Anda di halaman 1dari 22

PERUBAHAN SOSIAL

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Sosiologi Hukum

Disusun oleh :

Azhar

Dosen pengampu :

Evriza Noverda Nst, M.A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAHSYIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH

SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Perubahan Sosial”. Shalawat
dan salam saya junjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW., yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan sehingga zaman terang benderang.
Selanjutnya kami berterima kasih kepada dosen kita Ustadzah Evriza Noverda Nst,
M.A selaku dosen dengan mata kuliah “Sosiologi Hukum” yang telah membimbing serta
mengarahkan kami dengan sabar dan ikhlas dalam menyusun makalah ini
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, maka dari
itu kritik dan saran dari pembaca, kami harapkan agar dapat menyempurnakan makalah
ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Lau Bekeri. 07 Februari 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Mitologi Hukum............................................................................................3
B. Perubahan Sosial dan Pergeseran Nilai.........................................................4
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sosiologi hukum merupakan disiplin ilmu yang sudah sangat
berkembang dewasa ini. Bahkan kebanyakan penelitian hukum saat ini di
Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode yang berkaitan dengan
sosiologi hukum. Pada prinsipnya, sosiologi hukum (Sosiology of Law)
merupakan derivatif atau cabang dari ilmu sosiologi, bukan cabang dari
ilmu hukum. Memang, ada studi tentang hukum yang berkenaan dengan
masyarakat yang merupakan cabang dari ilmu hukum, tetapi tidak disebut
sebagai sosiologi hukum, melainkan disebut sebagai sociological
jurispudence.
Disamping itu, ada kekhawatiran dari ahli sosiologi terhadap
perkembangan sosiologi hukum mengingat sosiologi bertugas hanya untuk
mendeskrisipkan fakta-fakta. Sedangkan ilmu hukum berbicara tentang
nilai-nilai dimana nilai-nilai ini memang ingin dihindari oleh ilmu sosiologi
sejak semula. Kekhawatiran tersebut adalah berkenaan dengan kemungkinan
dijerumuskannya ilmu sosiologi oleh sosiologi hukum untuk membahas
nilai-nilai.
 Sebagaimana diketahui, bahwa pembahasan tentang nilai-nilai sama
sekali bukan urusan ilmu sosiologi. Meskipun begitu, terdapat juga aliran
dalam sosiologi hukum, seperti aliran Berkeley, yang menyatakan bahwa
mau tidak mau, suka tidak suka, sosiologi hukum meruapakan juga derifatif
dari ilmu hukum sehingga harus juga menelaah masalah-masalah normatif
yang sarat dengan nilai-nilai.
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung
dari berbagai faktor dan keadaan masyarakat.Disamping itu.fungsi hukum
dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang
terdapat dalam masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat, hukum lebih
berfungsi untuk menjamin keamanan dalam masyarakat dan jaminan
pencapaian struktur sosial yang diharapkan oleh masyarakat. Namun dalam

1
masyarakat yang sudah maju, hukum menjadi lebih umum, abstrak dan
lebih berjarak dengan konteksnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mitologi hukum?
2. Bagaimana perubahan sosial dan pergeseran nilai?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menjawab rumusan
masalah diatas yaitu:
1. Untuk mengetahui mitologi hukum.
2. Untuk mengetahui perubahan sosial dan pergeseran nilai.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mitologi Hukum
Sosiologi hukum adalah salah satu cabang dari ilmu sosiologi yang
menggunakan penerapan pendekatan sosiologis terhadap realitas maupun
masalah-masalah hukum. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi hukum
haruslah berbeda dengan pengetahuan non-ilmiah, diantara konsekuensi
yang harus dipenuhi yaitu
1. Sosiologi harus terdiri dari proses rasional, kognitif dan teleologis
yang merupakan aktivitas penelitian.
2. Sosiologi hukum harus mencakup aktivitas metode ilmiah yaitu
menyangkut pola-pola, analitis, penggolongan, perbandingan dan
survey.
3. Sosiologi hukum harus bersifat sistematis. (Umanailo, 2016)
Hukum yang terdapat dalam masyarakat tidak akan bersifat mutlak
dan statis, karena masyarakat bersifat sangat terbatas dan berbeda menurut
waktu, tempat dan kondisi meskipun beberapa pendapat masyarakat dipakai
secara luas. (Shadily, 1993)
Disamping itu pemikiran sosiologi hukum lebih fokus pada sifat
empiris dan faktual dari hukum. Secara tidak langsung sosiologi hukum
tidak diarahkan pada hukum sebagai sistem konseptual, melainkan pada
sistem kemasyarakatan yang didalamnya hukum hadir sebagai pemeran
utama. Objek utama sosiologi hukum adalah masyarakat dan selanjutnya
pada tingkatan kedua adalah kaidah-kaidah hukum. Sosiologi hukum ingin
melihat sistem hukum dari sudut pandang ilmu social. Pada dasarnya,
sosiologi hukum berpendapat bahwa hukum hanyalah salah satu dari sistem
social yang terdapat dalam masyarakat. (Umanailo, 2016)
Menurut Satjipto Rahardjo, terbentuknya sosiologi hukum
dipengaruhi oleh filsafat hukum itu sendiri. Filsafat hukum merupakan
cabang ilmu filsafat yang mengulas tentang apa hakikat hukum, apa
tujuannya, mengapa hukum itu ada dan mengapa masyarakat harus tunduk

3
pada hukum tersebut. Disamping itu, filsafat hukum juga membahas
permasalahan konkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika)
terhadap individu maupun kelompok (lembaga). Jadi, sosiologi hukum
adalah kajian tentang hukum yang hidup di masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiologi hukum adalah
kajian sosiologi yang banyak memusatkan perhatiannya pada hal ihwal
hukum, sebagaimana terwujud dari pengalaman kehidupan masyarakat
sehari-hari. Sosiologi hukum tidak membatasai kajian-kajian pada
kandungan normative peraturan perundangan-undangan berikut sistematika
dan doktrin-doktrin dasarnya. Sosiologi hukum dapat dikatakan sebagai
suatu cabang kajian khusus dalam keluarga besar ilmu-ilmu social yang
disebut sosiologi. Kalaupun sosiologi hukum juga mempelajari hukum
sebagai seperangkat norma, yang dikaji bukan norma-norma itu sendiri
melainkan norma-norma positif dan fungsi yang diperlukan untuk tegaknya
ketertiban dalam kehidupan masyarakat. (Umanailo, 2016)

B. Perubahan Sosial dan Pergeseran Nilai


1. Perubahan Sosial
a. Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan
masyarakat yang berlangsung terus-menerus dan tidak
akan pernah berhenti, karena tidak ada satu
masyarakatpun yang berhenti pada suatu titik tertentu
sepanjang masa. Artinya, meskipun para Sosiolog
memberikan klasifikasi terhadap masyarakat statis dan
dinamis, namun yang dimaksud masyarakat statis adalah
masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan
berjalan lambat, artinya di dalam masyarakat statis tersebut
tetap mengalami perubahan. Adapun masyarakat dinamis
adalah masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang
cepat.

4
Manusia memiliki peran sangat penting terhadap
terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
melakukan perubahan, karena manusia memiliki sifat selalu
tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, ingin
mencari sesuatu yang baru untuk mengubah keadaan agar
menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhannya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan, dibekali akal-budi
untuk memenuhi kebutuhannya. Kelebihan manusia terletak
pada akal-budi tersebut, yakni sebagai potensi dalam diri
manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Akal
merupakan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir
digunakan oleh manusia untuk memecahkan masalah-masalah
hidup yang dihadapinya. Budi merupakan bagian dari kata hati,
berupa paduan akal dan perasaan, yang dapat membedakan
antara baik dan buruk sesuatu.
Dengan berbekal akal-budi tersebut manusia memiliki
tujuh kemampuan yang berfungsi untuk: menciptakan,
mengkreasi, memperlakukan, memperbarui, memperbaiki,
mengembangkan, dan meningkatkan segala hal dalam
interaksinya dengan alam maupun manusia lainnya.
(Herimnato & Winarno, 2009)
Ketujuh kemampuan tersebut merupakan potensi yang
dimiliki manusia untuk kepentingannya dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu mempertahankan dan
meningkatkan derajat kehidupannya, mengembangkan sisi
kemanusiaannya, dengan cara menciptakan kebudayaan
(selanjutnya manusia juga mengkreasi, memperlakukan,
memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan
meningkatkan kebudayaan).
Kebudayaan yang dihasilkan melalui akal budi
manusia sering menjadi pencetus terjadinya perubahan sosial.

5
Artinya perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan
kebudayaan. Bahkan Kingsley Davis berpendapat bahwa
perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Adapun menurut PB Horton dan CL Hunt,
hampir semua perubahan besar mencakup aspek sosial budaya
(Soekanto, 2000). Oleh karena itu dalam menggunakan istilah
perubahan sosial dan perubahan budaya, perbedaan di antara
keduanya tidak terlalu diperhatikan. Di samping itu, kedua
istilah tersebut seringkali ditukar-pakaikan; kadangkala
digunakan istilah perubahan sosial-budaya (sosiocultural
change) agar dapat mencakup kedua jenis perubahan tersebut.
Yang jelas perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan
mempunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya
bersangkut-paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau
suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Teori Perubahan Sosial
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial terdapat
beberapa teori yang dapat menjadi landasan bagi kita dalam
memahami perubahan sosial yang berkembang di masyarakat.
Teori perubahan sosial tersebut di antaranya adalah:
1) Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua
tipe teori evolusi mengenai cara masyarakat berubah,
yakni teori unilinier dan teori multilinier : (Henslin,
2007)
Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa
semua masyarakat mengikuti jalur evolusi yang sama.
Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang sederhana
ke bentuk yang lebih kompleks (sempurna), dan
masing-masing melewati proses perkembangan yang
seragam. Salah satu dari teori ini yang pernah

6
mendoninasi pemikiran Barat adalah teori evolusi dari
Lewis Morgan, yang menyatakan bahwa semua
masyarakat berkembang melalui tiga tahap: kebuasan,
barbarisme, dan peradaban. Dalam pandangan Morgan
Inggris (masyarakatnya sendiri) adalah contoh peradaban.
Semua masyarakat lain ditakdirkan untuk mengikutinya.
Pandangan teori multilinier menggantikan teori
unilinier dengan tidak mengamsusikan bahwa semua
masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya
meskipun jalurnya mengarah ke industrialisasi,
masyarakat tidak perlu melewati urutan tahapan yang
sama seperti masyarakat yang lain.
Inti teori evolusi, baik yang unilinier maupun
multilinier, ialah asumsi mengenai kemajuan budaya,
di mana kebudayaan Barat dianggap sebagai tahap
kebudayaan yang maju dan superior/sempurna. Namun,
ide ini terbantahkan dengan semakin meningkatnya
apresiasi terhadap kayanya keanekaragaman (dan
kompleksitas) dari kebudayaan suku bangsa di dunia. Di
samping itu, masyarakat Barat sekarang berada dalam
krisis (rasisme, perang, terorisme, perkosaan,
kemiskinan, jalanan yang tidak aman, perceraian, sex
bebas, narkoba, AIDS dan sebagainya) dan tidak lagi
dianggap berada di puncak kebudayaan manusia.
2) Teori Siklus (Cyclical Theory)
Menurut PB Horton dan CL Hunt (1992) dalam
bukunya “Sociology”, para penganut teori siklus juga
melihat adanya sejumlah tahapan yang harus dilalui
oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa
proses perubahan masyarakat bukannya berakhir pada
tahap “terakhir” yang sempurna, tetapi berlanjut
menuju tahap kepunahan dan berputar kembali ke

7
tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Beberapa dari
penganut teori siklus tersebut dipaparkan sebagai berikut :
(Horton & Hunt, 1992)
Menurut pandangan seorang ahli filsafat Jerman,
Oswald Spengler (1880-1936) setiap peradaban besar
mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan,
dan keruntuhan. Oswald Spengler terkenal dengan
karyanya “The Decline of the West” / Keruntuhan Dunia
Barat.
Pitirim Sorokin (1889-1968) seorang ahli
Sosiologi Rusia berpandangan bahwa semua peradaban
besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang
berputar tanpa akhir, yang meliputi: (a) kebudayaan
ideasional (ideational cultural) yang didasari oleh
nilai-nilai dan kepercayaan terhadapunsur adikodrati
(super natural); (b) kebudayaan idealistis (idealistic
culture) dimana kepercayaan terhadap unsur adikodrati
dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung
dalam menciptakan masyarakat ideal; dan (c)
kebudayaan sensasi (sensate culture) di mana sensasi
merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Arnold Toynbee (1889-1975), seorang sejarawan
Inggris juga menilai bahwa peradaban besar berada
dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan
kematian. Menurutnya peradaban besar muncul untuk
menjawab tantangan tertentu, tetapi semuanya telah punah
kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini juga tengah
beralih menuju ke tahap kepunahannya.
3) Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Penganut teori ini memandang setiap elemen
masyarakat memberikan fungsi terhadap elemen
masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu

8
bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada
bagian yang lain pula. Perubahan dianggap mengacaukan
keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan itu
berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan
ke dalam kebudayaan (menjadi cara hidup masyarakat).
Oleh sebab itu menurut teori ini unsur
kebudayaan baru yang memiliki fungsi bagi masyarakat
akan diterima, sebaliknya yang disfungsional akan
ditolak.
Menurut sosiolog William Ogburn, meskipun
unsur-unsur masyarakat saling berhubungan, beberapa
unsurnya bisa berubah sangat cepat sementara unsur yang
lain berubah secara lambat, sehingga terjadi apa yang
disebutnya dengan ketertinggalan budaya (cultural lag)
yang mengakibatkan terjadinya kejutan sosial pada
masyarakat, sehingga mengacaukan keseimbangan
dalam masyarakat. Menurutnya, perubahan benda-
benda budaya materi/teknologi berubah lebih cepat dari
pada perubahan dalam budaya non materi/sistem dan
struktur sosial. Dengan kata lain, kita berusaha
mengejar teknologi yang terus berubah, dengan
mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi
kebutuhan teknologi (Henslin, 2007)
4) Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pengikut teori ini, yang konstan (tetap
terjadi) dalam kehidupan masyarakat adalah konflik
sosial, bukannya perubahan. Perubahan hanyalah
merupakan akibat dari adanya konflik dalam
masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas
kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh
karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus,
maka perubahanpun juga demikian adanya. Menurut Karl

9
Marx, konflik kelas sosial merupakan sumber yang
paling penting dan berpengaruh dalam semua
perubahan sosial. Perubahan akan menciptakan
kelompok dan kelas sosial baru. Konflik antar
kelompok dan kelas sosial baru tersebut akan
melahirkan perubahan berikutnya. Menurutnya, konflik
paling tajam akan terjadi antara kelas Proletariat (buruh
yang digaji) dengan kelas Borjuis (kapitalis/pemilik
industri) yang diakhiri oleh kemenangan kelas
proletariat, sehingga terciptalah masyarakat tanpa kelas
(Horton & Hunt, 1992) Namun asumsi Marx terhadap
terciptanya masyarakat tanpa kelas tersebut sampai
saat ini tidak terbukti. Artinya kehidupan masyarakat
tetap diwarnai adanya perbedaan kelas sosial.
c. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
Di dalam kehidupan masyarakat dapat kita jumpai
berbagai bentuk perubahan sosial yang dapat digambarkan
sebagai berikut: (Soekanto, 2000)
1) Perubahan Sosial secara lembut
Perubahan sosial secara lambat dikenal dengan
istilah evolusi, merupakan perubahan-perubahan yang
memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti. Ciri perubahan
secara evolusi ini seakan perubahan itu tidak terjadi di
masyarakat, berlangsung secara lambat dan umumnya
tidak mengakibatka disintegrasi kehidupan.
Perubahan secara lambat terjadi karena
masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan
keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat. Oleh sebab itu
perubahan yang terjadi melalui evolusi terjadi dengan

10
sendirinya secara alami, tanpa rencana atau kehendak
tertentu.
2) Perubahan Sosial secara Cepat
Perubahan sosial yang berjalan cepat disebut
revolusi. Selain terjadi secara cepat, juga menyangkut
hal-hal yang mendasar bagi kehidupan masyarakat serta
lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering
menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan politik.
3) Perubahan Sosial Kecil
Perubahan sosial kecil merupakan perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung/berarti bagi masyarakat
karena tidak berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan dan lembaga kemasyarakatan.
4) Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar merupakan perubahan
yang dapat membawa pengaruh besar dalam berbagai
aspek kehidupan serta menimbulkan perubahan pada
lembaga kemasyarakatan seperti yang terjadi pada
masyarakat yang mengalami proses modernisasi -
industrialisasi.
5) Perubahan Sosial yang Direncanakan (Dikehendaki)
Perubahan Sosial yang dikehendaki atau
direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan
atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak
yang akan mengadakan perubahan di dalam masyarakat.
Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan
Agent of change (agen perubahan), yaitu seseorang
atau sekelompok orang yang telah mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dari satu
atau lebih lembaga - lembaga

11
kemasyarakatan, serta memimpin masyarakat dalam
mengubah sistem sosial.
Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta
pengawasan Agent of change tersebut. Cara-cara
mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur
dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa
sosial (sosial engineering) atau yang biasa disebut
sebagai perencanaan sosial.
6) Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan (Tidak
Dikehendaki)
Perubahan sosial yang tidak direncanakan (tidak
dikehendaki) merupakan perubahan yang berlangsung
tanpa direncanakan/dikehendaki oleh masyarakat dan di
luar jangkauan pengawasan masyarakat.
Konsep perubahan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki tidak mencakup pengertian apakah
perubahan-perubahan tadi diharapkan atau tidak
diharapkan oleh masyarakat. Karena bisa terjadi,
perubahan yang tidak direncanakan/tidak dikehendaki
ternyata diharapkan dan diterima oleh masyarakat, seperti
reformasi yang terjadi di Indonesia.
2. Pergeseran Nilai
a. Pengertian Pergeseran Nilai
Pergeseran nilai dapat didefinisikan sebagai perubahan
nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat karena
adanya pengaruh nilai dari luar. Pergeseran nilai merupakan
salah satu akibat yang dimunculkan dari adanya perubahan
dalam kehidupan masyarakat. Pergeseran nilai yang bersumber
dari dalam masyarakat itu sendiri diperkuat oleh penertasi
budayaan dari luar yang disebabkan oleh kian intensifnya arus
informasi dan interaksi antara kebudayaan dimuka bumi. Dalam

12
taraf perkembangan peradaban yang lebih maju, umat manusia
saling tergantung satu sama lain dalam kelangsungan hidupnya.
(Setiadi & Kolip, 2011)
b. Pergeseran Nilai dalam Kehidupan Sosial
Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat terjadi seiring
pengaruh dari globalisasi dan pengaruh budaya lain.
Perkembangan cyber space, internet, informasi elektronik dan
digital, ditemui dalam kenyataan sering terlepas dari sistem nilai
dan budaya. Pada Era globalisasi telah terjadi perubahan-
perubahan cepat. Dunia menjadi transparan, terasa sempit,
hubungan menjadi mudah dan cepat, jarak waktu seakan tidak
terasa dan seakan pula tanpa batas. Perubahan-perubahan yang
mendunia ini otomatis menggeser nilai-nilai dalam masyarakat
yang mengalami perubahan-perubahan. Pergeseran-pergeseran
nilai budaya adalah perubahan nilai budaya dari nilai yang
kurang baik menjadi baik ataupun sebaliknya. Tergantung cara
kita melihat ruh pergeseran itu. Salah satu aspek  yang bergeser
dalam kehidupan masyarakat dewasa ini sistem nilai budaya
yang menjadi ciri khas dari suatu keluarga tertentu. Keluarga
lebih banyak dimasuki oleh budaya dari luar sehingga nilai
budaya yang telah tertanam sejak dahulu  kala dan merupakan
warisan leluhur hampir-hampir dilupakan oleh generasi ini.
Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor dan mengakibatkan benturan-benturan
di  dalam masyarakat.
1) Faktor Penyebab Pergeseran Nilai dalam Masyarakat
a) Pengaruh globalisasi
b) Pengaruh modernisasi
c) Respon dari masyarakat selaku penerima perubahan
d) Kontak dengan kebudayaan lain
e) Sistem pendidikan formal yang maju

13
f) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan-keinginan untuk maju
g) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang (deviation) yang bukan merupakan
delikuenasi
h) Sistem terbuka lapisan masyarakat terhadap bidang-
bidang kehidupan
i) Penduduk yang heterogen
j) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang
kehidupan (Setiadi & Kolip, 2011)
2) Dampak Positif Pergeseran Nilai dalam Masyarakat
a) Arus Komunikasi Lancar
Perubahan masyarakat dari tradisional ke
modern berdampak pada sarana komunikasi, pada
masyarakat tradisional mungkin masih mengguna
kan burung merpati atau surat sebagai alat
komunikasi, dengan terjadinya pergeseran nilai-nilai
maka sarana komunikasi pun semakin cepat.
Contoh: Ada hanphone, telegram dan sejenisnya
sehingga komunikasi menjadi cepat dan mudah di
laksanakan.
b) Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pergeseran masyarakat tradisional menuju
masyarakat modern yang signifikan yang dulunya
tradisional dapat beraktifitas jauh lebih mudah.
Contoh: Pada masyarakat yang dulu menggunakan
tulisan tangan dalam mengirim surat sekarang sudah
bisa lewat komputer atau laptop. (Setiadi & Kolip,
2011)
c) Tingkat Hidup yang Lebih Baik
Pergesaran nilai erat hubungannya dengan
pengaruh globalisasi, Globasi menyebabkan

14
pergeseran nilai budaya. Berhubungan pula dengan
industri-industri maju, dengan dibukanya industri
yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu
untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
d) Perubahan Sistem Pengetahuan
Masyarakat bila sudah modern akan memiliki
kesadaran betapa penting nya pendidikan. Dengan
bekal pengetahuan masyarakat sudah siap untuk
menghadapi pergeseran nilai yang mungkin terjadi
diera global. Dengan pengetahuan pula kita dapat
memproduksi barang dan jasa dengan mudah.
e) Perubahan Pandangan Hidup
Perubahan pandangan hidup masyarakat
Indonesia terlihat pada perubahan sikapnya, perilaku
dan karyanya berkat pembangunan berkembanglah
pandangan tentang pentinganya keseimbangan
kehidupan yang material dan spiritual.
3) Dampak Negative Pergeseran Nilai dalam Masyarakat
a) Timbulnya Sikap Individualitas
Masyarakat merasa sangat dimudahkan dengan
teknologi maju membuat mereka tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya.
Mereka cenderung untuk hidup sendiri-sendiri tanpa
memperhatikan orang lain, rasa gotong royong,
ramah tamah, dan sopan santun mulai memudar,
akibat dari pergeseran nilai-nilai budaya yang
memudar.
b) Kesenjangan Sosial
Pergeseran nilai masyarakat tidak lepas dari
pengaruh modernisasi dan pengaruh globalisasi, hal

15
ini menjadikan kesenjangan sosial dalam
masyarakat. Kesenjangan sosial akan menyebabkan
jarak antara si kaya dan si miskin dan hal ini bisa
merusak nilai-nilai kebinekaan dan ketunggalikaan
bangsa Indonesia. Hal ini juga akan memicu
prasangka sosial, persaingan dalam kehidupan
cenderung akan membuat orang tersebut frustasi,
maka akan timbullah tindak criminal seperti
perampokan hanya untuk alas an pemenuhan
kebutuhan.
c) Masuknya Nilai-Nilai dari Budaya Lain
Masyarakat modern umumnya telah
mengetahui teknologi, seperti internet, hanphone,
media televisi dan teknologi lain nya yang ditiru
habis-habisaan oleh masyarakat. Sehingga itu
apresiasi terhadap nilai budaya lokalpun pudar serta
nilai keagamaan akan mengalami kemunduran.
d) Masuknya Nilai-Nilai Politik Barat
Pergeseran nilai secara  langsung dan tidak
langsung menyebabkan terjadinya penyebaran
politik barat, seperti bentuk-bentuk unjuk rasa,
demonstrasi yang semakin berani dan terkadang
mengabaikan kepentingan umum. Masyarakat
cenderung menghadapi dengan anarkisme.
e) Kenakalan Remaja
Imbas dari pergeseran nilai-nilai masyarakat
modern adalah kenakalan remaja. Pengaruh internet
yang ditiru habis-habisan menimbulkan kenakalan
remaja. Maka telah terjadi pergeseran nilai
masyarakat tradisional ke modern.
f) Adanya Penyakit Masyarakat

16
Penyakit masyarakat atau patologi social bisa
muncul dikarenakan pergeseran nilai masyarakat,
seperti yang telah dijelaskan bahwa pergeseran nilai
berdampak pada kesenjangan sosial
c. Krisis Nilai-Nilai dalam Kehidupan Masyarakat
Krisis nilai ini sangat mengganggu harmonisasi kehidupan
manusia, karena sendi-sendi normative dan tradisional
mengalami pergeseran yang belum menemukan pemukiman
yang pasti. Kondisi kebudayaan sosial demikian menjadi goyah
dan resah, yang ada pada gilirannya hidup kejiwaan manusia
dalam masyarakat mengalami keguncangan-keguncangan.
Krisis nilai demikian mempunyai ruang lingkup yang
menyentuh masalah kehidupan masyarakat yaitu menyangkut
sikap menilai suatu perbuatan baik dan buruk, bermoral atau
amoral, sosial atau asosial, pantas atau tidak pantas, dan bobot
benar atau tidak benar serta perilaku lainnya yang diukur atas
dasar etika pribadi dan sosial. Sikap-sikap penilaian tersebut
mengalami perubahan kearah sebaliknya.
Pengaruh otoritas para ilmuan dibidang sosial cultural
yang memberikan buah pikirannya kepada masyarakat saat ini
besar pengaruhnya terhadap timbulnya krisis nilai tersebut yang
antara lain tentang perlunya masyarakat memiliki sikap terbuka
terhadap nilai-nilai atau ide-ide dari luar baik dari iptek maupun
cultural asing, karena keterbukaan merupakan ciri dan sikap
modern masyarakat atau berpikir rasional dan logis, yang tanpa
itu masyarakat akan tetap statis. Dan sikap-sikap responsive dan
dinamis dalam perubahan sosial juga dicirikan sebagai sikap
modern. Padahal himbauan demikian bagi masyarakat kita
belum tepat guna dalam pranata sosial dan cultural. Perubahan
radikal dalam masyarakat tentang masalah nilai, akan
berdampak pada keresahan, kebringasan, dan keguncangan yang
menggoyahkan stabilitas sosiokultural masyarakat. Disinilah

17
kaum ilmuwan teknokrat perencanaan pembangunan perlu
memiliki ketajaman wawasan berpikir komprehensif, dimana
pola kehidupan masyarakat yang berdasarkan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan yang semakin self-propelling
menjadi sentral kearifan.
Berbagai resep dan konsepsi untuk menyembuhkan krisis
nilai dalam kehidupan masyarakat yang menggoyahkan sendi-
sendi kehidupan manusia tetap terus berkembang sejajar dengan
perkembangan kemajuan pembangunan, terutama bidang iptek
yang serba canggih dan cepat. Kesemua gejala itu berpulang
kembali kepada sikap dan kepribadian seseorang yang berperan
sebagai objek pengaruh kemajuan dan yang menjadi subjek
pencipta kemajuan itu sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosiologi hukum adalah kajian sosiologi yang banyak memusatkan
perhatiannya pada hal ihwal hukum, sebagaimana terwujud dari pengalaman
kehidupan masyarakat sehari-hari. Sosiologi hukum tidak membatasai
kajian-kajian pada kandungan normative peraturan perundangan-undangan
berikut sistematika dan doktrin-doktrin dasarnya.
Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat
yang berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena
tidak ada satupun masyarakat yang berhenti pada suatu titik tertentu
sepanjang masa; perubahan tersebut merupakan sesuatu yang konstan
(tetap terjadi) sepanjang sejarah hidup manusia.
Manusia selalu memiliki orientasi ke masa depan yang lebih baik.
Berikhtiar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di hari esok

18
merupakan bagian dari nilai kehidupan manusia itu sendiri. Inilah yang
akhirnya mendorong timbulnya berbagai upaya yang harus di lalui manusia
sehingga akibatnya adalah perubahan kehidupan itu sendiri yang disebut
sebagai perubahan sosial budaya dan berdampak terhadap pergeseran nilai.
Salah satu penyebab pergeseran nilai yaitu modernisasi dan globalisasi.
Globalisasi dan modernisasi pada dasarnya tidak bisa di hindari, yang bisa
kita lakukan adalah menyesuaikannya dengan kehidupan yang bermoral dan
beragama. Agar  benturan-benturan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat seperti timbulnya sikap individualitas, kesenjangan sosial,
masuknya budaya-budaya lain, masuknya nilai-nilai politik barat, kenakalan
remaja dan adanya penyakit masyarakat diharapkan tidak menjadi dampak
berkepanjangan disebabkan efek dari proses perkembangan perubahan
sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Henslin, J. (2007). Essential of Sociology: A Down-to-Earth Approach (Sosiologi


dengan Pendekatan Membumi). Terj. Kamanto Sunarto. Jakarta: Erlangga.
Herimnato & Winarno. (2009). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Horton, P., & Hunt, C. (1992). Sociology (Sosiologi). Terj. Aminudin Ram.
Jakarta: Erlangga.
Setiadi, E., & Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.
Shadily, H. (1993). Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekanto, S. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Umanailo, C. B. (2016). Sosiologi Hukum. Kediri: Fam Publishing.

19

Anda mungkin juga menyukai