“WALIONGO”
X-7
MATA PELAJARAN : P. AGAMA ISLAM
GURU PEMBIMBING : LATIFATUL FAJRIYAH, S.Pd.
0LEH KELOMPOK 6 :
1. ADIYATMA NUGRAHA LOKISWARA (01)
2. CAHAYU RAHMAWATIN (08)
3. RINA FITRI NUR AISYAH (31)
4. SALWA DZAHAH ARIELLA (32)
5. SYAH FANA PELANGI (34)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tokoh Penyebar Agama Islam di Jawa ‘Walisongo’” ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dengan tempo waktu secepat-cepatnya.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami selaku penulis
makalah ini juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman serta orang tua dan guru kami
yang telah menuntun kami hingga sampai pada titik ini. Kami berharap segala sesuatu yang kami
lakukan ini membawa berkah bagi semua orang kedepannya.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu pembimbing mata pelajaran P. Agama Islam
kami yaitu ibu Latifatul Fajriyah, S.Pd. semoga beliau dilimpahkan rezekinnya dan diberi selamat
sehat dunia dan akhirat.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Islam adalah agama samawi yang diwahyukan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad
SAW. Kata “Samawi” berasal dari Bahasa Arab As-Samawat yang berarti langit, jadi agama
Samawi adalah agama dari langit. Para pengikut agama Samawi meyakini agamanya dibangun
berdasarkan wahyu tuhan melalui perantara malaikat kepada para nabi dan rasul yang
kemudian disampaikan kepada manusia sebagai pedoman hidup. Kedatangan islam bukan
untuk menghapuskan ajaran-ajaran sebelumnya, melainkan sebagai penyempurna ajaran-
ajaran sebelumnya agar manusia selamat dunia dan akhirat. Islam merupakan agama yang
diturunkan sebagai rahmatun lil’alamin (rahmat bagi seluruh makhluk di alam ini).
Islam pertama kali memasuki pulau Jawa pada abad ke-11 oleh para pedagang Arab yang
datang ke Indonesia. Kemudian pada abad ke-15 para saudagar muslim telah mencapai
kemajuan pesat dalam usaha bisnis dan dakwah hingga mereka memiliki jaringan di kota-kota
bisnis di sepanjang pantai laut Utara. Komunitas ini di pelopori oleh Walisongo yang
membangun masjid pertama di tanah Jawa yaitu masjid Demak. Demak berdiri sebagai salah
satu kerajaan islam petama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan islam
ini kemudian disusul berdirinnya kerajaan bercorak islam lainnya. Melalui kerajaan bercorak
islam inilah, agama islam makin berkembang di Indonesia.
Setelah agama islam masuk ke Indonesia, perkembangan dakwah islam juga ada yang
melalui kesenian, misalnya gamelan, wayang kulit, dan tembang, hal ini membuat agama
islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia terutama di Jawa. Di pulau Jawa, para ulama
atau para pendakwah ini tergabung dalam kelompok wali yang dikenal sebagai Walisongo.
Walisongo berasal dari kata “wali” dan “songo”. Kata “wali” berasal dari Bahasa Arab
yang artinya dekatt atau kerabat. Sedangkan kata “songo” berasal dari Bahasa Jawa yang
berarti Sembilan. Dengan demikian, Walisongo berarti Sembilan wali, yakni Sembilan orang
yang dipandang sebagai ketua dari sejumlah besar ulama yang bertugas mendakwahkan islam
di daerah-daerah yang belum memeluk islam, atau juga dikenal sebagai kumpulan ulama
penyebar agama islam di Jawa.
Walisongo melakukan dakwahnya dengan strategi dalam mengumpulkan masyarakat.
Strategi dakwah para Walisongo diartikan sebagai segala cara yang ditempuh untuk mengajak
manusia ke jalan Allah dengan memanfaatkan segala sumber daya. Tokoh yang menjadi
tonggak menyebarnya islam di Jawa menarik untuk dikaji, mulai dari siapa Sembilan tokoh
itu, dan strategi dakwah apa yang mereka gunakan untuk mengajak masyarakat Jawa memeluk
agama islam.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Siapa saja Sembilan para tokoh ulama yang disebut sebagai Walisongo?
2. Bagaimana strategi dakwah/cara penyebaran agama islam di tanah Jawa yang
dilakukan oleh para Walisongo?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pembaca tentang informasi
para tokoh penyebar agama islam di Jawa. Lebih rincinya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bidata diri Sembilan ulama penyebar agama islam di Jawa atau
yang kita kenal sebagi Walisongo.
2. Untuk mengetahui cara yang dilakukan para pendakwah terdahulu dalam
menyebarkan ajaran agama islam di Jawa.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, kami menjadi tahu sejarah tokoh-tokoh penyebar islam di Jawa,
penulisan makalah ini dapat membantu kami untuk mendapat pengalaman, ilmu atau
wawasan baru.
2. Bagi pembaca, menjadi tahu biodata diri para Sembilan ulama penyebar agama islam
di Jawa dan cara mereka berdakwah untuk mengajak masyarakat Jawa memeluk
agama islam.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut KBBI, dakwah merupakan penyiaran agama di kalangan
masyarakat dan pengembangannya untuk memeluk, mempelajari dan
mengamalkan ajaran agama. Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai
dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan
dunia dan akhirat. Dakwah merupakan usaha suatu kegiatan untuk mengajak
manusia melkukan kebaikan dan meninggalkan keburukan sesuai ajaran islam
agar mendapat kebahagiaan dunia akhirat tanpa adannya paksaan dengan cara
bijak dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku yang baik kepada orang lain baik
dalam individu maupun kelompok.
Dakwah berasal dari Bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’watan yang bermakna
seruan, panggilan, undangan atau do’a. Apabila dikaitkan dengan kata islam,
menjadi kegiatan mengajak, menyeru, dan memanggil seseorang kepada islam.
2. Pengertian Penyebaran
Pengertian penyebaran menurut KBBI yaitu proses, cara, penyebaran,
menyebar atau menyebarkan. Penyebaran adalah menghamburkan. Penyebar juga
berarti menyiarkan (kabar atau sebagainya). Menyebar juga berarti menabur.
5
berserah diri. Orang yang telang mengakui atau memeluk agama Islam disebut
Muslimin. Islam merupakan suatu agama yang diturunkan Allah Swt. Kepada
Nabi Muhammad Saw, dan bertujuan untuk membawa pesan Tuhan kepada semua
orang di muka bumi ini dan untuk membuat kondisi dunia menjadi lebih baik.
Berikut kami jabarkan biodata dari para tokoh penyebar agama islam di Jawa yaitu
atau yang kita kenal Walisongo :
6
Sunan Ampel adalah bapak dari para wali. Hal ini tak lain karena Sunan Ampel
mampu melahirkan para pendakwah nomor satu di wilayah tanah Jawa.
Sunan Ampel memiliki ayah bernama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sunan
Maulana Malik Ibrahim sendiri memiliki nama lain sebagai Sunan Gresik yang juga
masih keturunan dari Syekh Jamaludin Jumadil Kubro seorang Ahlussunnah
bermazhab Syafi’i. Syekh Jamaludin adalah seorang ulama yang berasal dari
Samarkand, Uzbekistan. Ibu dari Sunan Ampel adalah Dewi Candrawulan.
Selama perjalanan hidupnya, Sunan Ampel memiliki dua istri yaitu Dewi Karimah
dan Dewi Candrawati. Ketika bersama dengan istri pertamanya Dewi Karimah, Sunan
Ampel memiliki dua orang anak yaitu Dwi Murtasih yang juga menjadi istri dari
Raden Fatah. Raden Fatah adalah sultan pertyama dari kerajaan Islam Demak Bintoro.
Lalu anak keduanya adalah Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri dari raden
Paku atau Sunan Giri. Sedangkan ketika bersama dengan Dewi Chandrawati, Sunan
Ampel dikaruniai lima orang anak yaitu Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah,
Raden Maulana Makdum, Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden
Kosim yang kemudian lebih banyak dikenal dengan sebutan Sunan Drajad.
7
Dakwah Sunan Bonang dimulai dari Kediri, Jawa Timur. Ia mendirikan langgar
atau musala di tepi Sungai Brantas, tepatnya di Desa Singkal. Diceritakan, Sunan
Bonang sempat mengislamkan Adipati Kediri, Arya Wiranatapada, dan putrinya. Usai
dari Kediri, Sunan Bonang bertolak ke Demak, Jawa Tengah. Oleh Raden Patah,
pendiri sekaligus pemimpin pertama Kesultanan Demak, Sunan Bonang diminta
untuk menjadi imam Masjid Demak.
8
6. Joko Said (Sunan Kalijaga)
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Joko Said, yang diperkirakan lahir pada Tahun
1450 M. Ia merupakan putra dari adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta
atau Raden Sahur. Ayahnya merupakan keturunan dari pemberontak legendaris
Majapahit, Ronggolawe.
Ayahnya adalah sosok pemimpin yang terkenal kejam dan sangat taklid terhadap
pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu meskipun dirinya
seorang muslim. Ia tak segan untuk meminta pajak yang tinggi tanpa memberikan
kesejahteraan kepada rakyatnya. Atas dasar itulah Joko Said mulai memberanikan diri
untuk membangkan dan tidak setuju terhadap segala keputusan dan kebijakan yang
dikeluarkan ayahnya.
Hingga puncaknya, Joko Said membongkar lumbung kadipaten dan membagikan
seluruh padi dan beras yang ada didalamnya kepada rakyat miskin yang berada
dibawah kekuasaan ayahnya. Tidak berlangsung lama Adipati Arya Wilatikta
mengadakan sidang dan mengadili Joko Said karena terbukti merusak lumbung padi
ayahnya. Joko Said memberikan alasan bahwa yang dilakukannya berlandaskan
Islam. Ayahnya terlalu menumpuk harta untuk dirinya sedangkan rakyatnya
kelaparan dan menderita.
Dengan alasan tersebut Joko Said diusir dari Kadipaten dan tidak boleh kembali
pulang sebelum menggetarkan Tuban dengan bacaan ayat suci Al-Qur'an. Setelah
diusir dari Istana ia tetap melanjutkan misinya untuk mensejahterakan rakyat miskin
dengan cara merampok. Namun dalam merampok Joko Said hanya merampok rumah
orang yang terkenal kaya dan membagikan hasil curiannya secara adil kepada rakyat
yang kurang mampu. Maka dari itu ia dijuluki sebagai "Brandal Lokajaya" atau
perampok yang budiman.
Akan tetapi setelah bertemu dengan Sunan Bonang semua perilaku dari Joko Said
pun berubah. Hal ini bisa terjadi lantaran ia telah dinasehati bahwa Allah tidak akan
menerima amal yang buruk dari hambanya. Kemudian Joko Said menjadi murid
Sunan Bonang dan mendalami Ilmu agama Islam. Setelah menimba ilmu agama yang
cukup lama dan dinilai cukup mumpuni menurut Sunan Bonang. Joko Said kemudian
dilepas untuk berdakwah dan mengamalkan ilmu agama Islam
Nama Kalijaga berasal dari bahasa Arab "Qadi" dan namanya sendiri "Joko Said".
Frase ini asalnya dari Qadhi Joko Said yang artinya "Hakim Joko Said". Karena
menurut sejarah mencatat bahwa saat Wilayah Demak. didirikan pada Tahun 1478,
Sunan Kalijaga diserahi tugas sebagai Qadhi (hakim) di Demak oleh Wali Demak saat
itu, yaitu Sunan Giri.
Cara dakwah yang merakyat dengan menggunakan kesenian daerah membuatnya
terkenal dan mudah diterima oleh masyarakat di Pula Jawa. Inilah yang membuat
Sunan Kalijaga berbeda dengan tokoh Wali Songo lainnya karena beliau sangat
paham betul tentang pergerakan, permasalahan hingga aliran yang sedang
berkembang dalam masyarakat.
9
7. Sayyid Ja'far Shadiq (Sunan Kudus)
Sayyid Ja'far Shadiq Azmatkhan lahir pada tanggal 9 September 1400 M di
Palestina. Anak dari Raden Usman Hajji atau yang dikenal dengan sebutan Sunan
Ngudung, seorang panglima perang Kesultanan Demak Bintoro, Ayahnya merupakan
putra dari Sultan di Palestina yang bernama Sayyid Fadhal Ali, Kemudian ayahnya
berhijrah sampai ke Pulau Jawa dan tiba di Kesultanan Islam Demak lalu diangkat
menjadi panglima perang. Sunan Kudus belajar agama dengan ayahnya sendiri dan
kepada Kyai Telingsing serta Sunan Ampel.
Kyai Telingsing merupakan ulama China yang datang ke Jawa bersama Cheng
Hoo, yang kemudian menyebarkan agama Islam dan membuat tali persaudaraan
dengan orang Jawa Setelah itu beliau berdakwah di tengah-tengah masyarakat yang
masih beragama Hindu dan Budha.
Sementara ibu Sunan Kudus merupakan putri dari Sunan Bonang. Ia dilahirkan
pada tanggal 9 September 1400M. Dengan demikian Sunan Kudus adalah cucu dari
Sunan Bonang, sehingga silsilahnya pun mengikuti silsilah Sunan Bonang, yakni
masih beraliran atau keturunan langsung dari Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad
SAW.
10
Syarief Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang dan setelah masuk Islam berganti
nama menjadi Syarifah Muda’im adalah Putri Prabu Siliwangi dari kerajaan
Padjajaran. Dan Syech Syarief Hidayatullah berkelana untuk belajar Agama Islam
dan sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
Pada sub bab pembahasan ini, kami akan menjelaskan tentang strategi dakwah atau cara
penyebaran agama islam yang dilakukan oleh para Walisongo di Jawa. Berikut adalah cara
penyebaran agama islam oleh Sembilan wali di Jawa :
1. Dakwah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para
Walisongo lainnya. Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai
beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang
adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 km ke arah utara kota Gresik. Ia lalu
mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid
pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Dalam biografi Sunan Gresik disebutkan bahwa Pertama-tama yang dilakukannya
ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah
senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara
tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya
memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat
keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang
dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan
terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Perdagangan membuatnya dapat
berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula
turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal
atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan
kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk
Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di
pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa
Gapura.
Dalam rangka mempersiapkan penerus untuk melanjutkan perjuangan menegakkan
ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang
merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini
makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan
agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat
ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap
tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara
11
haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi
Muhammad), dan dihidangkan makanan khas yaitu bubur harisah.
12
Kutorejo, Tuban, Jawa Timur, atau berada di barat alun-alun dekat Masjid Agung
Tuban.
13
ajaran agama melalui ritual adat tradisional, sepanjang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.
Dalam berdakwah, Sunan Drajat sangat memperhatikan nasib para fakir miskin,
yatim piatu dan orang-orang terlantar. Beliau juga menjadi sosok yang mengajak para
bangsawan dan orang kaya untuk mengeluarkan infaq, shodaqoh, dan zakat sesuai
ajaran agama Islam. Sunan Drajat wafat pada tahun 1522 M dan makamnya berada di
desa Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Sunan Drajat juga memiliki 4 ajaran pokok atau yang dikenal dengan Catur
Piwulang, yang isinya ajakan untuk berbuat baik kepada sesama.
Empat pokok ajaran Sunan Drajat adalah:
Paring teken marang kang kalunyon lan wuta;
paring pangan marang kang kaliren;
paring sandang marang kang kawudan;
paring payung kang kodanan.
Artinya:
berikan tongkat kepada orang buta;
berikan makan kepada yang kelaparan;
berikan pakaian kepada yang telanjang;
dan berikan payung kepada yang kehujanan.
14
Upacara-upacara tradisional tidak dilarang oleh Sunan Kalijaga, tetapi perlahan-
lahan diubah maknanya dan dimasuki nilai-nilai Islam. Salah satu contohnya adalah
tradisi kenduri (jamuan makan untuk memperingati peristiwa atau selamatan). Sunan
Kalijaga juga dikenal sebagai sosok yang memiliki ide untuk adanya perayaan Sekaten,
Grebeg Maulud, dan Layang Kalimasada. Metode dakwah Sunan Kalijaga dengan
mengawinkan ajaran Islam dengan tradisi lama masyarakat membuat rakyat Jawa tidak
kaget ataupun menolak. Sunan Kalijaga juga mengembara untuk mengajarkan Islam
hingga dikenal sebagai salah satu tokoh paling populer dan dekat dengan masyarakat
Jawa.
15
8. Dakwah Raden Umar Said (Sunan Muria)
Sunan Muria mempunyai peran besar dalam menyebarkan agama Islam di tanah
Jawa. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Sunan Muria tidak jauh berbeda dengan
Sunan Kalijaga yaitu mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat
dakwah.
Sunan Muria suka menggelar sejumlah pertunjukan wayang Sunan Kalijaga
seperti Dewa Ruci, Dewa Srani, Jamus Kalimasada, Begawan Ciptaning, Semar
Ambarang Jantur, dan sebagainya. Melalui media pertunjukan wayang, Sunan Muria
memberikan penerangan-penerangan kepada masyarakat tentang berbagai hal dalam
kaitan dengan tauhid. Dengan pendekatan lewat pertunjukan wayang, tembang-
tembang, tradisi-tradisi lama, dan praktik-praktik keagamaan lama yang sudah
diislamkan, Sunan Muria lebih senang mengembangkan dakwah Islam dengan
masyarakat kalangan bawah dibandingkan dengan kaum bangsawan.
Dalam melangsungkan dakwahnya, Sunan Muria lebih menyasar kaum nelayan,
pedagang, dan rakyat jelata. Gelar Sunan Muria disandangnya karena tempat
berdakwah menyiarkan agama Sunan Muria terletak di kaki Gunung Muria. Bahkan
Sunan Muria membangun pesantren dan masjidnya di puncak gunung tersebut, persis
di belakang masjid yang dibangunnya sendiri.
16
memeluknya. Ia juga memiliki kemampuan untuk menjelaskan ajaran Islam dengan
cara yang mudah dipahami oleh orang awam.
Enam, Sunan Gunung Jati memiliki kepribadian yang baik dan menarik. Ia memiliki
kepribadian yang ramah dan sopan, sehingga orang lain merasa nyaman dan senang
berinteraksi dengannya. Kepribadiannya yang baik dan menarik membuat orang lain
tertarik untuk mengikuti ajaran Islam yang dianutnya.
Tujuh, Sunan Gunung Jati memiliki kemampuan untuk memimpin dan memotivasi
orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk memimpin orang lain dengan baik dan
mampu memotivasi orang lain untuk berdakwah. Keterampilan memimpin dan
memotivasi orang lain ini membuat ia mampu mengajak orang lain untuk berdakwah
bersama-sama.
Delapan, Sunan Gunung Jati memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan
memecahkan konflik. Ia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan
memecahkan konflik dengan cara yang baik dan efektif. Keterampilan memecahkan
masalah dan memecahkan konflik ini membuat ia mampu mengatasi permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat dan membantu memecahkan konflik yang terjadi antar
warga.
Sembilan, Sunan Gunung Jati memiliki kemampuan untuk mengajarkan ajaran
Islam dengan cara yang kreatif dan inovatif. Ia memiliki kemampuan untuk
mengajarkan ajaran Islam dengan cara yang kreatif dan inovatif, sehingga orang lain
merasa terinspirasi dan tertarik untuk memahami ajaran Islam.
17
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari riset yang kami lakukan sebagai penulis makalah ini. Agama Islam merupakan
sebuah pedoman hidup para muslim dengan contoh seperti kitab Al-Qur’an. Dengan segala
rahmat Allah Swt. kita sepatutnya meniru ajaran baik yang telah dicontohkan oleh Nabi
kita yaitu Nabi Muhammad Saw. Berkembangnya era digital ini dan telah memasuki era
revolusi industri 5.0, manusia semakin berambisi untuk memiliki peradaban yang maju.
Nah, kita sebagai generasi muda bangsa dan dunia harus tetap menjalankan semua itu
dengan kesadaran akal dan jangan terlalu berlebihan, karena semua ini, semua yang ada di
dunia ini hanyalah titipan Allah Swt. Pada setiap langkah kita, kita harus mengingat Allah
Swt. dengan begitu kita akan mendapatkan ridho Allah dan insyalah selamat dunia dan
akhirat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Faizi. M., 2007. Kisah Teladan Walisongo: Sembilan Wali Penyebar Islam di Jawa. Bogor
Sutrisno. B. H., 2009. Sejarah Walisongo: Misi Pengislaman di Tanah Jawa. Yogyakarta
19
LAMPIRAN
20