Anda di halaman 1dari 18

IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

MODUL 6
KELOMPOK 6
1. EVA NOVIA ANGGIANI (858589213)
2. HALDANIAH (858289166)
3. HATIMAH (858288702)
4. LISDA ARIYANI (858288551)
5. M. HASANUDDIN (858288766)
6. MAZIDATI ZALEHA (858288211)
KEGIATAN BELAJAR 1

KRITERIA PERENCANAAN PEMBELAJARAN YANG SESUAI


DENGAN
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
A. PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK USIA SD
Karakteristik yang menonjol pada anak usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, selalu
bergerak, bermain atau bekerja dalam kelompok dan senantiasa ingin melaksanakan dan/atau
merasakan sendiri. Di samping itu menurut Piaget mereka dapat menggunakan berbagai
simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan beraktivitas mental dan
mulai berpikir dalam aktivitasnya. Pada tahap operasi konkret ini mereka lebih bersifat kritis,
dapat mempertimbangkan suatu situasi daripada hanya memfokuskan pada suatu aspek, seperti
yang dilakukannya pada masa praoperasional. Anak usia SD kelas tinggi dapat berpikir secara
logik. Hal ini berlaku sampai pada tahap operasi Dormal, menjelang masa remaja.
karakteristik yang kedua dari anak usia SD adalah senang bergerak. Oleh karena itu, guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau
bergerak..
Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang belajar dalam kelompok.
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau
belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/meragakan
sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, sesiswa membentuk konsep-konsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran jenis kelamin, moral dan sebagainya.
Di samping memerhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat pula
bertolak dari kebutuhan peserta didik. pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-
tugas perkembangannya. Tugas-tugas perekembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat
atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
Perincian tugas-tugas perkembangan anak usia SD menurut Havighurst dan implikasinya
terhadap penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran Keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan sehari-hari
2) Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh
3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
4) Mempelajari peran sosial sebagai pria atau wanita
5) Pengembangan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6) Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
7) Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
8) Mencapai kemandirian pribadi
B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH
MENENGAH
Implikasi karakteristik anak usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan
pendidikan adalah pada perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik, perkembangan
bahasa dan perilaku kognitif, perkembangan perilaku sosial-moralitas dan religius, serta
perkembangan perilaku afektif konatif dan kepribadian.
1) Karakteristik Perkembangan Fisik Dan Perilaku Psikomotorik
Perilaku psikomotorik pada usia remaja menunjukkan gerakan-gerakan yang
canggung dan kurang terkoordinasikan. Pada masa ini terjadi perbedaan perkembangan
psikomotor antara perkembangan remaja putri dengan remaja pria. Remaja putri
biasanya lebih cepat berkembang sekitar 1-2 tahun dibandingkan dengan remaja pria.
Hal ini menyebabkan kecanggungan-kecanggungan bergaul di antara mereka.

2) Karakteristik Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif


Pada usia remaja tumbuh keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa
asing. Karakteristik ini membawa implikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah,
guru bahasa asing harus memiliki karifan untuk memahami kemampuan remaja secara
individual. Menurut Abin Syamsuddin Makmun (1999:96) guru dituntut untuk
melakukan pemahaman yang mendalam, serta menyediakan layanan pendidikan dan
bimbingan yang bijaksana sehingga siswa-siswa remaja yang biasanya mengalami
kesulitan dan kelemahan dalam bidang studi yang sensitif tersebut.
Dalam hal perkembangan kognitif, siswa sekolah menengah telah mampu
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal seperti asosiasi, diferensiasi, komparasi dan
hubungan sebab-akibat (causalitas) meskipun masih bersifat abstrak dan relatif terbatas.
Kecakapan intelktual umum (general intelegence) menjalani laju perkembangan yang
terpesat. Kecakapan-kecakapan khusus (bakat) menunjukkan kecendrungan arah
perkembangan yang lebih jelas.
3) Karakteristik Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
Karakteristik perilaku sosial siswa sekolah menengah adalah adanya kecendrungan
ambivalensi keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman, dan
ambivalensi antara keinginan untuk bebas dari dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orangtuanya.
implikasi dari perkembangan perilaku sosial, moral dan kegamaan anak usia sekolah
menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok
belajar, atau perkumpulan remaja yang positif. Sekolah hendaknya menciptakan suasana dan
menyediakan fasilitas yang memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok kegiatan yang
positif berdasarkan minat siswa.
4) Karakteristik Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
Memasuki usia sekolah menengah lima kebutuhan dari Maslow, yaitu kebutuhan fisik,
kebutuhan rasa aman, afilasi sosial, penghargaan dan perwujudan diri. Mulai menunjukkan
kecendrungan-kecendrungannya. Reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum
terkendali dan sering berubah dengan cepat. Masa usia sekolah ini merupakan masa krisis
identitas. Sekiranya kondisi psikososialnya menunjang maka akan tampak identitas postif,
sebaliknya jika tidak menunjang akan tampak identitas yang negatif.
C. PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI USIA DEWASA
Karakteristik perkembangan dan kebutuhan yang menonjol pada
orang dewasa adalah:
1) Mengembangkan sikap, wawasan, dan pengalaman nilai-nilai
agama
2) Memperoleh atau memulai suatu pekerjaan
3) Memilih pasangan
4) Mulai memasuki pernikahan
5) Belajar hidup berkeluarga
6) Mengasuh dan mendidik anak
7) Mengelola rumah tangga
8) Memperoleh kemampuan dan kemantapan karier
9) Mengambil tanggungjawab peran sebagai warga masyarakat
10) Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Terdapat empat asumsi utama yang membedakan antara andragogi
(pendidkan bagi ornag dewasa) dengan pedagogi (pendidikan bagi
anak-anak) yaitu:
1) Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan
kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri
2) Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan
pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang
kaya dalam kegiatan belajar.
3) Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang
permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan
4) Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa
orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya
berpusat pada subjek
D. PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK
BERKELAINAN
FISIK DAN PSIKIS
Untuk mendefiniskan penyimpangan perilaku, tidaklah mudah.
Berbeda dengan definis ketidakmampuan intelektual yang telah
diterima secara internasional. Penyimpangan perilaku, belum dapat
diterima oleh masayarakat secara universal. Konsep ketidakmampuan
belajar muncul sebagai bagian dari tantangan bahwa semua anak
akan secara otomatis belajar pada saat mereka “mencapai kesiapan
dan kematangan”. Anak-anak yang berketidakmampuan telah
ditempatkan dalam kelas-kelas terpisah sehingga pembelajaran
khusus, dalam kelompok-kelompok kecil dengan guru-guru yang
terlatih secara khusus, akan membantunya mencapai kemajuan.
Johnson (1962) menyatakan bahwa anak-anak tidak lagi memperoleh
manfaat yang lebih daripada di kelas biasa karena di kelas-kelas
khusus lingkungannya ditujukan bagi anak-anak yang mempunyai
kekurangan.
E. MODIFIKASI TUGAS-TUGAS DISESUAIKAN DENGAN
KEMAMPUAN DAN
Bagian esensial dari proses perencanaan dan evaluasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar mencakup penganalisaan kemampuan dan gaya belajar yang berkaitan dengan tugas-
tugas instruksional yang terjadi di kelas. Perkembangan siswa dapat dipengaruhi oleh
hakikat tugas-tugas yang dihadapinya di kelas. Beberapa modifikasi tugas untuk
memfasilitasi perkembangan siswa yaitu sebagai berikut:
1) Modifikasi Tugas disesuaikan kesiapan siswa
Bila materi tugas disesuaikan dengan kesiapan mereka untuk belajar, maka guru telah
memfasilitasi belajar anak. Ketercapaian tujuan pada tingkat yang lebih tinggi akan terjadi
lebih cepat dan lebih lengkap bila kita lebih dulu mengajarkan latar belakang yang
diperlukan.
2) Modifikasi Proses-proses tugas diseuaikan dengan gaya-gaya belajar siswa
Untuk meningkatkan perolehan materi/pengetahuan, tugas-tugas harus disesuaikan
sebaik mungkin yang sesuai dengan bagaimana setiap siswa belajar. Siswa dengan
ketidakmampuan belajar mempunyai cara unik daripada belajar yang akan memudahkan
baginya menyerap materi yang disajikan dengan cara yang khusus.
KEGIATAN BELAJAR 2

KRITERIA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN YANG


SESUAI DENGAN
KARAKTERISTIK PESERAT DIDIK
A. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Di antara jenjang pedidikan, pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang
mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Pada jenjang pendidikan inilah kemampuan dan keterampilan dasar
dikembangkan pada peserta didik, baik sebagai bekal untuk pendidikan lanjutan maupun
terjun ke masyarakat.
kebijakan pemerintah berkaitan dengan pendidikan dasar yang monumental adalah
dengan telah ditetapkannya pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun. Salah satu dasar pertimbangan perluasan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar
9 tahun dari wajib belajar pendidikan dasar 6 tahun, adalah karena keberhasilan
pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 6 tahun terutama dari aspek pemerataan
kesempatan. Secara kuantitas penyelenggaraan pendidikan di SD telah mencapai
sasarannya, yaitu: 93,5% anak usia 7-12 tahun telah tertampung. Namun demikian, di sisi
lain terdapat sejumlah persoalan yang belum terselesaikan, yaitu: masih rendahnya kualitas
pendidikan dan tingginya angka putus sekolah serta angka mengulang kelas di SD.
B. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah memasukan jenjang
pendidikan SLTP ke dalam pendidikan dasar. Dalam penjelasan pasal 13 ayat 1 dikemukakan bahwa
pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 (sembilan) tahun yang diselenggarakan selama
(6) tahun di Sekolah dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) atau satuan
pendidikan yang sederajat. Ketentuan ini diperjelas dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.
Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi :
1) Rumpun SLTP yang terdiri atas
a. SLTP
b. Madrasah Tsanawiyah
c. SMP Kecil dan
d. SLTP Terbuka
2) Rumpun SLTP Luar Biasa, yang terdiri atas
a. Sekolah Luar Biasa
b. SLTP Terpadu
3) Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri atas
a. Paket B
b. Ujian Persamaan SLTP
c. Diniyah Wustho
d. Pondok Pesantren
C. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAGI ORANG DEWASA
Pendidikan bagi orang dewasa sering diabaikan, mengingat bahwa mereka
adalah dewasa. Dalam definisi pendidikan yang klasik sering dirumuskan bahwa
tujuan pendidikan adalah pencapaian kedewasaan. Oleh karena itu manakala anak
sudah mencapai tingkat perkembangan dewasa tidak perlu lagi pendidikan.
Di pihak lain ada pula paham yang menganggap bahwa pendidikan bagi orang
dewasa tidak kalah pentingnya dengan pendidikan pada tahap-tahap
perkembangan sebelumnya. Paham ini menganut prinsip pendidikan sepanjang
hayat (long life education). Dalam zaman teknologi informasi yang serba cepat,
manusia dewasa senantiasa dituntut mempu mengimbangi perkembangan
teknologi. Pendidikan sepanjang hayat dirasakan sekali ketika teknologi komputer
terus berkembang dalam waktu yang singkat. Ciri khas pendidikan orang dewasa
adalah fleksibel dalam pelaksanaannya, dapat bersamaan dengan pengembangan
pekrjaan dan karier. Ada orang yang mengutamakan belajar, sedangkan bekerja
hanya sebagai sambilan. Sebaliknya ada orang yang mengutamakan bekerja,
sedangkan mengikuti pendidikan sebagai pengisi kekosongan waktu dalam
bekerja. Ada pula yang mengombinasikan belajar dan belajar dan bekerja secara
luwes dalam kerangka pengembangan karier dirinya.
D. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKELAINAN FISIK
DAN
PSIKIS
Pada bagian ini tentang anak dengan kemampuan visualnya yang terbatas. Mereka tidak
dilahirkan dengan: bakat musik yang hebat, atau kemampuan mendengarkan yang melebih
orang lain atau kemampuan mengingat yang super dan tidak memiliki indra keenam.
Kemampuan-kemampuannya dapat dimiliki dengan belajar yang terus menerus, dan latihan
serta praktek yang menetap. Informasi yang diterimanya diolah melalui indra peraba dan
pendengaran. Hal itu akan memungkinkannya menambah kemampuan dalam
memperhatikan, mendengarkan dan kreativitas.
1) Konsep Diri
cara orang memandang dirinya sendiri mempunyai pengaruh mendasar terhadap
kualitas hidup. Presepsi diri mempengaruhi ambisi, prestasi, kebahagian pribadi dan
hubungan dengan orang lain. Beaty (1991) mengemukakan bahwa remaja yang kemampuan
visualnya terbatas mempunyai konsep diri yang lebih rendah daripada remaja lainnya.
2) Strategi Pendidikan
untuk pendidikan bagi anak yang terbatas kemampuan visualnya, perlu dilakukan
adaptasi terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan guru kelas yaitu mengenai materi
yang digunakan dan lingkungan belajar pada umumnya
Adaptasi strategi pembelajaran untuk anak yang terbatas kemampuan visualnya mencakup:
1) Braille
2) Pemanfaatan kemampuan visual yang terbatas
3) Keterampilan mendengarkan
4) Orientasi dan latihan Mobilitas (O & M)

E. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR


Dengan berkesulitan belajar dimaksudkan adanya kesulitan dalam menerima dan
menggunakan kemampuan mendengarkan, berbocara, membaca , menulis ataupun matematika
(Ashman, 1994).
Sejumlah prinsip remediasi dapat diambil dari literatur matematika, secara singkat dapat
dikatakan sebagai berikut:
5) Keterlibatan anak
6) Menyemangati anak untuk memandang pelajaran matematika sebagai konstruksi
7) Menggunakan masalah dari kehidupan yang nyata
8) Pembelajaran hendaknya melalui langkah-langkah kecil secara berurutan dan menggunakan
alat bantu, seperti alat peraga serta menghubungkan pengetahuan yang baru dipelajari
dengan konsep-konsep.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Upaya lain untuk mengatasi kesulitas anak dalam matematik ialah dengan pembelajaran kooperatif. Belajar
dengan fokus pada kooperasi (kerjasama) dan kolaborasi melibatkan anak bekerjasama untuk mencapai hasil
bersama.
KEGIATAN BELAJAR 3

KRITERIA PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR


YANG SESUAI
DENGAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
A. PENILAIAN BAGI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR
Unsur –unsur yang perlu diperhatikan dalam penilaian ini, antara lain:
1) Keterampilan fisik
2) Bagi kelas-kelas rendah membaca, menulis dan berhitung
3) Nilai-nilai yang berkaitan dengan moral, budi pekerti etika dan estetika
4) Kemampuan mengendalikan diri dan melakukan tenggang rasa dan kemandirian
5) Penguasaan materi pembelajaran
B. PENILAIAN BAGI PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH DASAR
Unsur –unsur yang perlu diperhatikan dalam penilaian mencakup:
1) Keterampilan fisik
2) Nilai-nilai yang berkaitan dengan moral, budi pekerti etika dan estetika
3) Kemampuan bekerja/belajar mandiri, kemampuan mengendalikan diri dan bekerja sama dengan
teman-temannya
C. PENILAIAN BAGI BAGI ORANG USIA DEWASA
Dalam penilaian terhadap orang dewasa perlu diperhatikan:
1) Berkaitan dengan masalah nyata
2) Tidak lagi recall
3) Pengkajian konsep
4) Penilaian mengarah kepada kerjasama antara pendidik dan peserta didik

D. PENILAIAN BAGI PESERTA DIDIK BEKELAINAN


Evaluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan dalam setiap tujuan jangka pendek atau tujuan
instruksional khusus. Hal yang penting dalam melakukan evaluasi keberhasilan peserta
didik adalah melihat terjadinya perubahan perilaku pada diri peserta didik itu sendiri
sebelum dan setelah diberikan perlakuan dan bukan membandingkan keberhasilan tingkat
pencapaian tujuan belajar yang dicapai dengan peserta didik lain yang ada di kelas itu.
E. PENILAIAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
Anak yang mengalami kesulitan belajar bisa dalam bentuk:
kesulitan membaca, kesulitan mengungkap pendapat dalam tulisan
dan kesulitan dalam matematik. Bila anak tersebut ditempatkan di
kelas biasa, akan diperlukan guru pendamping. Guru pendamping ini
bisa dikaryakan dalam berbagai situasi untuk membantu guru kelas,
antara lain dalam mengevaluasi kemajuan anak.
Penilaian bagi anak berkesulitan belajar dilakukan bersama oleh
guru kelas dan guru pendamping, dan bergantung kepada kesulitan
yang dialami anak. Yang penting dalam evaluasi ini anak mendapat
kemajuan dalam belajarnya walau tidak sepesat teman-temannya di
kelas.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai