Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini maju dengan pesat.
Proses keterhubungan seluruh dunia cepat dan berdampak luar biasa, tidak dapat dibendung
yang mempunyai daya mengubah sangat kuat. Kompleksitas permasalahan yang muncul yang
harus dihadapi masyarakat menuntut adanya sumber daya manusia yang handal,lebih-lebih
dalam menghadapi era globalisasi. Kemajuan di bidang elektronika misalnya televisi
berpengaruh besar terhadap kehidupan anak- anak dan hampir setiap rumah mempunyai pesawat
televisi.
Situasi seperti itu, menuntut para guru untuk bekerja lebih keras lagi. Guru harus mencari kiat-
kiat atau jurus-jurus baru dan strategi yang tepat, agar proses pembelajaran lebih menarik dan
berhasil. Dengan kata lain guru harus aktif, banyak ide dan kritis terhadap situasi yang ada.
Pemerintah pun berupaya untuk meningkatkan kualitas para siswa sekolah dasar, khususnya
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk itulah semua tokoh yang berperan
dalam pendidikan berupaya melakukan pembaharuan pelajaran IPS agar pendidikan IPS di
Indonesia semakin maju. Berhubungan dengan hal tersebut maka penulis akan mengkaji
pembaharuan pendidikan IPS di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan Ilmu Pengetahuan Sosial ?
2. Tujuan apa yang ingin dicapai dalam pendidikan IPS di Indonesia ?
3. Apa saja perbedaan latar belakang pendidikan IPS di Indonesia dengan Amerika, Inggris
dan Australia ?
4. Bagaimana upaya dan hambatan pembaharuan pendidikan IPS di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Mengetahui tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan IPS di Indonesia.
3. Dapat mengetahui perbedaan latar belakang pendidikan IPS di Indonesia dengan
Amerika, Inggris dan Australia.
4. Mengetahui upaya dan hambatan pembaharuan pendidikan IPS di Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada
hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain
yang relevan untuk tujuan pendidikan. Artinya, berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk
konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial-budaya
untuk kepentingan pendidikan.
Terdapat beberapa definisi lain tentang IPS. Richard E. Gross dalam Masruri (2008)
menyatakan bahwa IPS adalah dasar pendidikan sosial, dalam mempersiapkan fungsi warga
negara dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan masing-masing
warga negara tersebut dapat tumbuh secara personal antara yang satu dengan yang lainnya secara
baik, dan dalam berkontribusi pada kebudayaan yang akan datang.
Muriel Crosby dalam Soemantri (2001) menyatakan bahwa IPS diidentifikasi sebagai studi
yang memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih baik bagi dirinya
dan anggota keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah- masalah, bagaimana orang
hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah oleh lingkungannya.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan pertama bahwa IPS merupakan mata pelajaran
yang berkaitan dengan kehidupan individu baik sebagai warga negara maupun masyarakat.
Individu yang diharapkan dalam IPS adalah individu yang saling berinteraksi antara yang satu
dengan yang lainnya. Interaksi yang diharapkan adalah interaksi yang bisa membangun
kehidupan yang lebih baik. Sebab secara sosiologis dan politis, apabila individu-individu
tersebut memiliki yang baik, secara otomatis menunjukkan sebagai warga negara yang baik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
B. Tujuan Pendidikan IPS di Indonesia
Berdasarkan pada falsafah negara telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang
sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan
kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang
akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan
tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitan dengan hal tersebut,
kurikulum 2010 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial, bertujuan untuk:
1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan sosial.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Asmawi. 1994) adalah
membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
negara Sedangkan Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada
tingkah laku para siswa, yaitu :
a. Pengetahuan dan pemahaman
b. Sikap hidup belajar
c. Nilai-nilai sosial dan sikap
d. Keterampilan
C. Perbedaan Latar Belakang Pendidikan IPS Indonesia dengan Amerika, Inggris dan
Australia
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara
asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum
sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi
Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga
mesin.
Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat
berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda.
Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang
merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang
didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru
setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang
Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk
menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut
merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar
kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras
tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian
Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah
Komisi Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang
perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah
menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam
ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan
Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi
oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah
meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik,
dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup
bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial
di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah
dasar dan menengah.
Sedangkan di Australia latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum
sekolah karena adanya kesadaran yang semakin meningkat di kalangan penduduk Australia
terhadap masalah-masalah ekonomi, poltik, lingkungan, sosial dan masalah-masalah pribadi
yang memerlukan adanya kemampuan untuk mengatasinya.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak
terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan
G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang
pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I
(1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional
dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan
pembangunan nasional.
D. Upaya Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia
a. Pembaharuan kurikulum
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak
lahirnya Kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat
persekolahan mneggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa
itu. Pembaharuan kurikulum IPS di Indonesia diantaranya :
o Kurikulum 1964 menggunakan istilah Pendidikan Kemasyarakatan. Ada dua
kelompok mata pelajaran, ialah kelompok dasar yang terdirir atas Sejarah
Indonesia dan Geografi Indonesia, Bahasa Indonesia dan Civics dan kelompok
cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia. Dan kemudian
digabungkan selanjutnya berubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara yang
merupakan korelasi dari ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan kewargaan negara.
o Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran sebagai
akibat perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran di sekolah dibedakan
menjadi pendidikan jiwa Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar dan pembinaan
kecakapan khusus.
o Pada tahun 1975, lahirlah Kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga jenis
pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan
keahlian khusus. Dalam Kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan fusi (perpaduan)
dari mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Selain mata pelajaran IPS,
pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri ialah
Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam Kurikulum 1975, IPS termasuk
kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok pendidikan
umum. Namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan
nilai-nilai berdasarkan filsafat Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata
pelajaran IPS pun berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.
o Menjelang adanya perbaikan Kurikulum 1975, tahun 1980 muncul bidang studi
PSPB, gagasan dari Mendikbud mata pelajaran ini hampir sejenis dengan IPS
Sejarah dan PMP. Upaya perbaikan Kurikulum IPS 1975 (KYD) baru terwujud
pada tahun 1984.
o Kurikulum IPS 1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki
kelemahan-kelmahan Kurikulum 1975. Ditinjau dari segi pendekatan
(metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan 1984 menggunakan
pendekatan integrative dan structural untuk IPS SMP dan pendekatan disiplin
terpisah (separated disciplinary approach) untuk SMA. Sedangkan pendekatan
untuk IPS Sekolah Dasar (SD) lebih mirip menggunakan integrative (integrated
approach).
o Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum 1994
dinyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial
yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata
negara, dan sejarah. Untuk IPS SD, bahan kajian pokok dibedakan atas dua
bagian, ialah pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial
meliputi lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan
bahan kajian sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa
lampau hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam Kurikulum IPS
Sekolah Dasar 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni
dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran
umum bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru
menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini,
menunjukkkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau
kekuasaan otonom yang cukup besar terhadap guru.
o Memasuki Abad 21 yang ditandai oleh perubahan mendasar dalam segala aspek
kehidupan khususnya perubahan dalam bidang politik, hukum, dan kondisi
ekonomi telah menimbulkan perubahan ekonomi yang sangat signifikan dalam
sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang
tersebut telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan
sistem kurikulum di Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah melakukan
perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi
Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan
keadaan dan kebutuhan setempat
o Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut adalah
dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP)
beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal
ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan
pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan
kewarganegaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan
kajiannya adalah sama yaitu membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap
diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.
b. Pembaharuan KBM
IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dnegan
perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan
lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini,
dan diantisiapsi untuk masa yang akan datang.
Ada beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada peserta didik melalui
IPS, di antaranya:
1. Guru IPS harus menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan dan model-model pembelajaran yang relevan dengan tujuan
pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang relevan adalah cooperative
learning. Dengan pembelajaran cooperative learning, maka siswa tidak saja menghafal
fakta, konsep dan pengetahuan yang bersifat kognitif rendah dan guru sebagai satu-
satunya sumber informasi, melainkan akan membawa siswa untuk berpartisipasi aktif
karena siswa akan diminta melakukan tugas-tugas seperti bekerja kelompok, melakukan
inkuiri dan melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas. Ini artinya guru bukan satu-
satunya sumber informasi karena siswa akan mencari sumber yang beragam dan terlibat
dalam berbagai kegiatan belajar yang beragam pula. Guru selain berperan sebagai
fasilitator dalam semua kegiatan siswa, juga harus mengamati proses pembelajaran untuk
memberikan penilaian (assessment) baik untuk pengetahuan ke-IPS-an juga menilai
keterampilan social (social skill) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai mitra
pembelajaran dan pengembangan materi pelajaran dapat digunakan oleh guru IPS dalam
mengembangkan keterampilan social. Keterampilan siswa dalam hal memperoleh,
mengolah dan memanfaatkan informasi untuk memiliki, berdayakan dirinya dapat
dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas. Guru IPS konstruktivis harus dapat
memfasilitasi para siswanya dengan kesempatan untuk berlatih dalam mengklasifikasi,
menganalisis, dan mengolah informasi berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima.
Sikap kritis siswa terhadap informasi harus dapat dikembangkan dalam proses
pembelajaran di kelas. Guru juga harus selalu membiasakan siswa untuk memprediksi,
mengklasifikasi dan menganalisis dengan demikian aspek kognitif siswa yang
dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat melainkan juga
menganalisis, memprediksi, mengkritisi dan mengevaluasi informasi yang diterima.
3. Strategi inkuiri yaitu stratgei yang menekankan peserta didik menggunkan keterampilan
social dan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui
investigasi yang sifatnya mandiri. Menurut Supriatna ada beberapa keuntungan dari
strategi ini, yaitu:
a. Strategi ini memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih realistic dan
positif ketika menganalisis dan mengklasifikasikan data dalam memcahkan
masalah.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan isu-isu tertentu, mencari
data yang relevan serta membuat keputusan yang bermakna bagi mereka secara
pribadi.
c. Menempatkan guru sebagai fasilitator belajar sekaligus mengurangi perannya
sebagai pusat kegiatan belajar.
Supardi (2008) mengatakan belajar mengajar ilmu-ilmu social agar menjadi berdaya apabila
proses pembelajarannya bermakna (meaningfull), yaitu:
a. Siswa belajar menjalin pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan sikap yang mereka
anggap berguna bagi kehidupannya di sekolah atau di luar sekolah.
b. Pengajaran ditekankan kepada pendalaman gagasan penting yang terdapat dalam topik-
topik yang dibahas, demi pemahaman, apresiasi dan aplikasi siswa.
c. Kebermaknaan dan pentingnya materi pelajaran ditekankan bagaimana cara
penyajiaannya dan dikembangkannya melalui kegiatan aktif.
d. Interaksi di dalam kelas difokuskan pada pendahuluan topic-topik terpilih dan bukan
pada pembahasan sekilas sebanyak mungkin materi.
e. Kegiatan belajar yang bermakna dan strategi assessment hendaknya difokuskan pada
perhatian siswa terhadap pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan yang penting dan terpateri
dalam apa yang mereka pelajari.
f. Guru hendaknya berpikir reflektif dalam melakukan perencanaan/ persiapan,
perberlakuan dan assessment pembelajaran.
E. Hambatan Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia
Namun tugas besar dari pembelajaran IPS tersebut ternyata tidak berjalan sesuai dengan
harapan. Hal ini Karena adanya beberapa hambatan yang menjadikan pembelajaran IPS tidak
berhasil bahkan cenderung membosankan, yaitu:
1. Sebagian besar guru IPS belum terampil menggunakan beberapa model mengajar yang
dapat merangsang motivasi belajar siswa.
2. Ketersediaan alat dan bahan belajar di sebagian besar sekolah ikut mempengaruhi proses
belajar IPS.
3. Proses belajar mengajar IPS masih dilakukan dalam bentuk pembelajaran konvensional,
sehingga peserta didik hanya memperoleh hasil faktual saja dan tidak mendapat hasil
proses.
4. Dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang mendapat
sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas sekali, sehingga faktor ini
juga menyebabkan mereka masih belum memahami hakekat kurikulum baru ini
sebagaimana mestinya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum 1975.
Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS merupakan
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi.
Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian
yang sama yaitu manusia. Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal
masyarakat dan lingkungannya.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak
terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan
G30S/PKI
Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar melalui pendidikan di sekolah maupun secara
langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS,
diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan
bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam
kehidupannya.
B. Saran
Sebaiknya sebelum mengajarkan materi IPS, guru hendaknya merancang dan menyusun
terlebih dahulu strategi, model dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi,
menyenangkan bagi anak SD dan berhubungan dengan kehidupan nyata anak SD sehingga
pembelajaran akan lebih mudah dipahami dan direalisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, Z. dan Nasution, N. 1994. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Hamalik.,Oemar. 1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Soemantri, N. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Rosda
Karya.
Supardi. Permasalahan Kurikulum PIPS pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
dalam: http://pard174.multiply.com/video/item/1 (3 Desember 2008).

Anda mungkin juga menyukai