Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA WALISONGO

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Sejarah Pendidikan Indonesia

Dosen Pengampu:
Khairul Tri Anjani, M.Pd.

Oleh:
Guntur Fazrurrahman NPM. 201715500244

KELAS S4A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS SEJARAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Khairul Tri Anjani sebagai dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Indonesia yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir Kata semoga makalah sederhana dapat dipahami dengan baik dan bermanfaat
khususnya bagi saya dan teman teman, serta pemerhati pendidikan pada umumnya.

Depok, 3 Juli 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 5
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pendidikan Islam…………………………................................... 6
2.2 Peran Walisongo Dalam Penyebaran Agama Islam di Indonesia…....... 7
2.3 Metode dan Konsep Pendidikan Islam Pada Masa Walisongo.……....... 10
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 13
3.2 Saran……………………………………………………………........... 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia, baik yang berbentuk jasmaniyah maupun
rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah,
dan alam semesta. Pendidikan islam di indonesia tidak jauh dari pedagang dan para musafir dan
kiai untuk berdakwah dan menyebarkan agama islam. Mereka segera menciptakan Islam di
Indonesia dan menunjukkan kepada orang Jawa untuk menyebarkan Islam. Strategi penyampaian
amalan islami diberikan dengan tata cara yang sesuai dengan praktek yang dilakukan secara
pribadi sehingga efektif dirasakan oleh masyarakat sekitar tidak menimbulkan pergumulan.
Dakwah ini kemudian dikenal sebagai Walisongo. Walisongo pula mengenalkan dan menyebarkan
konsep pendidikan islam.
Walisongo berarti sembilan wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,
Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta
Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain
mempunyai keterkaitan erat, bila bukan ikatan darah pasti dalam hubungan guru-murid. Mereka
tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting.
Yakni Surabaya-Gersik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta
Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada
masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradapan baru: mulai dari kesehatan, bercocok
tanam, niaga kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu–Budha dalam budaya Nusantara
untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia,
khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan, namun peranan mereka yang
sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas, serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak
disebut dibanding yang lain.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian sistem pendidikan islam?
b. Bagaimana peran Walisongo dalam penyebaran agama islam di Indonesia?
c. Bagaimanakah metode dan konsep pendidikan islam pada masa Walisongo?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui seperti apakah sistem pendidikan islam.
b. Untuk mengetahui peran Walisongo dalam penyebaran agama islam di Indonesia.
c. Untuk mengetahui bagaimanakah metode dan konsep pendidikan islam pada masa
Walisongo?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pendidikan Islam

Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib,
riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tesendiri
serta identik terhadap lembaga pendidikan yang bernuansa islam. Namun, kesemuanya akan
memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya sudah
mewakili istilah yang lain. Atas dasar itu dalam beberapa buku pendidikan islam, semua istilah
itu digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendididkan islam.
Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi.
Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan,
karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi
pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam
sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam
sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara
profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada
pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan
kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-
nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik
yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.

6
2.2 Peran Walisongo Dalam Penyebaran Agama Islam Di Indonesia

Penyebaran agama islam di jawa tidak bisa dipisahkan dari perananan para wali. Jumlah
para wali yang terkenal adalah sembilan, yang dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan wali
songo. Dalam upaya menyebarkan Islam para wali tetap mempertahankan tradisi lama yang telah
dikenal masyarakat. Bahkan mereka berhasil mengaktualisasikan fenomena budaya lama yang
disesuaikan dengan ajaran islam, tanpa dirasakan sebagai sesuatu yang asing oleh etnis Jawa.
Sejarah walisongo berkaitan dengan penyebaran Dakwah Islamiyah di Tanah Jawa.
Sukses gemilang perjuangan para Wali ini tercatat dengan tinta emas. Dengan itu agama Islam
kemudian dianut oleh sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan, dan
pegunungan. Kegiatan penyebaran Islam yang dilakukan Walisongo melalui 3 sarana diantara nya:
1. Peranan Perdagangan dalam Proses Penyebaran Islam
Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia. Adapun
kota pelabuhan dagang yang berperan besar dibidang penyebaran agama Islam
diabad ke-16 adalah Malaka. Saat para pedagang muslim menunggu perubahannya
arah angin untuk menuju tempat tertentu dalam berlayar, mereka memanfaatkan
waktu luangnya untuk menyebarkan Islam kepada para pedagang dari daerah lain,
termasuk pedagang Indonesia.
2. Peranan Perkawinan dalam Proses Penyebaran Islam
Perkawinan juga memegang penting dalam penyebaran agama Islam. Banyak
pedagang Arab, Persia dan Gujarat menikah dengan wanita Indonesia, terutama
putri bangsawan atau raja. Misalnya Syeh Maulana Ishak menikahi Dewi
Sekardadu, putri raja Blambangan yang menurunkan Sunan Giri. Sunan Ampel
menikahi Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung Majapahit yang berkuasa di
Tuban, menurunkan Sunan Bonang dan Sunan Drajat, dsb. Dengan cara ini, banyak
yang ikut memeluk Islam
3. Peranan Pendidikan dalam Proses Penyebaran Islam
Proses penyebaran agama Islam melalui pendidikan berupa pendidikan di pondok-
pondok pesantren. Para santri yang telah lulus merupakan ujung tombak
penyebaran Islam didaerahnya masing-masing

7
2.3 Metode Dan Konsep Pendidikan Islam Masa Walisongo

Dahulu di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha, dan terdapat
berbagai kerajaan Hindu dan Budha, sehingga budaya dan tradisi lokal saat itu kental diwarnai
kedua agama tersebut. Budaya dan tradisi lokal itu oleh Walisongo tidak dianggap “musuh agama”
yang harus dibasmi. Bahkan budaya dan tradisi lokal itu mereka jadikan “teman akrab” dan media
dakwah agama, selama tak ada larangan dalam nash syariat.
Mempelajari metode dakwah Nabi Muhammad, sahabat, dan ulama salaf sebagai
perbandingan. Setelah diteliti, ternyata dakwah Walisongo yang bijak dan halus sesuai dengan
dakwah Nabi. Dakwahnya sesuai ayat di bawah ini:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S.An-Nahl),
Secara rinci, metode yang dilakukan Walisongo adalah:
1. Sunan Gresik(Maulana Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang
mendakwahkan Islam di Jawa, dianggap sebagai ayah dari walisongo. Ia dijuluki
Syekh Maghribi/Sunan Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu
adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan
kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis.
Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan
rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari
gunung untuk mengairi sawah dan ladang. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok
tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa
yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia
membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419.

8
2. Sunan Ampel (Raden Rahmad)
Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim yang tertua, ia
membangun mengembangkan pondok pesantren di daerah Ampel Denta yang
berawa-rawa. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan
Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang sangat berpengaruh
di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan
Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah
ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi, namun pada para santrinya,
beliau hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada
penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh
main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk
“tidak berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan
narkotika, dan tidak berzina Sejak saat itu ia dikenal sebagai pelopor lembaga
pendidikan islam pertama yang dikenal saat ini dengan istilah pondok pesantren.
3. Sunan bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Tak
seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran
ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih,
usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan
Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.
Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat ‘cinta’. Sangat mirip dengan
kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman,
pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al
yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian
yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan
murid utamanya, Sunan Kalijaga.
Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan
estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan
Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya

9
ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan
transedental (alam malakut). Tembang “Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan
Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai
membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan
tafsir-tafsir khas Islam.
4. Sunan Drajat (Raden Qasim)
Beliau menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Beliau
mendirikan pesantren yang bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran,
Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara
langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Tembang macapat Pangkur
disebutkan sebagai ciptaannya. Ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah
suluk petuah “berilah tongkat pada si buta, beri makan pada yang lapar, beri pakaian
pada yang telanjang”.Gamelan Singomengkok adalah salah satu peninggalannya
yang terdapat di Musium daerah Sunan Drajat, Lamongan.
5. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)
Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu
fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia
yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan
ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.
Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan gurunya Sunan Kalijaga: sangat
toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus.
Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:
a. Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan
1) Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
2) Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan agama
islam
3) Tut Wuri Handayani
4) Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung
diubah.
b. Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena

10
dalam agama Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.
c. Merangkul masyarakat Budha Selain masjid, Sunan Kudus juga mendirikan
padasan tempat wudlu dengan pancuran yang berjumlah delapan, diatas
pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan
dengan ajaran Budha.
d. Selamatan Mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi
6. Sunan Giri (Ainul Yaqi Atau Raden Paku)
Beliau mendirikan pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit,
namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Dalam keagamaan, ia
dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun
menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar
biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut
sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang
bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
7. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat
dekatnya, Sunan Bonang. Ia memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana
untuk berdakwah penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai
kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada
awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga
adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari
cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama
dan nama-nama pahlawan Islam.
Beliau sangat toleran pada budaya lokal, ia berpendapat bahwa masyarakat
akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara

11
bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika
Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Sunan Kalijaga jugalah yang menciptakan Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg
maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota
berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga.
Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat
terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan
rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam,
berdagang dan melaut adalah kesukaannya.
Sunan Muria dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai
masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat
diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara,
Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni
adalah lagu Sinom dan Kinanti.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati sebelum meletakkan dasar agama Islam dan bagi perdagangan
orang Islam, terlebih dahulu telah menunaikan rukun ke-5 naik haji ke Mekkah
sebelum tiba di Kerajaan Sultan Demak. sebagai haji yang shaleh dan sebagai
mufasir yang mengenal percaturan dunia ia mendapat sambutan hangat di kerajaan
itu.
.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian Pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik,
yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah
manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi
Muhammad SAW, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Latar belakang pendidikan islam tidak lepas dari proses masuknya islam ke Indonesia yang
dibawa oleh para Walisongo. Meskipun mengalami beberapa penolakan dari penduduk lokal
yang kemudian dilakukan penelitian dengan hasil mentransformasikan budaya islam kedalam
budaya Hindu dan Buddha waktu itu, yang dahulu mengadopsi istilah mandala berubah
menjadi pondok.
Walisongo berkontribusi besar terhadap kemajuan dan peradaban bangsa Indonesia dalam
bidang pendidikan,melalui gerakan dan kontribusi berhasil membuat sebuah konsep
pendidikan yang ideal,orisinil serta akomodatif terhadap tradisi dan budaya bangsa Indonesia.
.
3.2 Saran
Dalam menelusuri lebih jauh tentang peran wali songo terhadap peradaban Islam di
Indonesia, kita perlu memiliki literatur dan bahan bacaan serta menuntut ilmu, agar
pengetahuan kita tentang peran wali songo tidak hanya terpaku pada satu masalah saja, akan
tetapi secara luas dan menyeluruh. Demikianlah makalah ini kami buat, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, 2009, tonggak sejarah kebudayaan islam 3, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Daulay, Putera, Haidar, 2009, Pemberdayaan Pendidikanislam di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

Muhaimin, 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers,.

Munir, Samsul, 2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah Suyanto, 2010, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta: Kncana Prenada Media.

Qamar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, PT


Gelora Aksara Pratama.

Sutrisno, Hadi, Budiono, 2009, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Jawa, Yogyakarta: Graha
Pustaka.

Su’ud, Abu, 2003, Islamologi (Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia),
Jakarta: PT Rineka Cipt.

14

Anda mungkin juga menyukai