OLEH :
NAMA : PIATINDUS
NIM : 835852296
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PALEMBANG
POKJAR OKU
2016.3
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 1
Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pandangan psikologis – pedagogis atau psiko – pedagogis adalah
cara melihat pendidikan dasar dan fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan
potensi individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik.
KEGIATAN BELAJAR 2
Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan sekolah dasar
beserta ide – ide atau pertimbangan yang melatar belakanginya, sejak pada masa Hindia
Belanda sampai saat ini.
KEGIATAN BELAJAR 1
Sejak dicanangkannya wajib belajar enam tahun pada tahun 1984, SD menjadi
lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan dasar bagi setiap warga
negara Indonesia yang masih berada pada rentang usia Sekolah Dasar.
Jika disimak secara cermat, tujuan pendidikan SD dapat dipilih menjadi tiga kelompok
sebagai berikut.
KEGIATAN BELAJAR 2
Pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah propinsi bertugas melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan
penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
menengah.
Untuk memenuhi kewajiban belajar pada jenjang Sekolah Dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilih menjadi pendidikan formal dan
nonformal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah
Nasional Plus, dan SD Inklusi; sedangkan pendidikan nonformal mencakup Paket A dan
Sekolah Rumah.
MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 1
Secarah harfiah istilah kebijakan strategis merupakan terjemahan dari strategic policy
yang artinya kebijakan atau keputusan manajemen/politik yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dari sebuah organisasi, dalam hal ini negara yang merupakan organisasi tertinggi
yang memiliki kekuatan dan alat – alat untuk memaksa warganya. Kebijakan strategis negara
merupakan kebijakan yang bersifat nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, dan agama)
Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat
pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Perluasan dan
pemerataan pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan keadaan sehingga setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang didukung dengan
pengangkatan guru baru dan penghapusan secara bertahap Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP) yang sebelumnya menjadi beban orang tua/wali murid; pembangunan unit
gedung baru dan rehabilitasi gedung lama.
KEGIATAN BELAJAR 2
Ketentuan perundang – undangan yang mengatur sistem pendidikan nasional pada era
reformasi adalah pasal 31 UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen yang dijabarkan
secara legal ke dalam undang – undang no. 2 Tahun 1989, tentang sistem pendidikan nasional
(SISDIKNAS), yang mengatur pendidikan nasional sampai dengan tahun 2003, dan undang –
undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS), yang
mengatur pendidikan nasional dari tahun 2003 sampai dengan saat ini, dengan peraturan
pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai salah
satu ketentuan perundang – undangan turunannya.
B. BERBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS TERKAIT DAN/ATAU TENTANG
PENDIDIKAN SDDALAM KONTEKS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
NASIONAL
Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada awal reformasi adalah kelanjutan
pembangunan jangka panjang kedua (PJP II) awal, Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999)
yang merupakan kelanjutan dari Repelita I samapi dengan repelita V era orde baru.
Selanjutnya pembangunan pendidikan, pada awal era reformasi secara nasional dilaksanakan
berlandaskan pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagaimana tertuang dalam
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Nomor II/MPR/1998. GBHN
tersebut memuat kerangkan nasional – sistemik tentang pembangunan jangka panjang kedua
(PJP II) (1998 – 2023).
Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan baik, sebagaimana dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional, telah dikembangkan Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Isi,
Standar Proses Pembelajaran, Standar Pendidik dan Kependidikan dan Standar Sarana
Prasarana. Proses pembelajaran yang mendidik dan menserdaskan yang menjadi tuntutan
baru, hanya akan tumbuh apabila guru dan tenaga kependidikan lainnya benar – benar
terdidik dengan baik, terlatih dengan baik, dan terjamin kesejahteraannya. Bersamaan dengan
itu, akses sekolah, guru dan peserta didik terhadap berbagai sumber belajar diperluas dengan
cara mengembangkan perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah, serta pemanfaatan
saran teknologi informasi dan komunikasi secara memadai melalui rintisan Jaringan
Pendidikan Nasional (Jardiknas). Dengan cara itu proses pembelajaran akan menjadi sarana
pengembangan budaya belajar (membaca, menulis, berhitung), yang pada gilirannya akan
mendukung tumbuhnya masyarakat berbasis pengetahuan (knowledged society), sebagaimana
hal itu juga menjadi prinsip pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003
Sesuai dengan prinsip demokrasi yang selalu mengharmoniskan hak dan kewajiban
warga negara, maka UU Sisdiknas 20/2003 (pasal 6 Ayat (2)) juga menegaskan bahwa :
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar, dan setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan. Tidaklah cukup hanya warga negara yang harus mendukung
terselenggaranya proses pendidikan nasional, tetapi juga orang tua dan masyarakat sebagai
pemangku kepentingan mempunyai hak dan kewajiban yang harus disinergikan.
Semenata itu kewajiban pemerintah juga diatur dengan tegas bahwa “ pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi,” dan
“ wajib menjamin tersedianya dan guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun .” (pasal 11).
Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat
pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Prinsip – prinsip
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesenambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
MODUL 4
d. Inklusi Kelas
Anak tahap operasional konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian
dan keseluruhan. Bila pada seorang anak usia 8 tahun diperlihatkan delapan
permen kuning dan empat permen coklat dan ditanya, ”Apakah terdapat lebih
banyak permen kuning atau coklat?” anak itu menjawab, ”terdapat lebih banyak
permen”. Demikian juga seorang anak yang berusia 5 tahun yang diberi persoalan
yang sama biasanya akan berkata, ”lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini
menurut Piaget mencerminkan ketidakmampuan anak kecil untuk memikirkan
tentang sebagian dan keseluruhan secara bersama-sama.
KEGIATAN BELAJAR 1
Bentuk – Bentuk Belajar yang Biasa Dilakukan Siswa Sekolah Dasar
A. BELAJAR MENEMUKAN
Salah satu ahli yang mengemukakan tentang belajar menemukan ini adalah Jerome S.
Bruner. Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner, selama
kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri makna
segala sesuatu yang dipelajarinya (discovery learning).
B. BELAJAR MENYIMAK
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk belajar menyimak siswa
adalah sebagai berikut.
1. Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa, seperti
bercerita, membaca serta menulis.
2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya guru memancing keingintahuan dengan
berbagai pertanyaan.
3. , merancang, dan melihat gambar, slide, video, atau film.
4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi melalui syair atau kata – kata
yang terdapat pada lagu tersebut.
C. BELAJAR MENIRU
Siswa akan berprilaku sesuai dengan apa yang dilihatnya. Contohnya siswa bermain
peran sebagai polisi lalu lintas, dokter, guru, sesuai dengan apa yang biasanya mereka lihat
sehari – hari.
D. BELAJAR MENGHAFAl
Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan oleh budaya
yang terjadi di sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah, yaitu
guru ke siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun individualisme.
E. BELAJAR MERANGKAI
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar
merangkai dapat dilakukan dengan permainan aneka jenis binatang. Melalui permainan ini,
siswa yang dibagi ke dalam beberapa kelompok binatang diharuskan untuk membuat
karakteristik dari binatang yang menjadi nama kelompoknya.
F. BELAJAR MENGAMALKAN
Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata pelajaran PKn
dan Agama, karena pada mata pelajaran ini anak diajarkan tentang nilai – nilai moral dan
prilaku yang hendak ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di masyarakat.
G. BELAJAR MENGANALISIS
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka melatih anak belajar
menganalisis, yaitu melalui permainan teka – teki. Manfaat dari permainan teka – teki ini
adalah:
1. Mengasah daya ingat
2. Belajar klasifikasi
3. Mengembangkan kemampuan analisis
4. Menghibur
H. BELAJAR MERESPON
Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu
tertentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan merespon bagi siswa SD
adalah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang terjadi di
sekitarnya.
I. BELAJAR MENGORGANISASIKAN
Dalam rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru dapat
membiasakan kemampuan siswa berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisaikan
informasi atau pengetahuan yang diperolehnyake dalam pemikirannya masing – masing.
L. BELAJAR MENGHAYATI
Kemampuan menghayati dapat dikembangkan melalui mata pelajaran kesenian, yaitu
dengan cara menghayati suatu peran/tokoh dalam cerita atau menghayati makna yang
terkandung pada sebuah lagu.
M. BELAJAR MENGAMATI
Kemampuan mengamati dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk
mengenal ekosistem perairan laut dengan mengunjungi pantai.
KEGIATAN BELAJAR 2
Motivasi Belajar Siswa
A. RUANG LINGKUP MOTIVASI
Pengertian motivasi berawal dari kata “ motif “ yang dapat diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak. Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang mengawali
kegiatan perubahan energi sesorang dan nampak sebagai kegiatan fisik; motivasi ditandai
dengan adanya rasa; dan pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi
berupa tujuan yang di dasarkan atas kebutuhan.
Fungsi motivasi sebagai motor penggerak kegiatan yang akan dilakukan,
mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan seseorang sesuai dengan tujuan, alat seleksi
perbuatan, dan pendorong untuk mencapai prestasi.
KEGIATAN BELAJAR 1
Prinsip – Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar
A. PENGERTIAN BIMBINGAN
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses membantu individu siswa untuk
dapat memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depannya, sehingga
diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat yang demokratis.
KEGIATAN BELAJAR 1
Profil Kompetensi Guru Sekolah Dasar
A. LANDASAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU SD
Kompetensi merupakan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang ditunjukkan
oleh seseorang sebagai bukti bahwa dia kompeten dalam bidang tersebut. Tindakan cerdas
dan bertanggung jawab tersebut dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, serta sikap, dan
nilai yang dikuasai dengan baik.
Guru merupakan pendidik profesional yang harus memenuhi kualifikasi akademik
dan kompetensi yang memungkinkan dia mampu bertugas sebagai pendidik, pengajar,
pelatih, dan pembimbing. Undang – Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen
mempersyaratkan guru SD/MI, yaitu SI PGSD. Guru SD/MI harus memilki seperangkat
kompetensi.
KEGIATAN BELAJAR 1
Fotret Bahan Ajar
A. BENTUK BAHAN AJAR
Dick, Carey, & Carey (2001: 245) mengemukakan bahwa bahan ajar berisi konten –
tertulis, melalui media, atau difasilitasi guru yang digunakan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Dengan memperhatikan pengertian bahan
ajar yang dapat digunakan dan/atau dikembangkan guru untuk membantu siswa menguasai
kompetnsi yang diharapkan. Berbagai contoh bahan ajar adalah buku teks, media taktil,
program video, program audio, lembar kerja siswa, handouts, surat kabar, majalah, dan masih
ada yang lainnya.
KEGIATAN BELAJAR 2
Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah Dasar
A. PENULISAN BAHAN AJAR
Langkah – langkah yang dapat dilakukan guru dalammenulis bahan ajar adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Menyajikan materi pelajaran
3. Mengembangkan evaluasi
B. PENGGUNAAN BAHAN AJAR YANG SUDAH TERSEDIA
Banyak bahan ajar yang tersedia di toko – toko buku dan lingkungan sekitar yang
dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru harus memilih sesuai dengan tuntutan kurikulum
dan karakteristik siswa yang dihadapi. Guru perlu memperhatikan kriteria pemilihan bahan
ajar. Berikut beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam memilih bahan
ajar (Depdiknas, 2004):
1. Kriteria filosofis, berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan.
2. Kriteria psiko – pedagogis, berkenaan dengan teori dan asumsi tentang proses
terjadinya belajar pada seseorang.
Sementara itu, (Dick, Carey, & Carey, 2001: 246 – 247) , mengemukakan empat
kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar, yaitu: kriteria yang berpusat
pada tujuan, kelompok target, konteks, dan proses belajar
MODUL 10
Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar
KEGIATAN BELAJAR 1
Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar
A. SARANA – PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN WILAYAH
Selain terbatasnya tenaga guru, kendala proses belajar – mengajar selama ini
ditemukan adalah kurang memadainya sara dan prasarana penunjang yang ada. Bagi yang
kebetulan berada di daerah yang secara geografis terpencil, mungkin saat ini anda merasakan
bahwa apa yang disampaikan merupakan kenyataan yang setiap hari anda temukan. Bagi
yang kebetulan mengajar di daerah yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang, maka proses pembelajara dapat berjalan dengan lebih baik.
B. METODE PEMBELAJARAN
Tanpa ada upaya yang nyata, segala metode dan segala macam pendekatan
pembelajaran, dan berbagai ragam kurikulum, tidak akan dapat mencapai hasil yang
maksimal. Kita tidak menutup mata bahwa masih banyak SD yang telah berhasil
menjalankan proses pembelajarannya dengan baik, sarana dan prasarana yang ada sangat
memadai, serta memiliki guru – guru yang andal.
KEGIATAN BELAJAR 2
Pembaharuan Pembelajaran yang Diterapkan di Sekolah Dasar
A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang
akan dilakukan bersama siswanyasehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah – langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
B. PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang didefinisikan sebagai
pembelajaran yang partisipatif , aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAKEM berusaha
memfasilitasi siswa agar lebih banyak mengalami belajar bersama dengan berbagai karakter
manusia sehingga siswa lebih siap terjun ke masyarakat. Dalam hubungan ini, model
pembelajaran PAKEM mengutamakan pendekatan kontekstual dan apresiasi.
KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat dan Potret Evaluasi Program Pembelajaran di Sekolah Dasar
A. HAKIKAT EVALUASI PROGRAM DAN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
Evaluasi program adalah pendekatan formal yang digunakan untuk menilai kebijakan,
pekerjaan, atau suatu program tertentu. Salah satu program pendidikan yang juga sangat perlu
dinilai adalah program pembelajaran. Sejalan dengan pengertian evaluasi program, evaluasi
program pembelajaran adalah pendekatan formal yang digunakan untuk menilai program
pembelajaran. Bedanya, di samping penilaian secara formal yang dilakukan oleh satu tim,
evaluasi program pembelajaran dapat dapat dilakukan oleh guru secara berkelanjutan, yang
hasilnya langsung digunakan untuk melakukan perbaikan.
Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan menilai berbagai komponen
pembelajaran, seperti kurikulum, bahan ajar, guru, siswa, proses pembelajaran, penilaian
proses, dan hasil belajar siswa, serta pencapaian siswa. Tujuan utama adalah menemukan
kekuatan dan kelemahan berbagai komponen pembelajaran. Hasil yang diperoleh segera
ditindaklanjuti sehingga kelemahan pembelajaran dapat diperbaiki, dan kekuatan dapat
dipertahankan.
KEGIATAN BELAJAR 1
Poteret Sumber Daya Di Sekolah Dasar
A. POTRET SARANA DAN PRASARANA SD
Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat
dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan dapat pula berdasarkan asalnya. Berdasarkan
jenisnya, sumber daya dapat dipilah menjadi: (a) sarana dan prasarana, (b) sumber daya
manusia (SDM), dan (c) dana. Berdasarkan asalnya, sumber daya dapat dikelompokkan
menjadi sumber daya yang berada di SD sendiri dan sumber daya yang berasal dari luar SD.
Sesuai dengan PP. No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sarana yang
wajib ada pada setiap satuan pendidikan, termasuk SD meliputi: perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan. Sedangkan prasarana meliputi: lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan/kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi, daya dan jasa,
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang lain
yang diperlukan.
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan sangat tergantung dari kemampuan dan
kreativitas guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat sarana
dan prasarana yang tidak dimanfaatkan secara maksimal, di samping itu ada sarana dan
prasarana yang tebatas yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
KEGIATAN BELAJAR 2
Sumber Daya yang Berasal dari Luar Sekolah Dasar
A. SARANA DAN PRASARANA DARI LUAR SD
Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat diatasi dengan berbagai cara, antara
lain dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang dapat
dijangkau oleh SD. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sumber belajaryang ada di
lingkungan seperti gejala alam, sanggar seni, balai budaya, perpustakaan, lapangan olah raga,
ruang pertemuan/ruang kelas, atau tempat ibadah. Agar dapat memanfaatkan saran dan
prasarana tersebut sekolah harus menjalin komunikasi profesional dengan pihak – pihak yang
memiliki atau bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang akan dimanfaatkan.
Prakarsa dari guru dan kepala sekolah merupakan awal proses pemanfaatan tersebut.
C. DANA
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa DOP,
dan pemerintah pusat berupa dana BOS, di samping sumbangan dari orang tua siswa yang
disalurkan melalui komite sekolah. Besar dan BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa
pertahun ajaran di satu sekolah, dan hanya boleh digunakan untuk pembiayaan komponen –
komponen yang sudah ditentukan secara ketat. Jika dana BOS dikelolah dengan benar, siswa
SD semestinya bebas dari segala pungutan. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih
banyak pungutan yang dikenakan kepada siswa SD.