materi yang disampain agar dapat memperbaiki makalah
ini, sekian terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

“Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan Karakter | Jalil | Nadwa: Jurnal


Pendidikan Islam.” Jurnal UIN Walisongo
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/Nadwa/article/view/586. Accessed 6
November 2022.
Sosiologi Hukum Islam - Repository IAIN MADURA. (2021, November 12). Repository
IAIN Madura. Retrieved November 6, 2022, from
http://repository.iainmadura.ac.id/429/
https://www.kompasiana.com/guswanda/56867a4805b0bdc81326c190/refleksi-awal-tahun-
2016-kehidupan-sosial-menurut-islam-atau-kapitalisme#

10

Anda mungkin juga menyukai