Anda di halaman 1dari 17

TAWASUF DI INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Dalam Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu:
Surya Hoirul Ahsan, M.Psi

Disusun Oleh:
Amanda Lia Putri 022011627
Delima Lestari 022011631
Melati 022011644
Revina Oktavia 022011649
Nadya Az-Zahra 022011659

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARULARAFAH
DELI SERDANG - SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang
telah begitu banyak memberikan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyusun
makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu tercurah kepada Nabi
Muhamad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang penuh cahaya, dan juga kepada sahabat-sahabatnya sebagai penyampai
risalah serta sebagai penyempurna akhlak.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
Akhlak Tasawuf sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata dari  kami semoga makalah Akhlaq Tasawuf tentang Tasawuf Di
Indonesia ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi pada pembaca.
Terimakasih.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Deli Serdang, 13 Februari 2022


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan pembahasan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sejarah Perkembangan Tassawuf di Indonesia.............................................3
B. Reformasi Sufisme di Indonesia..................................................................5
C. Aliran Tasawuf di Indonesia.........................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya memeluk
agama Islam. Tersebarnya agama Islam di penjuru Nusantara tidak dipungkiri
berkat jasa-jasa para ulama terdahulu yang menyebarkan agama Islam hingga
ke pelosok negeri ini. Tassawuf merupakan salah satu cara atau pendekatan
yang dilakukan para ulama terdahulu dalam menyebarkan agama Islam di
Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sedikit banyaknya Islam
tersebar di Nusantara berkat jasa para sufi-sufi terdahulu.
Tassawuf yang berkembang di Indonesia pada saat ini tidak lain adalah
berkat jasa-jasa para sufi terdahulu yang memperkenalkan ajaran tassawuf
sedikit demi sedikit terhadap umat Islam di Indonesia. Selain itu
perkembangan tassawuf di Indonesia juga bisa disetarakan dengan
berkembangnya Islam di Indonesia. Mengapa? Karena yang menyebarkan
agama Islam di Indonesia tidak lain adalah seorang sufi sendiri sehingga
secara tidak langsung perkembangan agama Islam di suatu daerah di
Indonesia juga bersamaan dengan berkembangnya ajaran Tassawuf di suatu
daerah tersebut.
Tassawuf yang sekarang kita kenali khususnya di Indonesia merupakan
sebuah ajaran yang melekat dikalangan masyarakat kita, akan tetapi
kebanyakan diantara para pengikut ajaran tassawuf hanya mengerti
pengamalannya saja dan belum tentu mengetahui bagaimana ajaran ini bisa
sampai ke negeri ini dan sampai kepada kita yang sekarang kita kenali dan
pelajari, maka dari itu agar mempertajam dan meluaskan wawasan kita
terhadap Tassawuf, dalam makalah ini penulis akan memaparkan bagaimana
sejarah perkembangan tassawuf di Indonesia juga akan memperkenalkan
siapa saja tokoh-tokoh sufi yang dinilai mempunyai andil yang besar terhadap
perkembangan masuknya tassawuf ke Indonesia. Selain itu, di Indonesia
sendiri ajaran tassawuf lekat kaitannya dengan thariqah atau kelompok dzikir,
maka dari itu penulis juga akan memperkenalkan thariqah-thariqah yang
berkembang di Indonesia.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan Tassawuf di Indonesia?
2. Bagaiman Reformasi Sufisme di Indonesia ?
3. Bagaimana Aliran tasawuf di Indonesia?

C. Tujuan pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menjawab rumusan masalah diatas
yaitu:
1. Mengetahui perkembangan tassawuf di Indonesia.
2. Mengetahui Reformasi Sufisme di Indonesia.
3. Mengetahui Aliran tasawuf di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Tassawuf di Indonesia


Membahas perkembangan tasawuf di Indonesia, tidak lepas dari
pengkajian proses Islamisasi di kawasan ini. Sebab, sebagian besar
penyebaran Islam di Nusantara merupakan jasa para sufi (Nasution, 2015, h.
60). Diperjelas oleh Dr. Alwi Shihab dalam Amin (Amin, 2012, h. 234),
menurutnya Islam yang pertama datang di Indonesia adalah Islam sufistik. Ia
juga menambahkan bahwa mayoritas peneliti mengakui bahwa agama Islam
berkembang secara pesat di negara-negara Asia Tenggara adalah berkat
kontribusi toloh-tokoh tassawuf. Hal ini disebabkan sikap kaum sufi yang
lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Di samping itu, terdapat
kesepakatan di kalangan peneliti bahwa tassawuf memiliki peran penting
dalam proses tersebarnya Islam.
Pernyataan Dr Alwi Shihab diatas dibuktikan oleh Hawash Abdullah
sebagaimana yang dikutip oleh Anwar (Anwar, 2014, h. 241), Hawash
mengatakan bahwa kaum sufi memeliki peran yang besar terhadap
penyebaran Islam pertama kalinya di Nusantara. Ia menyebutkan pula salah
satu tokoh sufi yaitu Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan Islam untuk
pertama kalinya di Aceh sekitar abad ke-12 M. Ia adalah seorang pendatang
ke Nusantara bersama banyak Muballigh lainnya yang diantaranya bernama
Syekh Ismail Zaffi.
Banyak sekali pendapat-pendapat yang menyetujui bahwa sufilah yang
mempunyai peranan penting dalam tersebarnya agama Islam. A.H Johns,
sebagaimana dikutip Azyumardi Azra, berpendapat bahwa para sufi
pengembara yang terutama melakukan penyiaran Islam di Nusantara. Para
sufi ini berhasil mengIslamkan jumlah besar penduduk Nusantara setidaknya
sejak abad ke-13 (Anwar, 2014, h. 242). Abbas Mahmud Al-Aqqad dalam
juga menambahkan bahwasanya kepulauan Indonesia bisa disebut sebagai
tempat yang paling layak untuk membuktikan bahwa Islam diterima dan

3
berkembang di tengah-tengah penduduk yang sudah menganut agama lain
(Amin, 2012, h. 325). Pendapat Abbas ini sangat senada dengan penegasan
Hawash Abdullah, beliau berkesimpulan bahwa pada tahun-tahun pertama
masuknya Islam ke Nusantara, para sufilah dan bukan yang lainnya yang
paling banyak jasanya. Hampir semua daerah yang pertama memeluk Islam
bersedia menukar kepercayaan asalnya dari Animisme, Dinamisme,
Budhaisme, dan Hinduisme karena tertarik kepada ajaran tasawuf. Adapun
faktor utama keberhasilan konversi adalah kemampuan para sufi menyajikan
Islam dalam kemasan atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian
dengan Islam atau kontinuitas, ketimbang perubahan dalam kepercayaan dan
praktik agama lokal. (Anwar, 2014, h. 241-242)
Amin memaparkan lebih rinci bahwa pada proses Islamisasi tahap awal,
Islam tidak langsung diterima oleh masyarakat lapisan bawah. Di daerah Jawa
misalanya, Islam semula dipraktikan hanya oleh sekelompok kecil yang aktif
dan dinamis dalam membawa risalah agama. Mereka juga bertugas
melaksanakan kegiatan keIslaman atas nama seluruh masyarakat desa. Pada
waktu itu sebagian besar penduduknya masih menganut kepercayaan leluhur
atau kalaupun sudah memeluk Islam hanya sebagai formalitas. Islam pada
awal masuk ke Indonesia nuansa tasawufnya amat dominan. sementara itu
animisme, dinamisme, Hindu dan Buddha juga lebih dulu sangat dominan.
karena nuansa mistik melekat kuat kepada kepercayaan dan agama tersebut,
maka Islam dengan warna tasawuf lebih mudah diterima. (Amin, 2012, h.
326)
Martin van Bruinessen, seorang peneliti dari Belanda, membenarkan
anggapan umum yang menyatakan bahwa tassawuf dan berbagai tarekat telah
memainkan peranan penting dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
Menurutnya, pada abad-abad Islamisasi Asia Tenggara termasuk didalamnya
Indonesia, berbarengan dengan merebaknya tasawuf dan tarekat di dunia
Islam. Berikut uraian yang disampaikan Martin dalam Amin (Amin, 2012, h.
327-328):
1. Abu Hamid Al-Ghazali (w. 1111 M) menguraikan konsep moderat
tasawuf Akhlaqi yang dapat diterima di kalangan fuqaha.

4
2. Ibnu Arabi (w. 1240 M) menghasilkan karya yang sangat memengaruhi
ajaran hampir semua sufi generasi setelahnya.
3. Abdul Qadir Al-Jailani (w. 1166 M) menjadikan ajarannya sebagai dasar
tarekat Qadiriyyah.
4. Abu An-Najib As-Suhrawardi (w. 1167 M) mendirikan tarekat
Suhrawardiyyah.
5. Najmuddin Al-Kubra (w. 1221 M) merupakan tokoh sufi Asia Tengah
yang produktif dan mendirikan tarekat Kubrawiyyah
6. Abul Hasan Asy-Syadzili (w. 1389 M) merupakan sufi Afrika Utara dan
mendirikan tarekat Syadziliyyah.
7. Abdullah Asy-Syattari (w. 1428 M) mendirikan tarekat Syattariyyah.
Amin juga menambahkan bahwa ajaran Islam yang diajarkan kepada
penduduk setempat diwarnai dengan amalan sufi. Para sejarawan
mengemukakan bahwa inilah yang membuat mereka tertarik. Dengan kata
lain, perkembangan tasawuf merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
proses Islamisasi di Indonesia dapat berlangsung dengan mudah dan cepat.
Bahkan Islam di Indonesia sampai sekarang masih diliputi dengan perilaku
sufistik dan kegemaran terhadap hal-hal yang keramat. Masih dipaparkan
oleh Amin beliau menuliskan tentang tassawuf yang berkembang pada masa
awal di Indonesia, didominasi oleh tassawuf aliran sunni. Kalaupun ada
penganut tassawuf aliran falsafi, pengaruhnya tidak begitu luas dan bahkan
mendapat perlawanan dari pengikut sunni. Oleh karena itu, tanpa ragu
HAMKA menulis bahwa tassawuf di Indonesia sejalan dengan mazhab Ahl
As-Sunnah wa Al-Jama'ah. (Amin, 2012, h. 328)
Keberadaan tassawuf di Indonesia itu sendiri tidak lepas dari
peranan berbagai tokoh-tokoh sufi yang membawa ajaran Islam ke
Indonesia. Maka jika kita telaah terhadap berbagai pendapat yang telah
penulis paparkan diatas, maka perkembangan sejarah tassawuf di
Indonesia ini perkembangannya beriringan atau bersamaan dengan
Islamisasi di Indonesia itu sendiri.

5
B. Reformasi Sufisme di Indonesia
Pada permulaan tahun 1950 hamkah menulis buku tasawuf:
perkembangan dan pemurniannya dan tasawuf modern. Ia berusaha
memperlihatkan bahwa tasawuf yang benar-benar adalah tasawuf yang
berakar pada prinsip tauhid. Bertasawuf artinya mengisi diri dengan sifat-sifat
kesempurnaan Allah dan mengidentifikasi diri dengan sifat-sifat ilahiyah.
Bertasawuf bukan berarti menolak hidup duniawi, melainkan juga harus tetap
melebur ke dalam masyarakat. (Nasution, 2015, h. 245)
Sejalan dengan HAMKA, nahdatul ulama (NU) adalah pendukung  dan
penghayat tasawuf. Untuk menghindari penyimpangan dari garis lurus yang
di letakkan para syaikh terdahulu, NU meletakkan dasar-dasar tasawuf bagi
jamaahnya sesuai dengan khitah ahl as-Sunnah wa Al-jamaah.NU membina
keselarasan antara tasawuf  Al-Gazali dan tauhid Al-asy’ariyyah juga Al-
maturridiyyah, serta hukum fiqh mazhab sunni.sementara itu, NU juga
memiliki lembaga yang diberi nama Jam’iyyah Ahl ath-thariqah mu’tabarah
An-Nahdhiyyah,  yaitu lembaga pengamal tarekat mu’tabar yang bersumber
dari ajaran junaidi Al-baghdadi dan Al-ghazali. Hal ini berarti bahwa tarekat
yang diakui oleh NU hanya tarekat yang diakui oleh syaikh-syaikh tarekat
dunia. Tarekat yang seperti itu disebut tarekat mu’tabarah dengan demikian
demikian, NU menganut tasawuf sunni dan menolak tasawuf syi’i. (Humam,
2013, h. 324)
NU bertasawuf sejalan dengan prinsipnya bahwa kehidupan beragama
tidak saja ditandai oleh aspek legalisasi rasional. Bagi NU, tasawuf
merupakan hal yang penting, karena sebagai doktrin kesholehan yang
menyejukkan jiwa dari kekeringan iman dan kemiskinan batin sehingga
terpelihara keseimbangan antara pandangan serba fiqh disatu sisi dan
penghayatan iman yang tinggi disisi yang lain tasawuf bukan berarti
meninggalkan kehidupan duniawi karena manusia memiliki posisi yang
sangat tinggi dalam tata kehidupan semesta. (Yatimin, 2006, h. 218)
Manusia di perkenakan menghendaki apa yang di mauinya, walaupun
kehendak itu harus tunduk pada kenyataan kekuasaan Allah. Kebebasan
untuk berkehendak membawa kesadaran kepada manusia untuk menjunjung

6
tinggi dan nilai kehidupan, karena dengan itulah manusia mendapatkan
kedudukan yang mulia.
Tasawuf yang berkembang pada masa awal di Indonesia, di dominasi
oleh tasawuf aliran sunni. Kalaupun ada penganut tasawuf aliran falsafi,
pengaruhnya tidak begitu luas dan bahkan mendapat perlawanan dari
pengikut sunni. Oleh karna itu, tanpa ragu hamka menulis bahwa tasawuf di
Indonesia sejalan dengan mazhab Al AS-sunnah wal Jamaah. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh AL-ghazali dan As-syafi’i
lebih besar dari pada pengaruh Al-Hallaj (Nasution, 2015, h. 62)

C. Aliran Tasawuf di Indonesia


Dalam perkembangan Islam selanjutnya, sistem pendidikan masyarakat
peninggalan Hindu dan Budha diteruskan oleh para penyiar Islam. Proses
tranformasi ilmu keIslaman dilakukan secara “sorongan” yang kemudian
meningkat dengan cara “bandongan” dan ”wetonan”. Dari embrio model ini
kemudian bermunculan model pendidikan Islam yang dikenal dengan
pesantren dan tarekat sebagai lembaga tasawuf. Semakin kuatnya pengaruh
Mazhab Syafi’i, maka sufisme yang dipelajari di pesantren adalah
tasawuf Sunni yang bersumber dari tasawuf Al-Ghazali. Terutama bagi yang
ingin mendalami tasawuf dapat memilih diantara dua kemungkinan, yakni
apakah tasawuf dilihat sebagai suatu aspek ilmu yang mandiri ataukah
sebagai suatu tarekat yang melembaga. Apabila pilihan jatuh pada yang
pertama, maka mulailah dari tasawuf akhlak dan meningkat ke
tasawuf amali dan tasawuf falsafi (Siregar, 2002, h. 224)
Perkembangan Tassawuf di Indonesia semakin marak dan berkembang
pesat dengan hadirnya para tokoh yang berjasa dalam penyebaran agama
Islam di Indonesia. Berikut tokoh-tokoh tassawuf yang diringkas oleh penulis
adalah sebagai berikut: (Nata, 2003, h. 365)
NO Nama Ttl Ajaran Tassawuf dan Daerah Penyebarannya
1. Hamzah Sumatra  Pemikirannya banyak dipengaruhi Ibnu
Fansuri Utara, akhir Arabi dalam paham wahdat wujud-nya.
abad XVI  Ia mengajarkan bahwa Tuhan lebih dekat

7
wafat 1607 daripada leher manusia sendiri, dan
M bahwa Tuhan tidak bertempat, sekalipun
sering dikatakan bahwa Ia ada di mana-
mana.
 Ia banyak melakukan perjalanan antara
lain ke Kudus, Banten, Johor, Siam,
India, Persia, Irak, Mekah dan Madinah.
 Setelah mengembara ia mengajarkan
ilmunya ke Aceh. Berdiam di Barus
kemudian kembali ke Banda Aceh.
Kemudian mendirikan pesantren di
Singkel
2. Nuruddin Ranir,  Ajaran tassawufnya tentang Tuhan, ia
Ar-Raniri sebuah kota menyatakan bahwa ungkapan "wujud
pelabuhan Allah dan alam esa" berarti bahwa alam
tua di Pantai ini merupakan isi lahiriah dari
Gujarat, hakikatnya yang batin. Tentang alam, ia
India. Lahir berpandangan bahwa alam ini diciptakan
menjelang Allah melalui tajalli dan menolak teori
abad ke-16 emanasi Al-Farabi. Tentang manusia, ia
berpendapat bahwa manusia makhluk
Allah yang paling sempurna di dunia ini
sebab manusia merupakam khalifah
Allah di bumi yang dijadikan sesuai
dengan citra-Nya. Tentang wujudiyyah
menurutnya paham al-Fansuri tentang
wahdat al-wujud dapat membawa
kekafiran, ia berpandangan bahwa jika
benar Tuhan dan makhluk hakikatnya
satu, dapat dikatakan bahwa manusia
adalah Tuhan dan Tuhan adalah
manusia. Yang terakhir mengenai

8
Hubungan Syari'at dan hakikat yang
menurutnya jika kedua ini dipisahkan
maka merupakan sesuatu yang tidak
benar karena tidak ada jalan menuju
Allah kecuali melalui syari'at yang
merupakan pokok dan cabang Islam.
 Ia pernah melakukan perjalanan ke
tarim, Hadramaut, Mekkah, dan
madinah. Hingga akhirnya ia merantau
ke wilayah Aceh sebagai tempat
tinggalnya.
 Beliau merupakan salah satu syaikh
tarekat Rifa'iyyah
3. Abdur Diperkirakan  Mengenai paham wujudiyyah ini As-
Rauf As- lahir pada Sinkili lebih bersikap bijaksana dan
Sinkili Tahun 1615 menilai tindakan Ar-raniri terlalu
M emosional menganggap murtad
kelompok yang berpaham ini.
 Ia merekonsiliasi antara tassawuf dan
syariat. Ia menganut paham satu-satunya
wujud yang hakiki, yakni Allah,
sedangkan ciptaan-Nya bukanlah
merupakan wujud hakiki, tetapi
bayangan yang hakiki.
 Dzikir dalam pandangan as-Sinkili
merupakan suatu usaha untuk
melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa.
 Martabat perwujudan Tuhan.
Menurutnya ada tiga martabat
perwujudan Tuhan. Pertama, martabat
ahadiyyah yaitu alam pada waktu itu
masih merupakan hakikat gaib yang

9
masih berada di dalam ilmu Tuhan.
Kedua, martabat wahdah yaitu sudah
tercipta haqiqah Muhammadiyyah yang
potensial bagi terciptanya alam. Ketiga,
martabat wahdiyah dan dari sinilah alam
tercipta.
 Bagi idrinya jalan untuk mengesakan
Tuhan adalah dengan dzikir laa illaaha
illallaah.
 Penyebaran ilmunya yaitu di daerah
Aceh
 Beliau bertarekat Syattariyyah
4. Abd Palembang,  Corak tassawufnya dapat dikatakan
Shamad pada menggabungkan unsur-unsur ajaran Al-
Al- permulaan ghazali dan Ibnu Arabi.
Palimbani abad ke-18  Ia percaya bahwa Tuhan hanya dapat
dan wafat didekati dengan keyakinan yang benar
tidak lama pada keesaan yang mutlak dan
setelah tahun kepatuhan pada ajaran-ajaran syariat.
1788 M  Ia membagi doktrin wujudiyyah menjadi
dua jenis yaitu wujudiyyah mulhid
(kesatuan wujud ateistik) dan
wujudiyyah muwahhid (kesatuan wujud
unitarisme).
 Ia penganut tarekat Samaniyyah dan
yang pertama kali mengenalkannya di
Indonesia.
 Ia pernah belajar di Mekkah dan
Madinah dalam kurun waktu yang
cukup lama dan kembali ke tanah
kelahirannya untuk mengamalkan
ilmunya.

10
5. Syekh Sulawesi, 8  Ajaran Islam meliputi dua aspek yaitu
yusuf Al- syawal 1036 lahir dan bathin. Syari'at dan hakikat
Makassari H. Atau 3 Jui harus dipandang dan diamalkan
1629 M. sebagai suatu kesatuan.
 Meskipun berpegang pada transedensi
Tuhan, ia meyakini bahwa Tuhan
melingkupi segala sesuatu dan selalu
dekat dengan sesuatu itu.
 Insan kamil dan penyucian jiwa. Ia
berpendapat bahwa seorang hamba
akan tetap hamba walaupun telah naik
derajatnya, dan Tuhan akan tetap
Tuhan walaupun turunb pada diri
hamba.
 Ia pernah melakukan perjalanan ke
Yaman dan menerima tarekat.
 Ia merupakan ulama yang
mempelajari banyak tarekat sperti
tarekat Qadiriyyah,
Naqsyabandiyyah,As-Sa'adah Al-
Baalawiyyah, Syattariyyah, dan
Khalwatiyyah.
6. Syaikh Tanara,  Tarekat. Salah satu pemikirannya
Nawawi kecamatan tentang tarekat adalah ungkapannya
Al- Tirtayasa, sebagai berikut: Adapun orang-orang
Bantani kabupaten yang mengambil tarekat, jika
Serang perkataan dan perbuatannya sesuai
Banten tahun dengan syariat B=Nabi Muhammad
1230 H. sebagaimana ahli-ahli tarekat yang
Wafat pada benar, tarekat yang diambilnya
usia 84 maqbul.
Tahun  Beliau melarang siapapun melakukan

11
tanggal 25 ghibah melalui lisannya.
Syawal 1314  Syekh Nawawi belajar kepada
H. ayahnya dan juga ke Purwakarta ke
mudian ke Mekkah dan menetap
selamanya disana.
7. HAMKA Tanah Sirah,  Ia pernah berkelana ke Jawa, ke
Sungai Mekkah, Sulawesi Selatan, dan
Batang di Sumatra Utara dan akhirnya menetap
tepi Danau di Medan.
Maninjau,  Menurut Hamka, tasawuf pada
tepatnya hakikatnya adalah usaha yang
pada tanggal bertujuan untuk memperbaiki budi
13 Muharam dan membersihkan batin.
1362 H.  Tassawuf yang bermuatan zuhud yang
benar, yang juga dilaksanakan lewat
peribadahan agama yang didasari
i'tiqad yang benar, mampu berfungsi
sebagai media pendidikan moral
keagamaan yang efektif.
 Tassawuf yang ditawarkan HAMKA
merupakan tassawuf modern yang
berdasar pada prinsip tauhid bukan
pencarian pengalaman.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memaparkan penjelasan diatas mengenai keberadaan tassawuf di
Indonesia penulis menyimpulkan bahwa ajaran tassawuf mulai berkembang
ke Indonesia tidak lepas dari peranan berbagai tokoh-tokoh sufi yang
membawa ajaran Islam ke Indonesia. Perkembangan tassawuf ini juga
beriringan dengan Islamisasi di Indonesia karena penelitian-penelitian para
ahli mengungkapkan bahwa ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di
Indonesia kebanyakan adalah ulama sufi. Oleh karena itu wajar saja jika
keberadaan tassawuf di Indonesia ini sudah cukup tua karena bersamaan
dengan masuknya Islam ke Indonesia.
Berkembangnya ajaran tassawuf di Indonesia dibawa oleh para ulama-
ulama sufi terdahulu. Tokoh-tokoh sufi yang terkenal mengembangkan ajaran
tassawuf di Indonesia ialah hamzah Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Abd Ra'uf
as-Sinkili, al-Palimbani, Syekh Yusuf Al-makassari, Nawawi al-Bantani, dan
Hamka.

B. Saran
Demikian pentingnya peranan tasawuf dalam keberlangsungan hidup
manusia seutuhnya, maka tidak mengherankan apabila tasawuf demikian
akrab dengan kehidupan masyarakat Islam, setelah masyarakat tersebut
membina akidah dan ibadahnya, melalui ilmu tauhid dan ilmu fikih. Dengan
demikian, terjadilah hubungan tiga serangkai yang harmonis, yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak.

13
Dengan di sajikannya makalah ini, diharapkan agar pembaca dapat
memahami ajaran Islam yang sebenar-benarnya dan memahaminya secara
mendalam. Maka di zaman yang telah berkembang ini diharapkan agar kita
sebagai umat Islam, tidak terlalu mengejar kebahagiaan dunia yang hanya
sementara ini. Kita harus mengimbanginya dengan beribadah kepada Allah
untuk bekal kita di akhirat nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. M. (2012). Ilmu Tasawuf. (A. Zirzis, & N. Laily, Penyunt.) Jakarta:
Amzah.

Anwar, S. d. (2014). Ilmu Tassawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Humam, A. W. (2013). SATU TUHAN SERIBU JALAN. Yogyakarta: FORUM.

Nasution, A. B. (2015). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.

Nata, A. (2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Siregar, H. A. (2002). Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Solihin, M., & Anwar, R. (2008). Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Solihin, R. A. (2004). Ilmu Tassawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Yatimin, A. (2006). Sudi Islam Kontemporer. Jakarta: AMZAH.

14

Anda mungkin juga menyukai