Anda di halaman 1dari 9

Sejarah dan Sistem Pendidikan Zaman

Demokrasi Liberal Dan Terpimpin

Oleh Kelompok 9

REZA ARIF MUNA N D A R ( 2020155 0 00 2 8 )


MUHAMMAD HALLA AWAMY ( 202015500295 )
BAY U PANG E S TI ( 2020155 0 01 4 8 )
ADINDA NUR FADILL A H ( 2020155 0 01 7 6 )
Sejarah Pendidikan Zaman Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal adalah demokrasi yang segala keputusan dan pemikirannya diambil dari hak
setiap individu dan setelah itu pemimpin Negara sebagai perestu atas keputusan dan pemikiran
tersebut.
Pada tahun 1959 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan untuk menjaga agar arah pendidikan
tidak menuju ke pembentukan manusia liberal yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa
dan semangat bangsa Indonesia. Salah satu tugas revolusi untuk membangun manusia Indonesia
yang tidak terjerumus dalam mental "Liberal
Kebijakan Pendidikan pada masa Demokrasi Liberal
Dapat dikatakan pada masa ini stabilitas politik menjadi sesuatu yang langka, demikian halnya dengan
program yang bisa dijadikan tonggak, tidak bisa dideskripsikan dengan baik. Selama masa demokrasi
liberal, sekitar sembilan tahun, telah terjadi tujuh kali pergantian kabinet. Kabinet Natsir yang
terbentuk tanggal 6 September 1950, menunjuk Dr. Bahder Johan sebagai Menteri Pengajaran
Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K). Mulai bulan April 1951 Kabinet Natsir digantikan Kabinet
Sukiman yang menunjuk Mr. Wongsonegoro sebagai Menteri PP dan K. Selanjutnya Dr. Bahder Johan
menjabat Menteri PP dan K sekali lagi, kemudian digantikan Mr. Mohammad Yamin, RM. Soewandi, Ki
Sarino Mangunpranoto, dan Prof. Dr. Prijono. Pada periode ini, kebijakan pendidikan merupakan
kelanjutan kebijakan menteri periode sebelumnya. Yang menonjol pada era ini adalah lahirnya
payung hukum legal formal di bidang pendidikan yaitu UU Pokok Pendidikan Nomor 4 Tahun 1950.
Adapun Kebijakan Pendidikan pada masa Demokrasi Liberal diantara adalah diterapkannya
desentralisasi pendidikan, dimana pendidikan jenjang SMA sederajat menjadai tangung jawab
pemerintah pusat, sedangkan jenjang SMP kebawah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Selain itu masa demokrasi liberal juga berfokus pada pembangunan perguruan tinggi, dan diharapkan
tiap daerah mempunyai perguruan tinggi. Namun, untuk anggaran pendidikan pada masa demokrasi
liberal sangat sedikit, karena hanya sebanyak 5,1 % dari APBN, bahkan hal ini sangat jauh dari
anggaran pendidikan yang dikeluarkan pada masa kolonial yang mencapai 9,3 % dari APBN.
Penyelenggara pendidikan pada
Zaman Demokrasi Terpimpin
1. Sapta Usaha Tama(SUT) (SUT merupakan intruksi 2. Panca Wardhana Instruksi Menteri Pendidikan
menteri muda pendidikan pengajaran dan kebudayaan. Dasar dan Kebudayaan No. 2, 17 Agustus 1961.
Dikeluarkan 17/8 1959, sebagai usaha menyesuaikan
pendidikan nasional dengan pertimbangan politik pada Prinsip-prinsip:
masa itu)
1. Perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral
Usaha tersebut terdiri dari 7 Usaha: nasional/ internasional/ keagamaan;
a. Penertiban aparatur dan usaha-usaha Departemen PP
dan K 2. Perkembangan inteligensi
b. Meningkatkan seni dan olahraga 3. . Perkembangan nasional artistik atau rasa
c. Mengharuskan “usaha halaman” keharusan dan keindahan lahir batin
d. Mewajibkan usaha-usaha koperasi 4. . Perkembangan keprigelan(kerajinan tangan)
e. Mengadakan kelas masyarakat, serta 5. Perkembangan jasmani.
f. Membentuk regu kerja di kalangan SLA dan Universitas
g. Mengharuskan penabungan
Tujuan pendidikan pada tahun1959 - 1965
(Demokrasi Terpimpin)
1. Tujuan pendidikan pada masa ini masih sama dengan sebelumnya yaitu sesuai UU No. 12 Tahun 1954 untuk
membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
2. Kurikulum yang berlaku pada saat itu adalah Kurikulum Tahun 1964 (Rentjana Pendidikan) yang merupakan
penyempurnaan dari rencana pelajaran sebelumnya, dalam rencana ini, pemerintah menfokuskan pada
pengembangan (Pancawardhana).
Sistem Pendidikan zaman demokrasi terpimpin.
Sejak tahun 1962 sistem pendidikan untuk SMP Jika melihat jenjang persekolahan sampai
dan SMA mengalami perubahan. Suatu hal yang pembagian di SMA tersebut, tampak jelas bahwa
menarik dalam kurikulum SMP baru ini ialah mereka dipesiapkan untuk memasuki perguruan
ditambahkan dua mata pelajaran baru, yakni tinggi, dan bukan dipersiapkan untuk terjun
mata pelajaran Ilmu Administrasi dan dalam masyarakat setelah selesai pendidikan
Kesejahteraan Keluarga SMA. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu
sebab terjadinya eksplosi di bidang perguruan
Sistem pendidikan di SMA mendapat pula tinggi di negeri ini.
perubahan sejak tahun 1962. Dengan sistem
baru ini SMA mempunyai satu jenis kelas 1. Hal
ini dimaksudkan agar setiap pelajar mendapat
kesempatan untuk memilih minat(walaupun
hanya satu tahun) jurusan-jurusan mana yang
sesuai dengan bakatnya, karena mulai masuk di
kelas II mereka telah dibagi-bagi sesuai dengan
jurusan atau penggolongan: Budaya, Sosial, Serta
Ilmu Pasti dan Alam. Selain itu, kepada guru
diberi tugas bimbingan bagi para pelajar di
samping tugas sebagai pengajar biasa.
Sejak tahun 1959, di bawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof.
Dr. Prijono, disusun suatu rencana pengajaran yang disebut Sapta Usaha
Tama,

Penertiban aparatur dan usaha-usaha Mulai tahun 1962, sistem pendidikan SMP dan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, SMA mengalami perubahan dalam kurikulum
SMP baru ditambahkan mata pelajaran Ilmu
-Meningkatkan seni dan olahraga, Administrasi dan Kesejahteraan Masyarakat.
-Mengharuskan usaha halaman, Adapun pada sistem pendidikan SMA
dilakukan penjurusan mulai Kelas II, yaitu
-Mengharuskan penabungan, Jurusan Budaya, Sosial, serta Ilmu Pasti dan
Alam. Melihat pembagian di SMA seperti itu
-Mewajibkan usaha-usaha koperasi, menunjukkan bahwa mereka dipersiapkan
untuk memasuki peguruan tinggi. Tentang
-Mengadakan Kelas Masyarakat, dan penyelenggaraan seni dan olahraga ditentukan
-Membentuk regu kerja di kalangan SLTP/SLTA kewajiban mempelajari dan menyanyikan 6
dan Universitas (enam) lagu nasional, selain lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Olah raga sepak bola dan bola
voli banyak dikembangkan.
Konsep ‘Usaha Halaman’
Konsep ‘usaha halaman’ adalah usaha yang dapat dilakukan di halaman sekolah maupun rumah,
yang hasilnya dapat dibuat sebagai penambah pangan. Usaha halaman sekolah berlaku untuk
semua tingkat sekolah negeri maupun swasta. Gerakan menabung bagi setiap murid dilakukan
pada bank tabungan pos, kantor pos, atau kantor pos pembantu. Cara penabungan diatur oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan Direksi Bank Tabungan Pos. usaha ini
untuk mendidik anak berhemat, selain untuk pengumpulan dana masyarakat. Gerakan koperasi
sekolah juga digiatkan. Murid aktif dalam penyelenggaraan koperasi. Kepala sekolah dan guru
sebagai pengawas dan penasehat koperasi. Suatu Kelas Masyarakat yang waktu pendidikannya 2
tahun dibentuk untuk menampung lulusan sekolah rakyat yang karena sesuatu hal tidak dapat
melanjutkan sekolah. Mereka dididik dalam kelas masyarakat ini untuk mendapat keterampilan.
Sekitar tahun 1960-an, di kalangan pendidikan muncul masalah yakni usaha PKI untuk menguasai
organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hal ini menimbulkan perpecahan di
kalangan guru dan PGRI. Perpecahan PGRI bertepatan dengan dilancarkannya sistem pendidikan
baru oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sistem baru itu adalah Pancasila dan
Pancawardhana
PERBEDAAN MENDASAR PENDIDIKAN PADA MASA
DEMOKRASI LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN
Pada masa Demokrasi Liberal terjadi pada tahun 1950-1959, yang identik dengan tujuh era
kepemimpinan perdana menteri. Konsep pendidikan masa Demokrasi Liberal menitikberatkan
pada spesialisasi mulai disusun, hal ini karena bangsa Indonesia dianggap tertinggal dalam
pengetahuan dan teknik. Penyusunan konsep pendidikan menggunakan perbandingan 3:1 bagi
pendidikan umum dan teknik, di mana bagi tiap tiga sekolah umum, diadakan satu sekolah teknik.

Sedangkan, pada masa Demokrasi Terpimpin yang terjadi pada tahun 1959-1965 untuk tingkat
sekolah menengah terdapat perubahan. Pada tingkat SMP, ditambahkan dua pelajaran baru yakni
ilmu administrasi dan kesejahteraan keluarga. Adapun pada tingkat SMA, mulai kelas 11 dilakukan
penjurusan atau penggolongan, yaitu budaya, sosial, serta ilmu pasti dan alam. Adanya jenjang
persekolahan dan pembagian jurusan memperlihatkan para siswa dipersiapkan memasuki
perguruan tinggi setelah lulus SMA.

Anda mungkin juga menyukai