Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

YAYASAN ZAINUL MUSTHAFA NW PENGADANG

TAHUN PELAJARAN 2022-2023

NAMA KELOMPOK 2 :

1.BAIQ NADIA UTAMI

2.NAZARUDIN

3.JULIA HARTA NINGSIH

4..HAERUN NIZA
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................

Abstract......................................................................................................................................

BAB I.........................................................................................................................................

PENDAHULUAN .....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................

1.2 Fokus Penelitian ...............................................................................................................

1.3 Ruang Lingkup penelitian ................................................................................................

1.4 Tujuan Khusus..................................................................................................................

1.5 Urgensi Penelitian ............................................................................................................

BAB II........................................................................................................................................

KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................

BAB III ....................................................................................................................................

METODE PENELITIAN.........................................................................................................

3.1 Paradigma Penelitian......................................................................................................

3.2 Isu/Tema Penelitian........................................................................................................


3.3 Pendekatan Penelitian dan Tahapan Penelitian Sejarah.................................................

3.3.1 Pendekatan Penelitian..............................................................................................

3.3.2 Tahapan Penelitian Sejarah .....................................................................................

BAB IV ....................................................................................................................................

PEMBAHASAN......................................................................................................................

4.1 Perkembangan Agama Islam di Indonesia .....................................................................

4.1.1 Bukti-bukti Penyebaran Agama Islam di Nusantara ...............................................

4.1.2 Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kerajaan-Kerajaan ..................................

4.2 Peranan dan Kontribusi Agama Islam pada Sejarah Indonesia......................................

5.1.2 Peranan dan Kontribusi Agama Islam pada Sejarah Indonesia...............................

5.2 Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................

Lampiran..................................................................................................................................

Reinterpretasi Teori-teori Kedatangan Agama Islam..............................................

4.2.2 Saluran dan Proses Islamisasi di Indonesia .............................................................

4.2.3 Aspek-aspek Umum Perkembangan Agama Islam di Indonesia.............................


BAB V .....................................................................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................

5.1.1 Perkembangan Agama Islam di Indonesia ..............................................................

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk menyelesaikan makalah
tentang “Pendidikan Kewarganegaraan bagi Masyarakat”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat
nilai mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian tugas ini hingga selesainya
makalah ini.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai pentingnya mengenal siapa saja TOKOH-TOKOH DALAM
PENYEBARAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna serta kesalahan yang
penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Pengadang, 06-09-2022

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, hampir semua bidang kehidupan rakyat Indonesia yang
mayoritas beragama Islam telah dirambah oleh bangsa lain, terutama bangsa barat yang note
bene bukan Islam bahkan cenderung tidak menghiraukan norma-norma agama. Saya sengaja
menyusun makalah mengenai Wali Songo ini dengan harapan agar para orang tua, para guru,
para penulis, dan para anak-anak mempunyai wawasan lebih luas mengenai penyebaran agama
Islam.

Makalah ini berisi riwayat para penyebar agama Islam, asal-mula kemunculan Islam di
tanah Jawa menempati realitas unik sehingga pada dasawarsa terakhir ini muncul statemen untuk
menghidupkan dinamika keagamaan dan keberagamaan masyarakat di Jawa umumnya dengan
semangat menghidupkan Islam Nusantara. Pengkultusan pola Islam yang muncul di tengah-
tengah kehidupan masyarakat Jawa sejatinya ingin meneguhkan eksitensi kenusantaraan Islam di
Jawa bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . Hal tersebut tak lepas
dari peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa
dalam proses Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “Wali Songo”. Peran Wali
Songo dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Wali Songo yang begitu dekat
dikalangan masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-
ajaran dan dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap
masyarakat Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

Para Wali sama sekali tidak menggunakan kekerasan untuk berdakwah. Mereka
menempuh jalan damai, dakwah bil hal, dengan tingkah laku dan perbuatan mereka sendiri yang
sesuai denga ajaran Islam. Sehingga tampak mutu dan ketinggian agama Islam yang sangat
demokratis. Mereka juga memanfaatkan media masyarakat pada saat itu sebagai sarana
penunjang dakwah. Mereka berusaha keras menciptakan budaya baru yang penuh kreatifitas
sehingga lahirlah aneka jenis mainan dan dolanan anak-anak yang bernafaskan falsafah Islami,
baik berupa tembang atau lagu, gending tarian dan aneka jenis permainan lainnya.

Mereka juga menciptakan sastra Jawa yang sangat tinggi nilai estetis dan falsafahnya,
seperti Suluk, lakon Wayang Caranga Dewa Ruci, dan beberapa karya sastra lainnya. Kisah
perjuangan mereka sangat unik. Pada saat berhadapan dengan rakyat jelata, rakyat awam, orang-
orang sakti, para sarjana (Brahmana dan pendeta Budha) maupun ketika berhadapan dengan para
penguasa. Keberhasilan para Wali Songo pantas kita renungkan, kita jadikan pijakan untuk
melangkah di zaman modern ini dengan tantangan dakwah yang berbeda namun pada
hakekatnya sama yaitu mengembangkan agama islam di daerah masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah

a. pengertian Wali Songo?

b. Siapa saja tokoh-tokoh Wali Songo?

c. Apa saja strategi dan metode dakwah Wali Songo?


d. Bagaimana peran Wali Songo dalam penyebaran dan perkembangan Islam di
Indonesia?

e. Apa saja aktifitas dakwah Wali Songo?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apa pengertian Wali Songo?

b. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh Wali Songo?

c. Untuk mengetahui apa saja strategi dan metode dakwah Wali Songo?

d. Untuk mengetahui bagaimana peran Wali Songo dalam penyebaran dan


perkembangan Islam di Indonesia?

e. Untuk mengetahui apa saja aktifitas dakwah Wali Songo?

BAB II

PEMBAHASAN

TOKOH-TOKOH DALAM PENYEBARAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DINUSANTARA


Pengertian Wali Songo

Istilah wali berasal dari bahasa Arab, artinya tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. Bentuk
pluralnya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah. Tidak adak kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih
hati. Wali Songo disini diartikan sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap
memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada
zamannya. Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap
keramat, penyebar agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat dengan
Allah, dikaruniai tenaga gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih,
mempunyai ilmu yang sangat tinggi, dan sakti berjaya-kewijayaan (Effendy Zarkasi, 1977: 52).

Sebagian penulis berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arab , yaitu wali dan
tsana’(mulia), sehingga berarti para wali yang mulia. Sebagian lagi berpendapat istilah Wali Songo
berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana (baca: sono), yaitu tempat. Ada pula yang menyebut
dengan Wali Songo berarti sembilan wali atau bahkan ada yang menyatakan Wali Sangha.
Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan
istilah dan fakta sejarah, yaitu bahwa Wali Songo adalah sebuah dewan
dakwah, dewan mubaligh, organisasi ulama dalam bentuk lembaga
dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat atau
meninggalkan Jawa maka diangkat wali lain sebagai penggantinya
sehingga tetap berjumlah sembilan. Para Wali Songo adalah pembaharu
masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasa dalam beragam
bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat jawa mulai dari
perniagaan, pelayaran dan perikanan, bercocok tanam dan persawahan,
pengobatan, kebudayaan, kesenian, pendidikan, kemasyarakatan, hingga kedalam masalah aqidah,
politik, militer, hukum, dan pemerintahan dikerajaan-kerajaan Islam.

Tokoh-tokoh Wali Songo

Ada pun nama-nama sembilan orang Wali Songo yang umumnya dikenal adalah Sunan
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik (wafat Tahun 1419), Sunan Ampel (lahir tahun
1401), Sunan Giri atau dikenal pula sebagai Raden Paku, Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah atau juga dikenal dengan Fatahillah (wafat tahun 1570), Suan Muria atau Raden
Said, Sunan Kudus atau dikenal pula sebagai Syekh Ja’far Shadiq, Sunan Drajat atau Raden
Qasim, Sunan Kali Jaga yang juga digelari sebagai Raden Mas Syahid, Sunan Bonang atau
Raden Ibrahim (1449-1525). Adapun penjelasan tokoh-tokoh Wali Songo adalah sebagai berikut:

A. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)

Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki merupakan putra dari syekh Jumadil
Kubra (Maulana Akbar), dia adalah seorang ahli irigasi dan tata negara yang ulung.
Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M bertepatan
dengan masa kepemimpinan khalifah Turki Utsmani. Jauh sebelum beliau datang, islam
sudah ada walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah binti
Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082.

Syekh Maulana Malik Ibrahim memiliki tiga istri yaitu:

a.Siti Fatimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil, dirinya memiliki 2 anak yaitu
Mualana Moqfaro dan Syafirah Sarah.
b. Siti Maryam binti Syekh Subakir, darinya memiliki 4 putra, yaitu Abdullah, Ibrahim,
Abdul Ghafur, dan Ahmad.

c. Wan Jamilah binti Ibrahim Zinuddin Al-Akbar Asmaraqandi, darinya memiliki 2 anak,
yaitu Abbas dan Yusuf.

Dikalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek Bantal sangat
terkenal terutama di kalangan kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih tinggi.
Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat
hanya orang yang beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya di sisi Allah. Dia mendirikan
pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan menggenbleng para santri
sebagai calon mubaligh.

Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik
semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah
dan ladang. Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang wali songo yang dianggap sebagai ayah dari
wali songo. Beliau wafat di gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.Sunan Gresik menjadi wali
pertama dalam jajaran Wali Songo. Sunan Gresik ini memiliki banyak julukan. Mulai dari
sebagai bapak para wali hingga penyebar ajaran Islam pertama di pulau Jawa.

Beliau adalah bapak dari Sunan Ampel dan merupakan kakek dari Sunan Bonang dan
Sunan Drajat. Tidak diketahui secara pasti tanggal dan tahun kelahiran dari Sunan Gresik, tapi
beliau ini meninggal di tahun 1419, tepatnya pada hari Senin 12 Rabbiul Awwal 822 Hijriah.

Jika melihat dari silsilah keturunannya, Sunan Gresik ini merupakan keturunan ke-22 dari
Nabi Muhammad SAW melalui Siti Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib.Hingga
saat ini, asal usul Sunan Gresik sebenarnya masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan
kalau beliau ini keturunan Arab, tapi ada juga yang mengatakan beliau keturunan dari
Uzbekistan dan ada juga yang mengatakan asalnya dari Persia.Menurut Nur Amin Fatah di
dalam buku “Metode Dakwah Walisongo” menyatakan bahwa Sunan Gresik berasal dari Arab.
Beliau hijrah ke daerah Gujarat, India, lanjut berkelana ke Malaka. Setelah itu Sunan Gresik
sampai di tanah Jawa.

Sunan Gresik memulai dakwah melalui banyak hal. Contohnya seperti dalam bidang
perdagangan dan pendidikan. Mulanya, Sunan Gresik mulai berdagang di daerah Pelabuhan. Hal
ini dilakukan supaya masyarakat tidak kaget terhadap ajaran Islam yang diajarkannya.

Sembari mengajarkan agama Islam, Sunan Gresik juga mengajarkan cara bercocok tanam
pada masyarakat. Strategi-strategi yang dilakukannya ini adalah strategi dakwah damai.
Sehingga masyarakat menerimanya secara perlahan.

Ketika menetap di Desa Sawo, Gresik, Sunan Gresik membangun sebuah surau. Surau ini
berfungsi untuk tempat salat. Selain itu, surau ini juga digunakan sebagai pesantren sederhana.
Disinilah beliau menyebarkan sekaligus mengajarkan ajaran-ajaran Islam.

B. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi Candrawulan.
Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat dengan Surabaya. Di
antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan
pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan
dikenal sebagai Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.Menurut Babad
Diponegoro, sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Manjapahit, bahkan istrinya pun
berasal dari kalangan istana Raden Fatah, putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel.
Sunan Ampel tercatat sebagai perancang Kerajaan Islam di pulau Jawa. Dialah yang mengangkat Raden
Fatah sebagai sultan pertama Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung
Demak pada tahun 1479 bersama wali-wali lain.

Pada awal islamisasi pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat menganut keyakinan
yang murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan masyarakat seperti kenduri, selamatan, sesaji dan
sebagainya tetap hidup dalam sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk agama Islam.
Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk sementara semua kebiasaan tersebut harus
dibiarkan karena masyarakat sulit meninggalkannya secara serentak.

Akhirnya, Sunan Ampel menghargainya. Hal tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga
dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang
diberi warna Islam. Sunan Ampel salah seorang wali yang berjuang menegakkan Islam. Jasanya sangat
besar dalam menggelorakan dakwah dan jihad ditanah Jawa. Dan beliau wafat pada tahun 1478
dimakamkan disebelah masjid Ampel.

Melihat dari silsilah keluarga, beliau adalah anak dari putri Raja Champa. Sunan Ampel merupakan
keponakan dari Raja Majapahit. Bibinya adalah permaisuri Prabu Kertawijaya atau Brawijaya. Seperti
diketahui, Brawijaya mulai memerintah pada tahun 1447-1451.

Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Ampel. Salah satunya adalah lima ajaran dasar
yang beliau sampaikan. Ajaran ini bernama “moh limo” moh dalam bahasa Jawa berarti tidak, limo
berarti 5. Moh limo terdiri dari moh main (tidak berjudi), moh ngombe (tidak mabuk), moh maling (tidak
mencuri), moh madat (tidak candu pada obat-obatan) dan moh madon (tidak berzina).

C.    Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)


Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Beliau diperkirakan
lahir tahun 1465 M diampel dari seorang perempuan bernama Nyai Ageng Manila, putri seorang
adipati di Tuban. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap
sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara
Jawa Timur. Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur,
untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi muridnya berdatangan dari
berbagai daerah.

Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu
menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang
serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah
Islam, dengan menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali
tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukannya. Setiap
bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya
kini dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri
menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat yang melukiskan
suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun
1525 M.

Strategi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Bonang adalah pendekatan dengan akulturasi budaya.
Beliau memiliki keterampilan di bidang sastra dan seni. Hal ini membuat banyak orang menjuluki Sunan
Bonang dengan sebutan seniman yang mengajarkan Islam.Alat musik yang digunakan untuk media
dakwah adalah gamelan. Menurut beberapa sumber, nama Sunan Bonang berasal dari nama salah satu
gamelan yang beliau ciptakan. Gamelan tersebut alat music yang terbuat dari kuningan.
Gamelan berbentuk lingkaran dan memiliki sebuah tonjolan pada bagian tengahnya. Ketika gamelan
dipukul, akan menghasilkan bunyi merdu. Pemukulnya terbuat dari kayu. Gamelan ini bernama Bonang.

Permainan music Sunan Bonang mendapat perhatian dari masyarakat. Terbukti ketika beliau
memainkan alat music, masyarakat selalu berdatangan. Masyarakat daerah Tuban saat itu memang
kental dengan budaya Jawa nya.

Agama yang dianut oleh masyarakatnya adalah Budha dan Hindu. Strategi dakwah ini adalah salah satu
strategi yang tepat untuk melunakkan hati mereka.

D. . Sunan Giri

Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra
Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan Walisongo.
Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa,
Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat
dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer.
Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang
dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa
sunyi selama 40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada
pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan yang
dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto sampailah Raden Paku di daerah perbatasan
yang hawanya sejuk, lalu dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan pesantren Giri.
Tidak berselang lama hanya dalam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi seluruh
Nusantara. Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik
dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang tau bersama muridnya. Beliau juga
menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak
suweng dan lain-lain.

Sunan Giri adalah putra Syekh Maulana Ishaq. Ada beberapa nama yang dikenal selain Sunan
Giri. Seperti Muhammad Ainul Yaqin, Joko Samudro, Raden Paku dan Sultan Abdul Faqih.

Sunan Giri melakukan dakwah di bidang pendidikan. Selain itu, beliau juga berdakwah
menggunakan karya seni. Karya seni tersebut khusus beliau ciptakan.

Contohnya seperti permainan anak-anak dan tembang atau lagu. Beberapa permainan yang
dibuat oleh Sunan Giri antara lain adalah Gendi Gerit, Jelungan, Jamuran dan lain-lain. Tembang atau
lagu anak-anak yang diciptakannya adalah Gula Ganti, Jor, Padang Bulan, dan Cublak-cublak Suwe.

E. Sunan Drajat
Sunan Drajat memiliki nama asli Raden Qasim. Sunan Drajat lahir di Ampeldenta, Surabaya tahun 1470
M. Sunan Drajat adalah putra paling muda dari Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila. Sunan Drajat adalah
adik dari Raden Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang.

Sunan Drajat memiliki beberapa nama lain. Seperti Raden Syarifuddin, Masaikh Munat, Sunan Mayang
Madu, Pangeran Kadrajat, dan Maulana Hasyim. Pada tahun 1484, Sunan Drajat diberi sebuah gelar oleh
Raden Patah dari Demak.Gelar tersebut adalah Sunan Mayang Madu. Selain memberikan gelar, Raden
Patah juga memberikan hal lain. Raden Patah memberikan tanah perdikan kepada Sunan Drajat.

Dalam berdakwah untuk menyiarkan ajaran agama Islam, beliau menerapkan cara dan strategi tertentu
agar setiap orang yang mendengar dakwahnya bisa memahami dengan benar dan tertarik belajar Islam.

Berikut ini beberapa metode yang diterapkan beliau dalam menyiarkan ajaran Islam.
1. Tidak Segan untuk Terjun Langsung ke Masyarakat

Metode dakwah yang diterapkan oleh beliau yaitu dengan terjun langsung ke masyarakat. Dengan
begitu, segala permasalahan yang terjadi di masyarakat dapat diatasi dan diselesaikan dengan tepat dan
efektif.

2. Menggunakan Metode Kesenian

Salah satu metode yang digandrungi oleh masyarakat setempat yaitu dengan metode kesenian.

Beliau menciptakan tembang Pangkur sebagai metode untuk berdakwah, sehingga masyarakat
setempat menjadi lebih tertarik untuk mendengar dan belajar Islam.

3. Menggunakan Filosofi Sendiri

Sunan Drajat dikenal sebagai seseorang yang sangat cerdas.

Oleh karena itu, dalam berdakwah, beliau sering menggunakan filosofi sendiri yang dikenal dengan
sebutan ketujuh sap tangga.

F. Sunan Kalijaga
Wali Songo: Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said. Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1450 M. Sunan
Kalijaga adalah seorang putra dari Tumenggung Wilatiktam Bupati Tuban. Perjalanan Sunan Kalijaga
untuk menjadi wali tidaklah mulus.

Pada masa muda, beliau adalah seorang bromocorah. Bromocorah adalah sebutan untuk
penjahat. Semasa muda, beliau adalah remaja yang nakal.

Sunan Kalijaga suka minum minuman keras dan berjudi. Selain itu, beliau juga suka mencuri.
Sunan Kalijaga juga telah melakukan banyak perbuatan buruk.

Suatu ketika, Sunan Kalijaga ingin merampok seseorang. Kebetulan, orang yang ia rampok
adalah Sunan Bonang. Melalui pengaruh-pengaruh dari Sunan Bonang inilah yang membuat Sunan
Kalijaga dapat bertaubat.

Setelah kejadian itu, Sunan Bonang menjadi guru spiritual Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga
memulai dakwahnya di Cirebon, tepatnya di Desa Kalijaga. Beliau akan menyebarkan agama Islam pada
penduduk Pamanukan dan Indramayu.
Sunan Kalijaga berdakwah dengan pendekatan seni dan budaya. Beliau berdakwah dengan
mendalang. Beliau membuat pertunjukan yang tidak mematok harga bagi siapa saja yang melihat.
Strategi dakwah ini ternyata berhasil di masyarakat.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.
Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung
Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ‘kungkum’ di
sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab
“qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan. Raden Sahid
sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa
menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari makanan
dari gudang kadipaten dan dibagikan kepada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum
yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir.

Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan
Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di depan
kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan
Kalijaga.

G. Sunan Kudus
Wali songo: Sunan Kudus

Sunan Kudus memiliki nama Ja’far Shadiq. Beliau adalah santri paling pesohor alumni Pesantren
Ampeldenta yang didirikan oleh Sunan Ampel. Sunan Kudus lahir dari keluarga bangsawan di kerajaan
Demak.

Ketika melihat silsilah keluarga, Sunan Kudus memiliki silsilah sampai ke nasab Nabi Muhammad
SAW melalui jalur Husain bi Ali RA. Ayah Sunan Kudus adalah Usman Haji bin Ali Murtadha. Ayahnya
merupakan saudara kandung dari Sunan Ampel.

Strategi dakwah yang dilakukan Sunan Kudus juga mendekati masyarakat. Sunan Kudus mulai
menyelami dan memahami apa saja kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat. Itulah sebabnya
Sunan Kudus mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan pada proses dakwahnya.

Selain itu, Sunan Kudus juga mengajarkan membuat pande besi dan kerajinan emas. Beliau juga
mengajarkan bagaimana cara membuat keris pusaka. Tidak hanya itu, Sunan Kudus juga mengajarkan
hukum-hukum agama Islam dengan tegas.

Itulah nama Wali Songo dengan beragam strategi dakwahnya. Berdakwah dan mengajarkan
suatu hal bukan lah hal yang mudah. Berkat Wali Songo, ajaran Islam dapat berkembang dan besar
hingga saat ini.

Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis, Palestina, dan
pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban di Palestina. Atas jasanya itu, oleh
pemerintah Palestina ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus
mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat)
permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549,
masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitarnya
diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan
dakwah dengan pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan. Yang paling
terkenal adalah Gending Makumambang dan Mijil. Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai
berikut:

a.    Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan

1.    Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah

2.    Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama islam

3.    Tut Wuri Handayani

4.    Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.

b.    Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama
Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.

c.    Merangkul masyarakat Budha

H. Sunan Muria

Wali songo: Sunan Muria


Sunan Muria memiliki nama asli Raden Umar Said. Sunan Muria terlibat ketikan pemilihan Raden
Patah sebagai pemimpin perdana kerajaan Islam di Jawa. Meskipun sosok yang berpengaruh di
Kesultanan Demak, Sunan Muria lebih senang tinggal di daerah terpencil.

Sunan Muria senang bergaul dengan rakyat jelata. Beliau mengajarkan berbagai keterampilan
pada masyarakat. Seperti bercocok tanam, kesenian, sampai berdagang. Sebutan Sunan Muria diberikan
lantaran beliau menetap di Gunung Muria.

Gunung Muria berada di pantai utara Jawa Tengah. Tepatnya di sebelah timur laut dari Kota
Semarang. Gunung Muri aini masuk ke dalam wilayah di Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara dan
Kabupaten Pati.

Salah satu strategi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Muria adalah tradisi bancakan. Gunanya
tumpeng di dalam tradisi tersebut diubah menjadi kenduri. Fungsinya untuk mengirim doa kepada
leluhur melalui doa-doa Islam.

Sunan Muria juga mengembangkan dakwah dengan seni. Hal ini serupa dengan jejak ayahnya,
Sunan Kalijaga. Sunan Muria mengembangkan penulisan tembang cilik atau sekar alit.

Penulisan tersebut berjenis Sinom dan Kinanthi. Tembang cilik ini masih populer hingga saat ini
di kalangan masyarakat Jawa. Dari usia muda sampai tua mengetahui tembang ini

Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaaan
Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat
kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota
Kudus sekarang).Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya
Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat
menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran
dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali
yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah
yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan
nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.

Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk


mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat
jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal
sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

I. Sunan Gunung Jati

Wali songo: Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung jati memiliki nama Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati adalah seorang ulama
Wali Songo. Beliau termasuk majelis pendakwah agama Islam pada abad ke-14 M.

Sunan Gunung Jati juga merupakan Sultan Cirebon tahun 1479 – 1568. Sunan Gunung Jati diberi
gelar Susuhunan Jati. Sunan Gunung Jati mulai berdakwah di daerah Cirebon, Jawa Barat.
Strategi dakwah yang beliau lakukan adalah jalur perkawinan. Menurut sebuah sumber, tidak
kurang dari 6 perempuan beliau jadikan isti. Pada awal mula, Sunan Gunung Jati menikahi Nyai Babadan,
putri dari Ki Ageng Gedeng Badadan.

Pendekatan lain yang dilakukan untuk berdakwah adalah memperkuat kedudukan politik.
Sekaligus memperluas hubungannya dengan tokoh yang berpengaruh di daerah Cirebon, Demak dan
Banten.

Legitimasi kekuasaan politik dan spiritual dari rakyat membuat Sunan Gunung Jati terus
melanjutkan dakwahnya dengan yakin. Sebagai penguasa Cirebon saat itu, Sunan Gunung Jati berhasil
mencapai kesejahteraan masyarakat di sepanjang pesisir pantai Cirebon. Pada saat itu, wilayah
Pelabuhan berada di bawah kekuasaan Pajajaran yang masih tertutup

.Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa,
terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif
Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan
Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Setelah selesai menuntut ilmu pasa
tahun 1470 dia berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya.

Syarifah Mudain minta agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana
mereka membangun pesantren untuk meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif gurunya pangeran
Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia
dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran
Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam
dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain.

Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan
Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama
Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat,
seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
KESIMPULAN:

Walisongo telah mewariskan beragam karya dan perjuangan yang


terekam jelas melalui jejak-jejak yang saat ini masih dapat kita jumpai. Karya
monumental Walisongo yang ada sampai saat ini adalah agama Islam masuk ke
Nusantara tanpa kekerasan atau peperangan, yang berbeda dengan sejarah
masuknya Islam di negara-negara lain yang diawali dengan peperangan.
Perkembangan Islam di Indonesia tak bisa dilepaskan dari dakwah era
Walisongo. Yang dilakukan oleh Walisongo dan sukses adalah mengislamkan
Nusantara dengan caracara damai melalui akulturasi kebudayaan atau dengan
penghargaan terhadap tradisi lokal.

Ringkasan Singkat Wali Songo (Ulasan Singkat 9 Wali / Walisongo)

Ada empat pendapat mengenai arti Walisongo.

Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah “wali”


yang ada sembilan, atau “sanga” dalam bahasa Jawa.

Kedua menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata “tsana”


yang dalam bahasa Arab berarti mulia.
Ketiga menyebut kata “sanga” berasal dari bahasa Jawa, yang berarti
tempat.

Keempat mengatakan bahwa “Walisongo” adalah sebuah majelis dakwah


di Nusantara (yang meliputi Indonesia, Malayu/Malaysia, dan sekitarnya) yang
pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun
1404 Masehi (808 Hijriah)

Anda mungkin juga menyukai