Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH UMUM

(TK, SD, SMP, SMA DAN SMK)


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dalam Mata Kuliah

Analisis Kebijakan Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Annisa Amalia

Dewi Alwiyah

Putri Rahmadhani

Dosen Pengampu:

Putri Nurhayati Lubis, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARULARAFAH

DELI SERDANG - SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt atas nikmat karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat dan salam tidak lupa pula kita
panjatkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad saw,yang mana beliau
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang menderang.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya
kepada dosen kami Ustadzah Putri Nurhayati Lubis, M.Pd dosen mata kuliah
Analisis Kebijakan Pendidikan Agama Islam.
Dan kami juga meminta maaf kepada dosen,dan teman teman sekalian apabila
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran masukan dari teman-teman sekalian.

Lau Bekeri, 15 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................................................3
B. Kebijakan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum..............................4
C. Implementasi Kebijakan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum........7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran yang didalamnya
mengandung nilai nilai keislaman yang tujuannya selain memberikan
pengetahuan secara teori juga mengajarkan praktik dalam kehidupan sehari-
hari. Pelaksanaan pendidikan agama Islam sendiri telah berjalan sejak zaman
dahulu. Bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Akan tetapi ketika zaman
penjajahan Belanda pengajaran tentang ilmu agama dilakukan di luar
lembaga pendidikan ini artinya ilmu agama masih belum masuk dalam dunia
pendidikan, namun setelah zaman penjajahan Jepang pendidikan agama mulai
diperbolehkan masuk ke dalam lembaga pendidikan hingga sampai sekarang.
Bahkan pendidikan agama merupakan salah satu dari 3 mata pelajaran wajib
yang harus dimasukkan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang tercantum
dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 37 tentang sistem pendidikan Nasional
yang mewajibkan setiap kurikulum setiap satuan dan jenjang pendidikan
memuat pendidikan agama, pendidikan Kewarganegaaraan, Bahasa.
Akan tetapi dalam pelaksanaan sekarang pendidikan agama Islam di
sekolah hanya berfokus pada pemberian materi yang mana itu bersifat
hafalan. Padahal tujuan dari setelah mempelajari pendidikan agama Islam
adalah siswa selain paham baik secara teori juga siswa dapat paham dalam
segi praktek dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita
melihat pendidikan agama Islam di sekolah semua pokok bahasan dijadikan
menjadi sebuah mata pelajaran yang diberi nama pendidikan agama Islam dan
budi pekerti. Lalu mengapa seakan ini terjadi dikotomi dalam dunia
pendidikan yang seakan akan bahwa untuk pendalaman materi pendidikan
agama Islam hanya terjadi pada sekolah yang berbasis agama saja seperti
madrasah sedangkan di sekolah umum seakan materi PAI ini tidak begitu
diperdalam. Bagaimana sebenarnya penyelenggaraan pendidikan agama Islam
baik di sekolah dan madrasah. Untuk iu, makalah ini akan membahas tentang
bagaimana kebijakan pendidikan Islam disekolah umum.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kebijakan pendidikan agama Islam di sekolah umum?
2. Bagaimana implementasi pendidikan agama Islam di sekolah umum?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menjawab rumusan masalah
diatas yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui kebijakan Pendidikan agama Islam
disekolah umum.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui implementasi kebijakan Pendidikan
agama Islam di sekolah umum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam


Dalam Kamus Bahasa arab makna dari Pendidikan sering digunakan
dalam beberapa istilah yaitu antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib,
al-ta’lim yang artinya pengajaran yang mempunyai sifat memberi dan
menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan. Al-tarbiyah yang mempunyai
makna mengasuh, mendidik, dan al-ta’dib yang lebih cenderung pada cara
mendidik yang bermuara pada penyempurnaan akhlak/ moral siswa dan
siswi. Tetapi , Kata dari Pendidikan ini lebih sering di artikan dengan “
tarbiyah” yang artinya Pendidikan.
Pendidikan agama Islam melingkupi pelajaran Al-Quran dan Al- hadist, ,
akhlaq , fiqih dan sejarah, dan ruang lingkup Pendidikan agama Islam yaitu
meliputi perwujudan kesamaan, keselarasan dan keseimbangan hubungan
diantara manusia dengan Pencipta-Nya, dirinya sendiri sesama makhluk ,
maupun lingkunganya ( hablun minallah wa hablun minannas).
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dengan mengajarkan
nilai-nilai Islam dan harapannya peserta didik selain paham terhadap materi
juga dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai. Dalam kamus Bahasa
Arab diartikan dengan ghayat ataupun maqasid. Dalam Bahasa Inggris
istilah tujuan diartikan dengan “goal” atau purpose atau objective”
kegiatan akan selesai bila tujuanya sudah tercapai.
Dalam membuat tujuan tentunya tidak boleh keluar dari ajaran islam
yang mana diungkapkan oleh Zakiyah Darajat dalam karyanya “
Metodologi Pengajaran Agama Islam menyebutkan 3 prinsip dalam
merumuskan tujuan yaitu:
a. Memelihara kebutuhan pokok hidup yang vital, seperti agama, jiwa
dan raga, keturunan, harta, akal dan kehormatan.

3
b. Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup sehingga yang
diperlukan mudah didapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan.
c. Mewujudkan keindahan dan kesempurnaan dalam suatu kebutuhan.

B. Kebijakan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum


Sekolah telah didirikan oleh Belanda sejak abad XVII. Sekolah-
sekolah Belanda ini telah menyebar ke seluruh Indonesia. Di sekolah-sekolah
Belanda tidak diajarkan mata pelajaran agama sesuai dengan kebijakan
pemerintah Belanda yang netral agama. Pelajaran agama hanya boleh
diberikan di luar jam sekolah. Menurut Steenbrink asal-usul sistem
pendidikan yang dualistis di Indonesia bermula pada masa kedudukan
kolonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang maka terjadi perubahan
kebijakan, Jepang membolehkan pendidikan agama di sekolah umum,
meskipun guru agama tidak digaji pemerintah. (Assegaf, 2005)
Ruang lingkup pendidikan agama yang dikelola oleh Kementerian
Agama tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah agama, pesantren dan
madrasah saja tetapi juga sekolah umum. Upaya-upaya untuk melaksanakan
pendidikan agama agama di sekolah umum telah dimulai sejak adanya rapat
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat. (Daulay, 2009) Kemudian cara
menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah negeri telah diatur melalui
SKB 2 Menteri sebagai penjelasan atas UUPN nomor 4 tahun 1950,
diantaranya jumlah jam pelajaran ditetapkan dalam UU tentang jenis
sekolahnya dan bahwa pendidikan agama tidak mempengaruhi kenaikan kelas
anak. Disamping itu keputusan ini membuat ketentuan tentang lamanya
pendidikan agama dalam seminggu 2 jam pelajaran. (Assegaf, 2005)
Dalam peraturan Menteri Agama nomor 16 Tahun 2010 bab 1 pasal 1
yang dimaksud bahwa Pendidikan Agama adalah pendidikan yang diajarkan
melalui mata pelajaran pada semua jalur yang memberikan pemahaman dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya. Sekolah adalah sebuah pendidikan formal
pada pendidikan dasar dan menengah yang mencakup TK, SD, SMP, SMA
dan SMK. Adapun kurikulum pendidikan agama adalah seperangkat program

4
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan agama yang merujuk pada standar isi dan standar
kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran agama dan Akhlak. (Muslih &
Ulum, 2019)
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga mata pelajaran yang
wajib diberikan pada setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan (pendidikan
pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan). Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 39 Ayat 2, menjelaskan bahwa
pendidikan agama sebagai usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh
peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntunan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional, dan merupakan
salah satu hak peserta didik dalam mendapat pendidikan agama, sesuai pasal
12 bab V Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, yaitu setiap peserta didik
berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya
dan diajarkan sesuai oleh pendidik yang beragama. (Daulay, 2009) Gambaran
perdebatan yang serius, dapat ditelaah misalnya penjelasan pasal 20 (UU No.
4/1950 atau UU No. 12/1945), banyak rumusan yang membinggungkan,
yaitu: apakah suatu jenis sekolah memberi pelajaran agama bergantung
kepada usia dan kecerdasan murid-muridnya, murid yang sudah dewasa
boleh menetapkan ikut dan tidaknya pelajaran agama, sifat pengajaran
agama dan jam pelajaran ditetapkan dalam undang-undang tentang jenis
sekolah, pelajaran agama tidak mempengaruhi kenaikan kelas. Dalam
undang-undang tersebut pendidikan agama Islam di sekolah swasta tidak
diatur dan diserahkan sepenuhnya kepada penyelenggara lembaga
pendidikan, bagi sekolah swasta yang dikelola non muslim besar
kemungkinan ditiadakan karena itu tampak bila dalam undang-undang
tersebut posisi PAI di sekolah sangat lemah bahkan sukarela karena selain
tidak mempengaruhi kenaikan kelas juga masih diberinya kebebasan ikut atau
tidak pelajaran PAI.

5
Terkait evaluasi PAI berada dibawah naungan Kemendikbud
sebagaimana keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor 1238
tahun 2018 pada BAB II Ayat 1 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan
USBN PAI diselenggarakan oleh sekolah dan dikoordinasikan dengan
provinsi, kabupaten sesuai wewenangnya. Adapun penyelenggara USBN
PAI merupakan tugas dan tanggung jawab Kementerian Agama dengan
Direktur PAI yang berkoordinasi dengan kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dan memonitoring pelaksanaan USBN PAI di sekolah. (Muslih
& Ulum, 2019)
Dalam operasionalnya pendidikan agama di sekolah umum diatur oleh
Menteri Agama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, di sekolah-
sekolah negeri sejak pendidikan dasar sampai pendidikan menengah
pendidikan agama dilaksanakan dua jam pelajaran setiap minggunya. Dalam
Undang-Undang tentang Sisdiknas ditetapkan pada Bab VIII Pasal 47 Ayat
2, bahwa ciri satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat tetap
diindahkan. Perguruan yang memiliki ciri kekhususan dapat menambah
bobot pelajaran sesuai dengan ciri kekhususannya. Sekolah-sekolah umum
yang bernapaskan agama dapat menambah bobot mata pelajaran agama
melebihi dari yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(Muslih & Ulum, 2019)
Adapun kebijakan terkait sekolah-sekolah yang berada di bawah
naungan organisasi kemasyarakat ataupun yayasan. Kemenag tidak
mengurusi masalah materi ataupun guru sekolah tersebut. Karena mereka
bukan didirikan pemerintah dan kebanyakan sifatnya independen,
sehingga mempunyai otonomi sendiri terkait PAI pada lembaga pendidikan
tersebut. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab 16 Pasal 57 Ayat 1, meyatakan bahwa
evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas dari pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Adapun PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan mengamanatkan bahwa
pendidikan agama merupakan tanggung jawab kementerian agama,

6
sebagaimana dinyatakan Pasal 3 Ayat 1-2, intinya setiap lembaga
pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama dan penggelolaan
pendidikan agama dilaksanakan oleh menteri agama.
Kebijakan terkait materi PAI di sekolah umum berasal dari Kemenag,
sekolah hanya mengembangkan materi tersebut bukan menambah materinya.
Selain terkait pada aspek materi, Kementarian Agama juga memberikan
kebijakan tentang pembinaan guru PAI, Kemenag melakukan pembinaan
bersama, baik guru yang di sekolah umum maupun sekolah swasta walaupun
di sisi lain Diknas juga mengangkat guru PAI. Semua guru PAI mendapatkan
pembinaan yang sama dari Kemenag, walaupun juga di sekolah swasta
pengangkatan guru PAI dari yayasan ataupun sekolah tersebut sendiri. Tugas
Kemenang melakukan pembinanan (kontroling) terhadap semua guru-guru
PAI tersebut. Mengenai guru PAI di sekolah non Islam, tergantung pihak
sekolah yang bersangkutan mengajukan ke Kemenag ataupun Diknas. Jika
tidak dilaksanakan maka akan diberikan sangsi teguran jika berulang kali
akan diberikan tindakan sesuai pasal 28 dalam peraturan Menteri Agama RI
No. 16 Tahun 2010. (Muslih & Ulum, 2019)

C. Implementasi Kebijakan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum


Madrasah Tsanawiyah ( MTs) merupakan salah satu jenjang sekolah
yang ada di Indonesia yang setara SMP tetapi pengelolaannya di laksanakan
oleh Kementerian Agama. MTs memiliki pembelajaran yang berbasis atau
berfokus pada dasar dasar pendidikan agama.
Implementasi berasal dari kata “to implement” yang memiliki arti
mengimplementasikan. Implementasi bearti kegiatan yang di laksanakan
melalui perencanaan serta mengacu pada aturan tertentu guna mencapai
tujuan kegiatan. Sedangkan dalam menuru kamus besar bahasa idonesia
Implementasi berarti penerapan pelaksanaan Jadi, implementasi merupakan
tindakan untuk menjalankan rencana yang telah dibuat. Maka dari itu
implementasi hanya dapat dilaksanakan jika terdapat sebuah rencana. Hasil
implementasi akan maksimal jika penerapan dilakukan sesuai rencana
sebelumnya. Akhirnya implementasi bermuara pada sistem atau mekanisme.

7
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana dalam
mengasuh peserta didik agar mampu mengenal, mamahami, menghayati ,
serta mengimani agama islam serta di dmapingi dengan tuntutan untuk
menghrmati agam lain untuk mewujudkan kurukunan antar umat beraagama ,
dan terujud kesatuan dan peratuan bangsa. (Majid, 2005)
Di sekolah Umum atau sekolah di bawah naungan Kementerian
Pendidikan. Pendidikan agama Islam merupakan salah satu pelajaran wajib
yang ada di kurikulum. PAI di sekolah umum tidak terbagi menjadi sub
mapel tapi menjadi 1 mapel . Adapun implementasi dalam sekolah umum :
1. Guru sebagai penyampai materi
2. Murid sebagai penerima
3. Evaluasi pendidikan di lakukan dengan cara uji tengah semester dan
ujian ahir semester.
4. Pembelajaran PAI tidak di pelajari atau di kupas secara mendalam, hanya
sekedar pengetahuan umum hal umum yang wajib di ketahui
5. Lebih mengkedepankan hasil pembelajaran
6. PAI hanya sebaga matei ajar.
Selain itu Impelementasi PAI tak hanya berupa pembelajaran tapi juga
terdapat dalam kegiatan seperti :
1. Adanya organisasi Islam seperti Rohis, dimana terdapat kegiatan-
kegiatan Islami idalamnya seperti adanya rebana, zippin, MTQ, Kaligrafi
dan terkadang jika ada peringatan Islam Rohis ini yang
meyelenggarakan.
2. Adanya pembacaan asmaul Husna
3. Adanya Shalat Dhuhur berjamaah
Dapat di simpulkan bahwa Implementasi Pendidikan Agama Islam di
sekolah umum berdasarkan kurikulum dan RPP, berfokus pada hasil
pembelajaran. Untuk sekolah umum terjadinya pendalaman atau mendidik
ahlak tergantung pada guru itu sendiri.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebijakan pendidikan agama Islam baik di sekolah umum yaitu tetap
berada dalam pengawasan kementerian agama dan kemudian didukung
oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. Hal ini juga berlaku dalam
sekolah umum, meskipun sekolah berada dalam naungan kementerian
pendidikan dan kebudayaan akan tetapi terkait pendidikan agama Islam
tetap berada dalam naungan kementerian agama. Baik itu terkait materi,
kurikulum, evaluasi bahkan sampai pembinaan terhadap guru PAI. Ini
artinya adalah kementerian agama dan kementerian pendidikan dan
kebudayaan saling bekerjasama dalam penyelenggaraan pendidikan agama
Islam.
Implementasi kebijakan pendidikan agama Islam di sekolah umum
yaitu di sekolah materi PAI dijadikan menjadi satu mata pelajaran yang
dinamakan pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti. Implementasi
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum berdasarkan kurikulum dan
RPP , berfokus pada hasil pembelajaran. Untuk sekolah umum terjadinya
pendalaman atau mendidik ahlak tergantung pada guru itu sendiri

B. Saran
Adapun saran yang dapat di kemukaan yaitu bagi para pembaca dapat
menelaah lebih jauh lagi terkait penyelenggaraan pendidikan agama Islam di
sekolah dan madrasah agar dapat diketahui pengetahuan mendalam tentang
materi tersebut dan menerapkan dalam penyelenggaran PAI dalam lembaga
pendidikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Majid, A. (2005). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung:


Remaja Karya.

Muslih, & Ulum, M. (2019). Pendidikan Islam Antara Dua Atap: Studi Pada
Kebijakan Pendidikan Islam di Sekolah dan Madrasah . Jurnal
Manajemen Pendidikan Volume 1 Nomor 2 , 51.

10

Anda mungkin juga menyukai