Anda di halaman 1dari 35

TUGAS RESUME MODUL 1 - 12

PERSPEKTIF PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

TUTOR : ANITA ADESTI, M.Pd.

OLEH :

NAMA : PIATINDUS

NIM : 835852296

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ PALEMBANG

POKJAR OKU

2016.3
MODUL 1

Landasan Pendidikan Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1

A. LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS – PEDAGOGIS PENDIDIKAN


SEKOLAH DASAR

Landasan Filosofis dan Psikologis – pedagogis

Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari hakikat pendidikan
dalam kehidupan manusia. Pandangan psikologis – pedagogis atau psiko – pedagogis adalah
cara melihat pendidikan dasar dan fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan
potensi individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik.

B. LANDASAN SOSIOLOGIS – ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Pandangan sosiologis – antropologis atau sosio – antropologis adalah cara melihat


pendidikan dasar dalam sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua kepada peserta
didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.

KEGIATAN BELAJAR 2

A. LANDASAN HISTORIS, DAN IDEOLOGIS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD)

Landasan historis dan ideologis adalah dasar pemikiran yang diangkat dari fakta
sejarah yang relevan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan sekolah dasar
beserta ide – ide atau pertimbangan yang melatar belakanginya, sejak pada masa Hindia
Belanda sampai saat ini.

B. LANDASAN HISTORIS – IDEOLOGIS DAN YURIDIS PENDIDIKAN SD

Landasan ideologis dan yuridis pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen


politik Negara Republik Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai ketentuan normatif
konstitusional yang mencerminkan bagaimana sistem pendidikan nasional dibangun dan
diselenggarakan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Secara ideologis dan yuridis ditetapkan bahwa Pancasila dan Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar atau fondasi pendidikan nasional.
Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan nasional, termasuk di dalamnya pendidikan di
SD/MI harus sepenuhnya didasarkan pada cita – cita, nilai, konsep dan moral yang
terkandung dalam bagian dari alinea keempat pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa yang berdasarkan Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin Oleh hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
MODUL 2

Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1

A. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Sejak dicanangkannya wajib belajar enam tahun pada tahun 1984, SD menjadi
lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan dasar bagi setiap warga
negara Indonesia yang masih berada pada rentang usia Sekolah Dasar.

Jika disimak secara cermat, tujuan pendidikan SD dapat dipilih menjadi tiga kelompok
sebagai berikut.

1. Menanamkan kemampuan dasar baca – tulis – hitung


2. Menanamkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
3. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SMP

B. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

1. Karakteristik Umum Pendidikan SD

Secara umum, pendidikan SD mempunyai karakteristik yang menekankan pada


pembentukan kemelekwacanaan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan bernalar.

2. Karakteristik Khusus Pendidikan SD

Pembahasan tentang karakteristik khusus pendidikan SD akan meliputi pembahasan


komponen – komponen pendidikan SD secara khusus, yang meliputi pembahasan tentang
siswa, guru, kurikulum, pembelajaran, gedung, dan fasilitas.

KEGIATAN BELAJAR 2

A. TATANAN ORGANISASI SEKOLAH DASAR

Pada dasarnya, penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara


pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan
pemerintah daerah, baik tingkat propinsi (Dinas Pendidikan Propinsi), kabupaten/kota (Dinas
pendidikan kabupaten/kota), maupun tingkat kecamatan (Ranting Dinas). Pengelolaan SD
juga melibatkan komite sekolah sebagai lembaga mandiri, yang berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dan pengawasan pendidikan.

Pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas menentukan standar nasional pendidikan
untuk menjamin mutu pendidikan, sedangkan pemerintah propinsi bertugas melakukan
koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan
penyediaan fasilitas pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
menengah.

B. BENTUK – BENTUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SD

Untuk memenuhi kewajiban belajar pada jenjang Sekolah Dasar, pendidikan SD dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, yang dapat dipilih menjadi pendidikan formal dan
nonformal. Pendidikan formal mencakup SD/MI, SDLB, SD Unggulan atau Sekolah
Nasional Plus, dan SD Inklusi; sedangkan pendidikan nonformal mencakup Paket A dan
Sekolah Rumah.
MODUL 3

Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1

Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Orde Baru

A. KETENTUAN PERUNDANGAN – UNDANGAN TERKAIT PENDIDIKAN SD

Ketentuan perundang – undangan yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional adalah


Pasal 31 UUD 1945 yang dijabarkan secara legal formal kedalam : Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional adalah Pasal 31 UUD 1945 yang dijabarkan secara legal formal ke
dalam : Pertama, Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran Nomor 104/Bhg O,
Tanggal 1 Maret 1946 tentang pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki
Hajar Dewantara; kedua Undang – undang No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar – Dasar
Pendidikan , Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK); Ketiga, Undang – Undang No. 12 tahun
1954 Tentang Dasar – Dasar Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK) yang
merupakan pemberlakuan Undang – Undang No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar – Dasar
pendidikan, Pengajaran, dan kebudayaan (PPK) di seluruh RI. Bekas RIS; Keempat,
keputusan Presiden No. 145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan pendidikan sesuai
dengan Manipol – USDEK; Kelima, ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang
Agama, Pendidikan, dan kebudayaan yang mengganti rumusan tujuan pendidikan nasional
menurut keputusan presiden No. 145 Tahun 1965 tentang perumusan tujuan pendidikan
sesuai dengan Manipol – USDEK; Keenam, Undang – undang No. 22 Tahun 1961, khusus
mengatur tentang perguruan tinggi; dan Ketujuh, Undang – undang No. 2 Tahun 1989,
tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS), yang mengatur pendidikan nasional dalam
satu sistem – SISDIKNAS.

B. BERBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS TERKAIT DAN/ATAU TENTANG


PENDIDIKAN SD

Secarah harfiah istilah kebijakan strategis merupakan terjemahan dari strategic policy
yang artinya kebijakan atau keputusan manajemen/politik yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dari sebuah organisasi, dalam hal ini negara yang merupakan organisasi tertinggi
yang memiliki kekuatan dan alat – alat untuk memaksa warganya. Kebijakan strategis negara
merupakan kebijakan yang bersifat nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, dan agama)

C. ISI DAN PROSES PENDIDIKAN SD

Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat
pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Perluasan dan
pemerataan pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan keadaan sehingga setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang didukung dengan
pengangkatan guru baru dan penghapusan secara bertahap Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP) yang sebelumnya menjadi beban orang tua/wali murid; pembangunan unit
gedung baru dan rehabilitasi gedung lama.

KEGIATAN BELAJAR 2

Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar di Era Reformasi

A. KETENTUAN PERUNDANG – UNDANGAN TERKAIT PENDIDIKAN SD

Ketentuan perundang – undangan yang mengatur sistem pendidikan nasional pada era
reformasi adalah pasal 31 UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen yang dijabarkan
secara legal ke dalam undang – undang no. 2 Tahun 1989, tentang sistem pendidikan nasional
(SISDIKNAS), yang mengatur pendidikan nasional sampai dengan tahun 2003, dan undang –
undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS), yang
mengatur pendidikan nasional dari tahun 2003 sampai dengan saat ini, dengan peraturan
pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai salah
satu ketentuan perundang – undangan turunannya.
B. BERBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS TERKAIT DAN/ATAU TENTANG
PENDIDIKAN SDDALAM KONTEKS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
NASIONAL

Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada awal reformasi adalah kelanjutan
pembangunan jangka panjang kedua (PJP II) awal, Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999)
yang merupakan kelanjutan dari Repelita I samapi dengan repelita V era orde baru.
Selanjutnya pembangunan pendidikan, pada awal era reformasi secara nasional dilaksanakan
berlandaskan pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagaimana tertuang dalam
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Nomor II/MPR/1998. GBHN
tersebut memuat kerangkan nasional – sistemik tentang pembangunan jangka panjang kedua
(PJP II) (1998 – 2023).

C. MENGAPA DIPERLUKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN?

Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan baik, sebagaimana dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional, telah dikembangkan Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Isi,
Standar Proses Pembelajaran, Standar Pendidik dan Kependidikan dan Standar Sarana
Prasarana. Proses pembelajaran yang mendidik dan menserdaskan yang menjadi tuntutan
baru, hanya akan tumbuh apabila guru dan tenaga kependidikan lainnya benar – benar
terdidik dengan baik, terlatih dengan baik, dan terjamin kesejahteraannya. Bersamaan dengan
itu, akses sekolah, guru dan peserta didik terhadap berbagai sumber belajar diperluas dengan
cara mengembangkan perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah, serta pemanfaatan
saran teknologi informasi dan komunikasi secara memadai melalui rintisan Jaringan
Pendidikan Nasional (Jardiknas). Dengan cara itu proses pembelajaran akan menjadi sarana
pengembangan budaya belajar (membaca, menulis, berhitung), yang pada gilirannya akan
mendukung tumbuhnya masyarakat berbasis pengetahuan (knowledged society), sebagaimana
hal itu juga menjadi prinsip pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003

D. BAGAIMANA VISI DAN MISI PENDIDIKAN NASIONAL?

Merujuk kepada Penjelasan UU Sisdiknas 20/2003, pendidikan nasional mempunyai


visi “ terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan produktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah
“. Untuk mewujudkan visi tersebut dijabarkan misi Pendidikan Nasional sebagai berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang


bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

E. APAKAH ESENSI DARI SISDIKNAS TERSEBUT?

Dalam pasal 1 UU Sisdiknas 20/2003, yang di dalamnya di dalamnya dirumuskan


beberapa konsep pokok berkaitan dengan seluruh dimensi Undang – Undang itu. Pendidikan
diartikan sebagai “ usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan porses
pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. “ Sedangkan
pendidikan nasional dimaknai sebagai “ pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang
– Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai – nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggapan terhadap tuntutan perubahan zaman “.

F. BAGAIMANA HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA, ORANG TUA,


MASYARAKAT DAN PEMERINTAH?

Sesuai dengan prinsip demokrasi yang selalu mengharmoniskan hak dan kewajiban
warga negara, maka UU Sisdiknas 20/2003 (pasal 6 Ayat (2)) juga menegaskan bahwa :
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar, dan setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan. Tidaklah cukup hanya warga negara yang harus mendukung
terselenggaranya proses pendidikan nasional, tetapi juga orang tua dan masyarakat sebagai
pemangku kepentingan mempunyai hak dan kewajiban yang harus disinergikan.

Semenata itu kewajiban pemerintah juga diatur dengan tegas bahwa “ pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi,” dan
“ wajib menjamin tersedianya dan guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun .” (pasal 11).

G. BAGAIMANA KELEMBAGAAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL?

Pendidikan nasional diselenggarakan dalam suatu struktur pendidikan yang bersifat


nasional – sistemik, yang tercakup dalam jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Sebagaimana di
atur dalam pasal 13, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya yang dapatdiselenggarakan dengan sistem
terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Pendidikan formal sering sebut juga
sebagai pendidikan persekolahan, contohnya SD/Mi, SMP/MTs, SMA/MA, dan PTN/PTS.
Sementara itu, pendidikan nonformal sebelumnya dikenal sebagai pendidikan luar sekolah
atau merupakan lembaga pendidikan hidup dalam masyarakat yang tidak terstruktur ketat
seperti pendidikan formal, misalnya kursus – kursus keterampilan, kejar bina usaha, program
keaksaraan fungsional.

H. ISI DAN PROSES PENDIDIKAN SD

Secara singkat isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat
pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Prinsip – prinsip
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesenambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
MODUL 4

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

A. Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial Anak

1. Karakteristik Perkembangan Fisik


a. Pengaruh Keluarga/Keturunan
b. Gizi
c. Tingkat Sosial Ekonomi
d. Faktor Emosional
e. Jenis Kelamin
f. Kesehatan
g. Suku Bangsa/Ras
2. Karakteristik Perkembangan Motorik
a. Cara Memegang
b. Cara Berjalan
c. Cara Menendang
3. Karakteristik Perkembangan Emosi
Ungkapan emosi anak usia sekolah dasar teraktualisasi dengan tertawa lepas dalam
mengungkapkan kegembiraan atau rasa senangnya, sedang pada anak yang
mengalami kekecewaan atau kesalahan tak jarang mereka mengungkapkannya dengan
ledakan amarah, merajuk, atau cemberut.
Anak usia sekolah dasar merupakan periode yang relatif tenang dengan sedikit
lonjakan-lonjakan emosi sampai mulai masa puber. Usia sekolah dasar merupakan
masa peralihan antara masa anak ke menjelang remaja, sehingga emosi anak kadang-
kadang kurang stabil.
Disinilah perlunya peranan seorang guru. Bimbinglah mereka dengan menanamkan
pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan, karena akan
membawa kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Melalui bimbingan tersebut,
emosi anak dapat terkendali.
4. Karakteristik Perkembangan Sosial
a. Tahap Pemenuhan Kebutuhan
b. Tahap Balas Jasa
c. Tahap Akrab

B. Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak


1. Karakteristik Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar termasuk pada tahap
perkembangan operasi konkret. Pada tahap ini anak mampu berpikir secara logis dan
kuantitatif, mereka mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian.
a. Desentrasi dan Konservasi
Desentrasi artinya memperhatikan dengan banyak perencanaan pada suatu
masalah pada satu waktu. Sebagai contoh, seorang anak usia sekolah menghitung
seberapa besar barisan dan seberapa jauh jarak tiap kancing bajunya. Sedangkan
konservasi artinya kemampuan intelektual anak untuk mengenal atau mengetahui
bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau
volume selama tidak tambah atau dikurangi.
b. Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret ialah kemampuan untuk
mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif seperti berat atau
ukuran. Kemampuan ini disebut seriasi. Sebagai ontoh, seorang anak usia 8 tahun
dapat mengatur delapan tongkat dengan panjang yang berbeda dengan urutan
terpendek sampai terpanjang.
c. Pemikiran Rasional
Anak tahap operasional konkret menghargai istilah seperti lebih tinggi, lebih
pendek, dan lebih gelap daripada besar absolut. Anak yang lebih kecil berpikir
dalam istilah absolut dan menginterpretasikan lebih gelap dengan arti ”sangat
gelap” daripada ”lebih gelap dari benda lain”. Bila pada mereka diperlihatkan dua
benda warna cerah, salah satu di antaranya sedikit lebih gelap, dan mereka diminta
untuk mengambil benda yang lebih gelap, maka mereka mungkin tidak menjawab
atau mereka akan berkata bahwa tidak ada yang lebih gelap. Berpikir relasional
merupakan gambaran lain dari kemampuan untuk menimbang lebih dari satu
kejadian secara bersamaan karena ia membutuhkan perbandingan dari dua benda
atau lebih.

d. Inklusi Kelas
Anak tahap operasional konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian
dan keseluruhan. Bila pada seorang anak usia 8 tahun diperlihatkan delapan
permen kuning dan empat permen coklat dan ditanya, ”Apakah terdapat lebih
banyak permen kuning atau coklat?” anak itu menjawab, ”terdapat lebih banyak
permen”. Demikian juga seorang anak yang berusia 5 tahun yang diberi persoalan
yang sama biasanya akan berkata, ”lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini
menurut Piaget mencerminkan ketidakmampuan anak kecil untuk memikirkan
tentang sebagian dan keseluruhan secara bersama-sama.

2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak


a. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa dimulai dari tangisan bayi, berceloteh, sampai kemampuan
mengobrol.
b. Fungsi Bicara
1) Untuk mengekspresikan perasaan
2) Untuk mempengaruhi orang lain
3) Untuk menyampaikan informasi
c. Tahap-Tahap Bicara
1) Menangis
2) Berceloteh
3) Holofrase
4) Mengobrol
d. Faktor-Faktor Yang Memacu Anak Cepat Bicara
1) Keluarga
2) Media elektronik
3) Sekolah
3. Perkembangan Moral
a. Perkembangan Moral Menurut Beberapa Pakar
1) Menurut Piaget
Menurut Piaget perkembangan moral pada anak meliputi moralitas
heteronomus, dimana pola pikir anak disesuaikan dengan tingkatan usianya.
2) Menurut Kohlberg
Kohlberg membagi perkembangan moral anak menjadi dua macam, yaitu
moralitas anak baik untuk tingkat pertama perkembangan moral anak-anak.
Dimana pada tahap ini anak biasanya mengikuti semua peraturan yang telah
diberikan kepadanya, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain. Dan
moralitas konvensional (moralitas dari aturan-aturan) yaitu anak harus
menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada dalam kelompok dan
disepakati bersama.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Moral


1) Lingkungan rumah
2) Lingkungan sekolah
3) Teman sebaya dan aktivitasnya
4) Intelegensi dan jenis kelamin
4. Perkembangan Agama
Menurut Zakiah Darajad (dalam Martini Jamaris), mendefinisikan bahwa agama
sebagai iman, pikiran, yang diserapkan oleh perasaan, dilaksanakan dalam tindakan,
perbuatan, perkataan, dan sikap. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan
etika yang harus dipakai sebagai pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya.
Bagi anak-anak, ajaran tersebut masih bersifat abstrak sehingga perlu contoh-contoh
konkret baik dalam bentuk perilaku maupun kata-kata dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menyampaikan materi pelajaran agama guru dituntut untuk kreatif melalui
pemilihan metode maupun media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi siswanya. Berikut ini berbagai metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran di sekolah dasar.
a. Metode Bercerita
b. Metode Bermain
c. Metode Karyawisata
d. Metode Demonstrasi
e. Metode Pemberian Tugas
f. Metode Diskusi dan Tanya Jawab
MODUL 5
Karakteristik Belajar Siswa Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1
Bentuk – Bentuk Belajar yang Biasa Dilakukan Siswa Sekolah Dasar
A. BELAJAR MENEMUKAN
Salah satu ahli yang mengemukakan tentang belajar menemukan ini adalah Jerome S.
Bruner. Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner, selama
kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri makna
segala sesuatu yang dipelajarinya (discovery learning).

B. BELAJAR MENYIMAK
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh guru untuk belajar menyimak siswa
adalah sebagai berikut.
1. Bermain dengan kata, dengan cara mengajak siswa bermain dengan bahasa, seperti
bercerita, membaca serta menulis.
2. Bermain dengan pertanyaan, misalnya guru memancing keingintahuan dengan
berbagai pertanyaan.
3. , merancang, dan melihat gambar, slide, video, atau film.
4. Bermain dengan musik, misalnya menggali informasi melalui syair atau kata – kata
yang terdapat pada lagu tersebut.

C. BELAJAR MENIRU
Siswa akan berprilaku sesuai dengan apa yang dilihatnya. Contohnya siswa bermain
peran sebagai polisi lalu lintas, dokter, guru, sesuai dengan apa yang biasanya mereka lihat
sehari – hari.

D. BELAJAR MENGHAFAl
Kecenderungan siswa belajar dengan metode menghafal ini disebabkan oleh budaya
yang terjadi di sekolah yang pada umumnya didominasi oleh komunikasi satu arah, yaitu
guru ke siswa dan kurang merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun individualisme.
E. BELAJAR MERANGKAI
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan belajar
merangkai dapat dilakukan dengan permainan aneka jenis binatang. Melalui permainan ini,
siswa yang dibagi ke dalam beberapa kelompok binatang diharuskan untuk membuat
karakteristik dari binatang yang menjadi nama kelompoknya.

F. BELAJAR MENGAMALKAN
Kegiatan belajar mengamalkan biasanya erat kaitannya dengan mata pelajaran PKn
dan Agama, karena pada mata pelajaran ini anak diajarkan tentang nilai – nilai moral dan
prilaku yang hendak ditampilkan pada saat mereka bersosialisasi di masyarakat.

G. BELAJAR MENGANALISIS
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka melatih anak belajar
menganalisis, yaitu melalui permainan teka – teki. Manfaat dari permainan teka – teki ini
adalah:
1. Mengasah daya ingat
2. Belajar klasifikasi
3. Mengembangkan kemampuan analisis
4. Menghibur

H. BELAJAR MERESPON
Respon merupakan tanggapan yang diberikan oleh seseorang sebagai reaksi dari suatu
tertentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan merespon bagi siswa SD
adalah dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan seputar peristiwa yang terjadi di
sekitarnya.

I. BELAJAR MENGORGANISASIKAN
Dalam rangka mengembangkan kemampuan mengorganisasikan, guru dapat
membiasakan kemampuan siswa berpikir dalam bentuk skema, kemudian mengorganisaikan
informasi atau pengetahuan yang diperolehnyake dalam pemikirannya masing – masing.

J. BELAJAR MENGAMBIL KEPUTUSAN


Pengembangan kemampuan untuk mengambil keputusan dapat dilakukan dengan
metode problem solving atau pemecahan masalah.
K. BERLATIH
Sementara untuk mengembangkan kemampuan berlatih, guru dapat menggunakan
metode bermain peran dengan cara mengajak siswa untuk praktik jual beli di warung sekolah.

L. BELAJAR MENGHAYATI
Kemampuan menghayati dapat dikembangkan melalui mata pelajaran kesenian, yaitu
dengan cara menghayati suatu peran/tokoh dalam cerita atau menghayati makna yang
terkandung pada sebuah lagu.

M. BELAJAR MENGAMATI
Kemampuan mengamati dapat dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk
mengenal ekosistem perairan laut dengan mengunjungi pantai.

KEGIATAN BELAJAR 2
Motivasi Belajar Siswa
A. RUANG LINGKUP MOTIVASI
Pengertian motivasi berawal dari kata “ motif “ yang dapat diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak. Pengertian motivasi mengandung 3 hal penting, yaitu: hal yang mengawali
kegiatan perubahan energi sesorang dan nampak sebagai kegiatan fisik; motivasi ditandai
dengan adanya rasa; dan pemahaman terhadap motivasi sebagai respon dari adanya aksi
berupa tujuan yang di dasarkan atas kebutuhan.
Fungsi motivasi sebagai motor penggerak kegiatan yang akan dilakukan,
mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan seseorang sesuai dengan tujuan, alat seleksi
perbuatan, dan pendorong untuk mencapai prestasi.

B. SERBA – SERBI MEMOTIVASI SISWA SD


Beberapa bentuk dan cara yang dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar
di sekolah ada berupa pemberian hadiah, nilai, pujian, hukuman atau ulangan. Selain itu
dapat berupa penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas, hasil ulangan atau umpan balik,
serta penciptaan ego involment, suasana kompetisi, pembangkitan minat dan hasrat belajar.
Ada 3 gaya belajar yang pada umumya ada pada setiap siswa yaitu siswa yang memiliki
orientasi visual, siswa yang memiliki orientasi suara, dan siswa yang berorientasi pada benda
yang dapat dimanipulasi.
MODUL 6
Layanan Pendidikan Bagi Siswa Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1
Prinsip – Prinsip Bimbingan di Sekolah Dasar

A. PENGERTIAN BIMBINGAN
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses membantu individu siswa untuk
dapat memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depannya, sehingga
diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat yang demokratis.

B. TUJUAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR


Tujuan bimbingan di SD adalah agar siswa dapat: memiliki perasaan positif,
memahami potensi dirinya, mengembangkan potensi dan keterampilan, bertanggung jawab
terhadap tingkah lakunya serta mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

C. FUNGSI BIMBINGAN DI SEKOLAH


Fungsi bimbingan di SD terbagi atas fungsi pengungkapan, fungsi penyaluran, fungsi
penyesuaian, fungsi pencegahan, fungsi perkembangan, dan fungsi perbaikan.

D. PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DI SD


Pelaksanaan bimbingan di SD berprinsip: bimbingan untuk semua siswa, dilakukan
oleh semua guru, diarahkan untuk perkembangan kognitif dan afektif, diberikan secara
insidental dan informal, ditekankan pada tujuan dan kebermaknaan belajar, difokuskan pada
aset, ditujukan pada proses pendewasaan, dan dilaksanakan secara bersama.

E. PERAN GURU DALAM PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


Dalam proses bimbingan guru memiliki peran penting karena guru mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan siswa, sehingga siswa lebih terbuka terhadap guru.
Bimbingan di SD dilaksanakan oleh guru kelas bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
KEGIATAN BELAJAR 2
Berbagai Layanan Pendidikan Untuk Anak Sekolah Dasar

A. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


1. Pengertian Anak Berbakat
Pengertian mengenai anak berbakat sangat beragam, tergantung dari perkembanganan
pandangan masyarakat terhadap keberbakatan. Anak berbakat adalah anak yang memiliki
skor IQ 130 atau 140 yang menunjukan secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam
suatu bidang yang berfaedah (Astati, 2007)
2. Layanan Pendidikan Anak Berbakat di Sekolah Dasar
Ada dua macam layanan sebagai pilihan dalam memberikan layanan kepada anak
berbakat:
1. Adaptasi lingkungan, meliputi: kelas pengayaan, guru konsultan, ruang sumber
belajar, studi mandiri, kelas khusus
2. Adaptasi program, meliputi: melalui percepatan/akselerasi, melalui pengayaan,
pencanggihan materi pelajaran, pembaruan, modifikasi kurikulum sebagai
alternatif.

B. LAYANAN PENYANDANG KELAINAN FISIK


1. Pengertian
Kelaian dapat diartikan berbeda dari keadaan pada umumnya. Kelainan disebut juga
keadaan yang luar biasa atau keluarbiasaan. Jenis kelainan fisik yang dapat dikelompokkan
pada anak yang mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, tunadaksa, dan tunaganda.
2. Layanan Bimbingan Terhadap Penyandang Kelainan Fisik
Cara memberikan bimbingan atau bantuan terhadap penyandang cacat adalah sebagai
berikut.
a. Layanan terhadap anak tunanetra
1. Penempatan anak tunanetra
a) Anak tunanetra ditempatkan di deretan depan, agar dapat mendengarkan
penjelasan guru dengan jelas.
b) Berikan kebebasan kepada anak tunanetra untuk memilih tempat duduk sesuai
dengan kemampuan penglihatannya.
c) Tempatkanlah anak tunanetra dekat dengan anak cerdas, agar terjadi proses
saling membantu.
d) Sesama anak tunanetra tidak boleh duduk berdekatan
2. Alat peraga yang digunakan
3. Ruang belajar
b. Layanan terhadap anak Tunarungu
Pelayanan terhadap anak tunarungu harus disesuaikan dengan karakteristik/tingkat
ketunarunguannya.
c. Layanan terhadap anak Tunadaksa
Semua jenis layanan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pihak
yang akan kita layani, tak terkecuali layanan terhadap anak tunadaksa. Karakteristik anak
tunadaksa dapat dilihat dari segi akademis, sosial/emosional, dan fisik/kesehatan.

C. LAYANAN TERHADAP ANAK DENGAN GANGGUAN PSIKOLOGIS


1. Pengertian, Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunalaras
Tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku, sehingga
kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Anak tunalaras dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko tinggi dan
rendah. Ciri – ciri atau karakteristik dari anak tunalaras adalah sebagai berikut.
a. Perilakunya tidak dapat diterima oleh masyarakat.
b. Sering mengganggu, membangkang, membantah dan tidak dapat bekerja sama
2. Jenis Perilaku Menyimpang di Sekolah Biasa
Penyimpangan prilaku anak tersebut, seperti anak suka jahil, iri hati, mencela, rewel,
agresif, suka protes dan malas belajar.
3. Gejala – Gejala Prilaku Menyimpang
Anak yang suka jahil, anak yang suka iri hati, anak yang suka iri hati, anak yang suka
menyela, anak yang suka agresif.
4. Penyebab Perilaku Menyimpang
Penyebab perbuatan menyimpang terjadi karena merasa dirinya: tidak mendapat
perhatian, disepelekan, kehadiraanya dianggap tidak ada, tidak mendapat peran apapun,
sebagai pelengkap penderita, takut kehilangan peran dalam lingkungannya.
5. Memahami Anak Berperilaku Menyimpang
Keberadaan anak berprilaku menyimpang sering dihadapi guru pada saat mengajar.
Dia sering menolak untuk mengerjakan tugas, membenahi peralatan atau duduk tertib di
kelas. Dia sering ribut di kelas dan marah – marah tanpa sebab.
6. Perlunya Saling Dukung Antar Guru
7. Berbagai Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelayanan Anak
Keberhasilan dalam memberikan pelayanan terhadap anak sangat ditentukan oleh
besarnya perhatian dan pengetahuan kita terhadap perilaku anak.
MODUL 7
Kompetensi Guru Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1
Profil Kompetensi Guru Sekolah Dasar
A. LANDASAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU SD
Kompetensi merupakan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang ditunjukkan
oleh seseorang sebagai bukti bahwa dia kompeten dalam bidang tersebut. Tindakan cerdas
dan bertanggung jawab tersebut dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, serta sikap, dan
nilai yang dikuasai dengan baik.
Guru merupakan pendidik profesional yang harus memenuhi kualifikasi akademik
dan kompetensi yang memungkinkan dia mampu bertugas sebagai pendidik, pengajar,
pelatih, dan pembimbing. Undang – Undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen
mempersyaratkan guru SD/MI, yaitu SI PGSD. Guru SD/MI harus memilki seperangkat
kompetensi.

B. PROFIL KOMPETENSI GURU SD


Standar kompetensi guru SD/MI terdapat dalam dua dokumen, yaitu Buku Standar
Kompetensi Guru Kelas SD/MI Lulusan SI PGSD Tahun 2006 dan peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16/2007. Dari dua dokumen tersebut dapat diidentifikasi Standar
Kompetensi Guru kelas SD/MI Lulusan SI PGSD, yang terdiri dari 30 kompetensi.

C. INDIKATOR PENGUASAAN KOMPETENSI GURU SD


Contoh – contoh indikator penguasaan kompetensi dapat dijadikan acuan oleh
mahasiswa/guru SD untuk menilai statusnya dalam penguasaan kompetensi tertentu.
Pengetahuan mengenai kompetensi, asesmen kompetensi, dan indikator dapat dimanfaatkan
oleh para guru SD ketika melaksanakan tugas sebagai guru, khususnya ketika
mengembangkan indikator keberhasilan dan melakukan asesmen penguasaan kompetensi.
KEGIATAN BELAJAR 2
Forum Peningkatan Profesionalitas Guru
A. PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU
Berbagai kegiatan dapat dilakukan guru dalam upaya meningkatkan profesionalitas,
seperti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk memperbaiki pembelajaran,
mengikuti berbagai pelatihan, mengikuti seminar ilmiah, berpatisipasi aktif dalam organisasi
profesi guru, atau mengikuti perkembangan dunia pendidikan melalui berbagai media,
termasuk media online.

B. BERBAGAI WADAH PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU


Beberapa wadah peningkata profesionalitas guru antara lain: Kelompok Kerja Guru
(KKG), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), Klinik Pembelajaran, Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), PGRI, Kursus – Kursus.

C. MEMILIH WADAH PENINGKATAN PROFESIONALITAS


Untuk menentukan forum yang akan dipilih untuk mencapai tujuan dan bagaimana
caranya terlibat dalam kegiatan itu. Dalam kaitan ini, perlu diingat status setiap wadah,
apakah wadah tersebut bebas dimanfaatkan oleh setiap guru, ataukah ada persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi.
MODUL 8
Kurikulum Sekolah Dasar

Hakikat Kurikulum Sekolah Dasar


A. KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Dengan adanya rancangan atau kurikulum secara tertulis, pendidikan disekolah
berlangsung secara terencana, sistematis, dan lebih disadari. Karakteristik pendidikan formal
tersebut menunjukkan bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak bagi terjadinya pendidikan
di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak akan terjadi apabila sekolah tersebut tidak memiliki
kurikulum.

B. PRINSIP –PRINSIP DASAR DALAM MENGEMBANGKAN KURIKULUM


Secara umum, terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan dalam
mengembangkan kurikulum. Sukmadinata (2007: 453 – 454) yaitu:
1. Prinsip Relevansi, kurikulum disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan
perkembangan peserta didik dan perkembangan masyarakat.
2. Prinsip Efektivitas, mengacu pada sejauh mana kurikulum yang dirancang dapat
diimplementasikan atau dilaksanakan dan dicapai di sekolah.
3. Prinsip Efesiensi, kurikulum yang dirancang dapat dirancang dan dilaksanakan
dengan lancar dan optimal.
4. Prinsip Elektibilitas, kurikulum dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah
tempat kurikulum diimplementasikan

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN


DI SD
Standar kompetensi lulusan dan karateristik mata pelajaran perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum karena standar kompetensi lulusan dan karakteristik mata
pelajaran memberikan panduan bagi pengembangan kurikulum dalam merumuskan
kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik serta dalam merancang pengalaman
belajar dan mengorganisasikan materi yang harus disediakan untuk mencapai kemampuan
yang telah ditetapkan.
KEGIATAN BELAJAR 2
Karakteristik Mata Pelajaran di Sekolah Dasar
A. HAKIKAT KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang bersifat
desentralistik karena dikembangkan oleh satuan pendidikan. KTSP disusun dan dilaksanakan
oleh masing – masing satuan pendidikan (sekolah) sesuai dengan potensi yang dimilki. KTSP
terdiri atas tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

B. LATAR BELAKANG KTSP


Pemberlakuan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menuntut
diverifikasi kurikulum (pengembangan kurikulum di tingkat satuan pendidikan) untuk
melayani peserta didik dan potensi daerah yang beragam. Pengembangan KTSP juga didasari
oleh landasan Filosopis dan teoritis yang menyatakan bahwa (a) kurikulum harus dimulai dari
lingkungan terdekat, (b) kurikulum harus mampu melayani pencapaian tujuan pendidikan
nasional dan satuan pendidikan, (c) proses pengembangan kurikulum harus bersifat fleksibel.

C. PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM


Penyusunan KTSP dimulai dengan analisis konteks, dengan mengkaji Standar Isi, dan
Standar Kompetensi Lulusan, kondisi sekolah, serta peluang dan tantangan yang ada
dimasyarakat dan lingkungan sekitar.

D. PIHAK – PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN KTSP


Pihak – pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP di Sdadalah;
a. Tim penyususn yang terdiri atas guru, konselor (kalau ada), dan kepala sekolah
b. Komite sekolah
c. Narasumber (ahli kurikulum dan pembelajaran)
d. Dinas Pendidikan
e. Pihak lain yang terkait
MODUL 9
Bahan Belajar Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1
Fotret Bahan Ajar
A. BENTUK BAHAN AJAR
Dick, Carey, & Carey (2001: 245) mengemukakan bahwa bahan ajar berisi konten –
tertulis, melalui media, atau difasilitasi guru yang digunakan siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan. Dengan memperhatikan pengertian bahan
ajar yang dapat digunakan dan/atau dikembangkan guru untuk membantu siswa menguasai
kompetnsi yang diharapkan. Berbagai contoh bahan ajar adalah buku teks, media taktil,
program video, program audio, lembar kerja siswa, handouts, surat kabar, majalah, dan masih
ada yang lainnya.

B. BAHAN AJAR YANG DIGUNAKAN DI SEKOLAH


Guru sangat sering menggunakan bahan ajar berupa buku teks (buku ajar) dan lembar
kerja siswa atau buku kerja siswa dalam pembelajaran. Secara umum , buku teks hendaknya
mengandung komponen – komponen tujuan pembelajaran,uraian materi, dan evaluasi. LKS
hendaknya berisi komponen tujuan, materi/sumber, waktu, cara kerja, hasil yang diharapkan,
dan tindak lanjut. Kelemahan bahan ajar yang digunakan di SD diantaranya adalah salah
konsep, tidak memadainya cakupan materi yang disajikan, penggunaan ilustrasi yang kurang
tepat, penyajian evaluasi yang tidak sesuai dengan aturan pengembangan alat evaluasi, dan
penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah Dasar
A. PENULISAN BAHAN AJAR
Langkah – langkah yang dapat dilakukan guru dalammenulis bahan ajar adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Menyajikan materi pelajaran
3. Mengembangkan evaluasi
B. PENGGUNAAN BAHAN AJAR YANG SUDAH TERSEDIA
Banyak bahan ajar yang tersedia di toko – toko buku dan lingkungan sekitar yang
dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru harus memilih sesuai dengan tuntutan kurikulum
dan karakteristik siswa yang dihadapi. Guru perlu memperhatikan kriteria pemilihan bahan
ajar. Berikut beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam memilih bahan
ajar (Depdiknas, 2004):
1. Kriteria filosofis, berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan.
2. Kriteria psiko – pedagogis, berkenaan dengan teori dan asumsi tentang proses
terjadinya belajar pada seseorang.
Sementara itu, (Dick, Carey, & Carey, 2001: 246 – 247) , mengemukakan empat
kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar, yaitu: kriteria yang berpusat
pada tujuan, kelompok target, konteks, dan proses belajar
MODUL 10
Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1
Potret Pembelajaran di Sekolah Dasar
A. SARANA – PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN WILAYAH
Selain terbatasnya tenaga guru, kendala proses belajar – mengajar selama ini
ditemukan adalah kurang memadainya sara dan prasarana penunjang yang ada. Bagi yang
kebetulan berada di daerah yang secara geografis terpencil, mungkin saat ini anda merasakan
bahwa apa yang disampaikan merupakan kenyataan yang setiap hari anda temukan. Bagi
yang kebetulan mengajar di daerah yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang, maka proses pembelajara dapat berjalan dengan lebih baik.

B. METODE PEMBELAJARAN
Tanpa ada upaya yang nyata, segala metode dan segala macam pendekatan
pembelajaran, dan berbagai ragam kurikulum, tidak akan dapat mencapai hasil yang
maksimal. Kita tidak menutup mata bahwa masih banyak SD yang telah berhasil
menjalankan proses pembelajarannya dengan baik, sarana dan prasarana yang ada sangat
memadai, serta memiliki guru – guru yang andal.

C. KETIDAKMERATAAN JUMLAH GURU


Salah satu persoalan guru di tanah air, selain kesejahteraan, adalah ketidakmerataan
jumlah mereka. Perbandingan anatara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru
yang mengajar di kota sangat jauh. Jadi, dari segi kuantitas, jumlah guru sebetulnya telah
memadai, tetapi tidak demikian dengan sisi pemerataan dan kualitasnya.

KEGIATAN BELAJAR 2
Pembaharuan Pembelajaran yang Diterapkan di Sekolah Dasar
A. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang
akan dilakukan bersama siswanyasehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah – langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
B. PAKEM
PAKEM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang didefinisikan sebagai
pembelajaran yang partisipatif , aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAKEM berusaha
memfasilitasi siswa agar lebih banyak mengalami belajar bersama dengan berbagai karakter
manusia sehingga siswa lebih siap terjun ke masyarakat. Dalam hubungan ini, model
pembelajaran PAKEM mengutamakan pendekatan kontekstual dan apresiasi.

C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF


Model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda – beda (tinggi, sedang, rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku yang berbeda, serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
MODUL 11
Evaluasi Program Pembelajaran di Sekolah Dasar

KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat dan Potret Evaluasi Program Pembelajaran di Sekolah Dasar
A. HAKIKAT EVALUASI PROGRAM DAN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
Evaluasi program adalah pendekatan formal yang digunakan untuk menilai kebijakan,
pekerjaan, atau suatu program tertentu. Salah satu program pendidikan yang juga sangat perlu
dinilai adalah program pembelajaran. Sejalan dengan pengertian evaluasi program, evaluasi
program pembelajaran adalah pendekatan formal yang digunakan untuk menilai program
pembelajaran. Bedanya, di samping penilaian secara formal yang dilakukan oleh satu tim,
evaluasi program pembelajaran dapat dapat dilakukan oleh guru secara berkelanjutan, yang
hasilnya langsung digunakan untuk melakukan perbaikan.
Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan menilai berbagai komponen
pembelajaran, seperti kurikulum, bahan ajar, guru, siswa, proses pembelajaran, penilaian
proses, dan hasil belajar siswa, serta pencapaian siswa. Tujuan utama adalah menemukan
kekuatan dan kelemahan berbagai komponen pembelajaran. Hasil yang diperoleh segera
ditindaklanjuti sehingga kelemahan pembelajaran dapat diperbaiki, dan kekuatan dapat
dipertahankan.

B. POTRET EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD


Potret evaluasi program pembelajaran di SD masih remang –remang. Di tingkat kelas,
dapat diketahui bahwa dalam Rencana Pembelajaran, evaluasi program sudah direncanakan,
namun pelaksanaannya masih menjadi tanda tanya. Di samping itu, kegiatan Penilitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dapat dikatakan merupakan evaluasi program yang langsung
ditindak lanjuti, mulai tumbuh, baik yang dilakukan guru sendiri maupun yang dilakukan
secara kolaboratif.
Di tingkat sekolah, evaluasi program pembelajaran dilakukan melalui rapat guru,
minimal pada setiap akhir semester; sedangkan evaluasi program yang dilakukan secara
formal oleh satu tim dengan melibatkan komite sekolah masih belum banyak ditemukan.
KEGIATAN BELAJAR 2
Langkah – Langkah dan Tindak Lanjut Evaluasi Program Pembelajaran
A. LANGKAH – LANGKAH EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DI SD
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan
untuk memantau proses dan kemajuan belajar pesertadidik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan ketentuan ini, maka langkah – langkah
evaluasi program pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
1. Menilai atau mereviu rencana pembelajaran atau yang kini disebut RPP dengan
menggunakan format telaah RPP
2. Menilai pelaksanaan atau proses pembelajaran melalui refleksi dan dialog dengan
siswa, sehingga dapat ditemukan akar penyebab dari berbagai peristiwa/masalah
dalam pembelajaran
3. Menganalisis hasil belajar siswa yang kemudian dikaitkan dengan hasil penilaian
proses pembelajaran
4. Menyimpulkan kualitas (kekuatan dan kelemahan) pembelajaran berdasarkan
berdasarkan hasil yang didapat dari langkah 1, 2, 3.
5. Menindaklanjuti temuan pada nomor 4 ketika merencanakan pembelajaran
berikutnya.

B. TINDAK LANJUT HASIL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN


Hasil evaluasi program pembelajaran haruslah ditindaklanjuti oleh guru untuk
evaluasi program pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan oleh kepala sekolah untuk
evaluasi pembelajaran yang dilkaukan oleh sekolah. Guru dapat menindaklanjuti hasil
penilaian dengan segera ketika merancang pembelajaran berikutnya atau dengan menerapkan
langkah – langkah PTK; sedangkan sekolah menindaklanjuti hasil evaluasi program sesuai
dengan hakikat temuan.
MODUL 12
Sumber Daya Sekolah

KEGIATAN BELAJAR 1
Poteret Sumber Daya Di Sekolah Dasar
A. POTRET SARANA DAN PRASARANA SD
Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat
dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan dapat pula berdasarkan asalnya. Berdasarkan
jenisnya, sumber daya dapat dipilah menjadi: (a) sarana dan prasarana, (b) sumber daya
manusia (SDM), dan (c) dana. Berdasarkan asalnya, sumber daya dapat dikelompokkan
menjadi sumber daya yang berada di SD sendiri dan sumber daya yang berasal dari luar SD.
Sesuai dengan PP. No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sarana yang
wajib ada pada setiap satuan pendidikan, termasuk SD meliputi: perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan. Sedangkan prasarana meliputi: lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan/kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi, daya dan jasa,
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang lain
yang diperlukan.
Pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan sangat tergantung dari kemampuan dan
kreativitas guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat sarana
dan prasarana yang tidak dimanfaatkan secara maksimal, di samping itu ada sarana dan
prasarana yang tebatas yang dapat dimanfaatkan secara optimal.

B. POTRET SUMBER DAYA MANUSIA DI SD


Sumber daya manusia (SDM) yang ada di SD sekurang – kurangnya meliputi guru
(pendidik), kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan.
Pada kenyataannya, banyak SD yang tidak memiliki tenaga administrasi dan tenaga
perpustakaan. Kualifikasi dan kompetensi guru SD sangat beragam, yang berimplikasi pada
beragamnya kualitas layanan ahli yang dapat diberikan oleh guru.

C. POTRET SUMBER DANA DI SD


Sesuai dengan PP. No. 19/2005, dana atau biaya pendidikan dapat dikelompokkan
menjadi: biaya investasi, biaya personal, dan biaya oprasi. Dana pendidikan di SD dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti dari pemerintah, masyarakat, SPP, atau dari para
dermawan. Ketersedian dana pendidikan sering digunakan sebagai alasan lancar tidaknya
penyelenggaraan suatu usaha, termasuk juga penyelenggaraan pendidikan. Banyak pungutan
yang harus dibayar orang tua siswa merrupakan masalah yang ditemukan dalam suatu survei,
dan dikeluhkan orang tua yang berdomisili di kota karena kualitas layanan pendidikan masih
rendah.

KEGIATAN BELAJAR 2
Sumber Daya yang Berasal dari Luar Sekolah Dasar
A. SARANA DAN PRASARANA DARI LUAR SD
Keterbatasan sarana dan prasarana di SD dapat diatasi dengan berbagai cara, antara
lain dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang dapat
dijangkau oleh SD. Sarana dan prasarana tersebut antara lain sumber belajaryang ada di
lingkungan seperti gejala alam, sanggar seni, balai budaya, perpustakaan, lapangan olah raga,
ruang pertemuan/ruang kelas, atau tempat ibadah. Agar dapat memanfaatkan saran dan
prasarana tersebut sekolah harus menjalin komunikasi profesional dengan pihak – pihak yang
memiliki atau bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana yang akan dimanfaatkan.
Prakarsa dari guru dan kepala sekolah merupakan awal proses pemanfaatan tersebut.

B. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)


Di samping sumber daya manusia (SDM) yang ada di SD, SDM dan lembaga yang
sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan SD, meliputi pengawas SD, Kepala
Dinas Pendidikan Nasional, yang semuanya merupakan pejabat pemerintah, serta Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah yang anggota – anggotanya merupakan representasi dari
masyarakat yang peduli pendidikan.

C. DANA
Dana penyelenggaraan pendidikan di SD berasal dari pemerintah daerah berupa DOP,
dan pemerintah pusat berupa dana BOS, di samping sumbangan dari orang tua siswa yang
disalurkan melalui komite sekolah. Besar dan BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa
pertahun ajaran di satu sekolah, dan hanya boleh digunakan untuk pembiayaan komponen –
komponen yang sudah ditentukan secara ketat. Jika dana BOS dikelolah dengan benar, siswa
SD semestinya bebas dari segala pungutan. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih
banyak pungutan yang dikenakan kepada siswa SD.

Anda mungkin juga menyukai