Anda di halaman 1dari 28

Perkembangan Pendidikan

Sekolah Dasar (SD)


di Era Orde Baru
Oleh : Kelompok II

1. I Gusti Agung Gita Permata Dewi (859021372)


2. Ni Putu Swasty Rahayu (859021437)
3. Ni Nyoman Sriati (859021437)
4. Ni Made Dewi Hendraningsih (859021562)

Universitas terbuka
fakultas Pendidikan
program studi pgsd s1 - bi
Modul 3
Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar
KB 1. Perkembangan Pendidikan Sekolah di Era Orde
Baru
Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar
di Era Orde baru

pemerintahan Soeharto (1967-1998)


atau lebih dikenal dengan era orde baru

Era orde baru berakhir pada masa


kepemimpinan BJ Habibie (21 Mei 1998) yang
merupakan simbol dari reformasi.
Ada 3 hal penting dalam perkembangan pendidikan sekolah dasar
pada era orde baru yaitu:

Perundang-undangan

Kebijakan strategis

Isi dan proses pendidikan SD


Perundang-undangan

Semua ketentuan perundang-undangan berdasar pada pasal 31 UUD 1945, jadi


Pendidikan Nasional merupakan produk sejarah dalam pemikiran bangsa Indonesia untuk
mewujudkan salah satu tujuan pemerintahan negara Indonesia, seperti yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat.Ketentuan perundang-undangan pertama yg
mengatur sistem pendidikan nasional sesuai Pasal 31 UUD 1945 adalah :

Surat Keputusan Menteri


UU No. 4 tahun 1950
Pendidikan dan Pengajaran
tentang Dasar-dasar
Nomor 104/Bhg O, Tanggal 1
Pendidikan
Maret 1946

UU No. 12 tahun Keputusan Ketetapan


1954 tentang Presiden No. MPRS No.
Dasar –dasar 145 Tahun XXVII/MPRS
Pendidikan 1965 /1966

UU No. 22 UU No. 2 Tahun


Tahun 1961 1989
Kebijakan strategis

Kebijakan strategis artinya keputusan manajemen yang bersifat mendasar dan menyeluruh
dari sebuah organisasi , dalam hal ini negara merupakan organisasi tertinggi yang memiliki
kekuatan dan alat-alat untuk memaksa warganya.

Kebijakan strategi bersifat nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan, dan agama.

Pengembangan pendidikan nasional pada Repelita V (1990/1991-1993/1994) secara


keseluruhan, didasarkan pada UU tersebut, sehingga setiap warga negara RI diharapkan
“...memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar, yang meliputi
kemampuan membaca, menulis, dan behitung, serta menggunkan Bahasa Indonesia, yang
diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Isi dan proses pendidikan SD

Pengolahan
1. Daerah terpencil secara geografis karena
Kurikulum dan perangkat letaknya berjauhan dengan daerah lain dan
pendidikan komunikasi yang sulit, SD yang terdiri atas dua
atau tiga guru untuk melayani murid pada 6
Isi pendidikan dasar diterapkan kelas dengan diterapkan pembelajaran kelas
sekurang-kurangnya 13 bidang rangkap melalui program satuan bakti guru
kajian, yaitu ; Pendidikan daerah terpencil seperti di Kepulauan Riau
Pancasila,Agama, 2. Daerah dengan penduduk yang padat, daerah
Kewarganegaraan, bahasa perkotaan dikembangkan gedung bertingkat
Indonesia,Membaca dan dengan ruang belajar lebih dari 6 ruangan agar
Menulis, dapat menampung murid lebih dari 300 orang.
Matematika,Pengantar Sains 3. Daerah normal, daerah yang memiliki tingkat
dan Teknologi, Ilmu Bumi, kepadatan penduduk di bawah 1000 orang per
SNSU, KTK, PenJaskes, kilometer persegi, sehingga dibangun gedung
Menggambar, dan Bahasa SD dengan enam ruangan untuk enam kelas.
Inggris Melalui SD Tradisional ( Konvensional), SD
Pamong, Program Kejar Paket A, SLB, SDLB,
Sekolah Terpadu.
MODUL 3 KB 2
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR di ERA
REFORMASI

Ketentuan Undang-Undang Terkait Pendidikan SD

1. Perkembangan Pendididkan nasional pada Era Reformasi tidak bisa


dilepaskan dari perkembangan pendidikan masa Orde Baru (ORBA).
Pada masa ORBA dibingkai secara komprehensif dalam
Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I) 1969/1970 – 1993/1994 dan
bagian awal dari PJP II tahun 1994/1995 -2018/2019.
2. Perundangan yang mengatur SISDIKNAS pada Era Reformasi
adalah pasal 31 UUD 45 sebelum dan sesudah diamandemen yang
dijabarkan dalam UU No.2 Tahun 1989
3. UU No 20 Tahun 2003 dengan Peraturan pemerintah RI (PP RI No
19 Tahun 2005) Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Kebijakan Strategis Terkait Pendidikan SD dalam Konteks
Pembangunan Pendidikan Nasional

Pembangunan Pendidikan Nasional berdasarkan GBHN yang tertuang


dalam Tap MPR No II/MPR/1998. GBHN memeuat tentang kerangka
nasional tentang (PJP II) (1998-2023) sektor pendidikan digariskan sbb:
“ Terwujudnya masyarakat yang makin sejahtera lahir batin secara adil dan
merata, terselenggaraanya pendidikan nasional dan pelayanan kesehatan
yang makin bermutu dan meratayang mampu mewujudkan yang beiman
dan bertakwa tentang Tuhan YM,berbudi
luhur,sehat,cerdas,patriotik,berdisiplin,kreatif ,produktif dan profesioanal;
makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya
peradapan ,harkat martabat manusia Indonesia dan memperkuat jati diri
dan kepribadian bangsa”
Untuk sektor Pendidikan digariskan sejumlah prinsip pembangunan,
(GBHN,1998: 124-128) yang secara singkat dapat dikemukakan bahwa
pendidikan nasional :
Berakar
 pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasrkan Pancasila dan UUD 45.
Diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya

manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan YME ,berakhlak musia berbudu pekerti
luhur ,memiliki pengetahuan keahlian dan ketrampilan,kesehatan jasmani dan rohani serta
kepribadian yang mantap dan mandiri.
Harus menumbuhakan dan mempertebal rasa cinta tanah air,meningkatnya semnagat

kebagsaa,wawasann keunggulan ,kesetiakawanan sosial dan kesadaran pada sejarah bangsa
dan sikap menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi masa depan.
Perlu ditata dan dikembangkan dimantapkan secara terpadu dan serasi baik antar berbagai

jalur,jenis dan jenjang pendidikan maupun antar sektor pendikan atau sektor pembangunan
lainya serta antar daerah dengan menggunakan menejemen yang mutakhir efektif dan
efisien..
Mengutamakan pemerarataan dan peningkatan pendidikan dasar ,kualitas pendidikan

kejuruan,pendidikan profesional serta meningkatkan wajib belajar sembilan tahun.
Memberi kesempatan pada masyarakat seluas-luasnya berperan setta dalam

penyelenggaraan pendidikan nasional sesuai dengan perundang – undangan.
Disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dan tuntutan kebutuhan

serta perkembangan pembangunan.
Melanjutkan dan meningkatkan pendiddikan pancasila termasuk P4,PMP, pendidikan

agama dan PKN disemua jalur,jenis dan jenjang pendidikan termasuk prasekolah sehingga
terbentuk watak bangsa yang kukuh.
Semua ketentuan perundang undangan yang menjadi turunan dari UU No 2 Tahun 1989
yang tidak bertentangandengan UU No 20 tahun 2003 masih berlaku. Pada tahun 2004 di
undangkan UU RI No 25 Tahun 2004.yang mencakup Rencana Pembanguann jangka
panjang ( RPJP) (20 tahun ) dan menengah ( 5 tahun). Untuk pelaksanaannya di
undangkan Perpres RI No 7 Tahun 2005 tentang (RPJM) .Peningkatan relevansi pendidikan
cirinya:

1. Meningkatna proporsi pendidik formal dan non formal yang memiliki kualifikasi
minimum dan sertiikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
2. Meningkatnya kualitas hasil belajar yang diukur dengan meningkatnya presentasi
siswa yang lulus evaluasi hasil belajar.
3. Meningkatnya hasil penelitian,pengembangan dan penciptaan ilmu pengetahuan dan
tehnologi oleh PT dan lembaga Litbang serta penyebarluasan dan penerapanya pada
masyarakat.
Untuk SD sesuai UU No 4 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.Rincian prioritas yang
terkait pendidikan SD adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggara Wajar Dikdas 9 tahun termasuk didalamnya SD/MI 6 tahun


2. Penyelenggara pendidikan non formal yang bermutu ,dalam hal ini pendidikan kesetaraan
Paket A yang setara SD,bagi masyarakat yang akses pendidikannya tidak terpenuhi oleh
pendidikan
3. Pengembangan kurikulum SD yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi, perkembangan global,nasional dan lokal.
4. Perkembangan pendidikan kewarganegaraan ,pendidikan multikultural,dan pendidikan budi
pekerti ,termasuk pendidikan kesenian ,kebbudayaan dan lingkungan hidup.
5. Penyedia pendidik dan tenaga pendidikanSD/MI yang profesional.
6. Penyedia sarana dan prasarana pendidikan dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
7. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi pendidik SD/MI.
8. Mengembangkan tehnologi komunikasi dan informasi dalm pendidikan.
9. Mengembangkan sistem evalusi,akroditasi dan sertifikasi guru SD/MI.
10. Menyempurnakan manejemen pendidikan dengan meningkatkan otonomi dan desentralisasi
pendiddikan.
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembnagunan pendiddikan.
12. Menata sistem pembiayaan pendidikan yang bersifat adil efisien dan efektif ,tranfaran dan
akuntabel,termasuk penerapan pembiayaan pendidikan berbasis jumlah siswa.
13. Peningkatan anggaran pendidikan hingga 20 % dari APBN danAPBD.
14. Meningkatkan penelitian dan pengembangan untuk mendukung pelaksanaan Wajar Dikdas 9
tahun
Ketentuan perundangan yang merupakan turunan dari UU No 20 tentang Tahun 2003
yang terkait pendidikan Dasar yakni PP RI No 19 tahun 2005 tentang SNP. Sistem dalam
desentralisasi pemeritah di undangkan UU NO 22 tahun 2002 tentang pemerintah daerah
kemudian di ganti UU No 32 Tahun 2004 pemerintah daerah yang dilengkapi PP No 38
tahun 2007. Yang menjadi kewenagan pemerintah daerah:
Pemerintah daerah Provinsi m3miliki kewenangan atas urusan wajib mengenai pendidikan
SD sebagai berikut:
1. Perencanaan strategis
2. Penyelenggaraan dan/atau pengelolaan Satuan pendididkan Dasar bartaraf
internasional.
3. Pemantauan dan evalusi Satuan Pendidikan Dasar bertaraf internasional
pembiayaan penjaminan mutu satuan pendidikan sesuai dengan kewenagannya.
4. Sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar.
5. Pengawasan pendayagunaan bantuan dan sarana dan prasarana pendidikan.
6. Perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga pendidikan Satuan pendididkan Dasar
bartaraf internasional. Sesuai denagn kewenanganya.
7. Pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan antar kabupaten/kota.
8. Peningkatan kesejahteraan,penghargaan dan perlindungan hukum pendidik dan
tenaga pendidikan Satuan pendididkan Dasar bartaraf internasional.
9. Pembinaan dan pengembangan pendididk dan dan tenaga pendidikan PNS pada
Satuan pendididkan Dasar bartaraf internasional.
10. Membantu pelaksanaan ujian nasional.
11. Penyedian biaya ujian sekolah sekala provinsi.
12. Pelaksana evaluasi pengelola Satuan pendidikan Satuan pendididkan Dasar
bartaraf internasional.pelaksana evalusi pencapaian standar nasioanl.
13. Membantu pemerintah dalam pelaksanaan akriditasi.
14. Supervisi dan fasilitasi Satuan pendididkan Dasar bartaraf internasional. Dalam
penjaminan mutu standar internasional.
15. Evaluasi pelaksanaan dampak penjaminan mutu satuan pendidikan skala provinsi.
Pemerintah daerah kabupaten/kota memiiki kewenangan atas urusan wajib mengenai
pendidikan SD/MI sebagai berikut:

1. Penetapan kebijakan operasional pendiddikan dikabupaten kota.


2. Perencanaan operasioanl pendidikan SD sesuai dengan perencanaan strategis
tingkat provinsi dan nasioanl.
3. Sosialisasi dan pelaksanaan standar nasional pendidikan di tinglat kabupaten.
4. Pengelolaan dan penyelenggara pendiddikan.
5. Pemberian ijin pendirian serta pencabutan izin pendirian satuan pendiddikan.
6. Penyelengaraan dan/atau pengelolaan satuan pendidik SD bartaraf
internasional.
7. Pemberian ijin pendirian serta pencabutan izin pendirian satuan pendidikan
berbasis keunggulan lokal.
8. Penyelenggara dan/atau pengelola pendidikan berbasis keunggulan lokal.
9. Peremajaan dat adalam sistem informasimanejemen pendiddikan nasional
untuk tingkat kabupaten/kota
10. Penyediaaan bantuan biaya penyelenggara pendidikan sesuai denagn
kewenangannya.
11. Pembiayaan penjaminan mutu satuan pendiddikan sesuai denag
kewenagannya.
12. Koordinasi dan supervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
13. Sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum
14. Sosialisasi standar isi dan standar kompetensi lulusan.
15. Sosialisasi dan implementasi KTSP.
16. Pengawasan pelaksanaan KTSP
17. Pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional.
18. Pengawasan terhadap bantuan sarana dan prasarana pendiddikan.
19. Pengawasan penggunaan buku pelajaran.
20. Perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga kependiddikan.
21. Pengangkatan dana peempatan pendidikan dan tenaga pendidikan PNS.
22. Pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS.
23. Peningkatan kesejahteraan,penghargaan dan perlindungan hukum pendidik dan
tenaga pendidikan.
24. Pembinaan dan pengembangan pendididk dan dan tenaga pendidikan dan
pemberhentian pendidik dan tenaga pendidikanPNS.
25. Membantu pelaksanaan ujian nasional.
26. Koordinasi,fasilitas,monitoring,dan evaluasipelaksanaan ujian sekolah pada
skala kabupaten.
27. Penyediaan biaya ujian sekolah.
28. Pelaksanaa Evaluasi pengelola Satuan pendidikan
29. Pelaksanaan evaluasi pencapaian standar nasional.
30. Membantu pemerintahdalam akreditasi sekolah.
31. Supervisi dan fasilitasi satuan pendidikan bertaraf internasional.
32. Evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu pada skala kabupaten/kota.
C. Mengapa diperlukan Standar Nasional Pendidikan
 Perwujudan desentralisasi pendidikan Nasional memerlukan adanya
Standar Nasional Pendidikan sebagai sarana penjaminan mutu,yang
pengembangannya dan pemantauannya dilakukan oleh Badan Standarisasi
Nasional Pendidikan.(BSNP)
 Mulai dari kurikulum 1946 s/d kurikulum 1994 sarat isi dan hanya
menekankan pengusaan pengetahuan. Agar lebih fleksibel sesuai UU No
20 Tahun 2003, diperlukan strategi pengembangan kurikulum yang bersifat
sistemik atas dasar kajian komprehensif mengenai kebutuhan dan
kehidupan masyarakat Indonesia dan tututan kehidupan global.
 Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan baik dikembangkan,Standar
Kompetensi Lulusan(SKL),Standar Isi (SI),Standar Proses Pembelajaran,
Standar Tendik,Standar Sarpras. Proses Pembelajaran yang mendidik dan
mencerdaskan menjadi tuntutan baru.
Pendidikan Era Reformasi menekankan

 Mengembangkan potensi peserta didik dalam bentuk kemampuan mencari


ilmu ( learning to know) misal membaca pengetahuan,penelitian dll
 Kemampuan untuk mengunakan kemampuan untuk bekerja ( learning to
do), misal bekerja secara mandiri menghasilkan produk.
 Kemampuan untuk hidup harmonis ( learning to live)
 Kemampuan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat (learning to be)
termasuk di dalamnya mampu hidup melalui kehidupan itu sendiri
(learning through life), misal jadi petani/pedagang.
D. Bagaimana Visi dan Misi Pendidikan Nasional
 Pada Penjelasan UU Sisdiknas 20/2003, pendidikan nasional mempunyai visi “terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.”

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dijabarkan misi pendidikan nasional yaitu :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu

2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa

3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan

4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pedidikan


E. Apakah Esensi dari Sisdiknas

Ada empat prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional yang


digariskan dalam Pasal 4 UU Sisdiknas 20/2003, antara lain :
 Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
 Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna
 Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
 Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran
F. Bagaimana Hak dan Kewajiban warga negara, orang tua,
masyarakat dan pemerintah
 UU Sisdiknas 20/2003 (Pasal 6 ayat 2) menegaskan bahwa Setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar dan
setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaran
pendidikan.
 Dalam Pasal 7 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa orang tua berhak berperan serta
dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya, dan orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban
memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
 Pasal 8 dinyatakan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan dan dalam Pasal 9
digariskan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
 Sementara itu dalam Pasal 10 diatur tegas bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi dan dalam Pasal
11, pemerintah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
G. Kelembagaan Sistem Pendidikan Nasional di Era Reformasi

Menurut pasal 13 bahwa pendidikan diselenggarakan


dalam struktur pendidikan yang bersifat nasional-
sistemik tercakup dalam jalur,jenjang, dan jenis
pendidikan.
Secara konstitusional menurut pasal 16 yaitu jalur,
jenjang dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam
bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
JALUR, JENJANG, DAN
JENIS PENDIDIKAN

JALUR JENJANG JENIS


PENDIDIKAN PENDIDIKAN FORMAL PENDIDIKAN

UMUM
PEND. FORMAL PEND. DASAR
KEJURUAN
NONFORMAL PEND. MENENGAH
AKADEMIK

INFORMAL PEND. TINGGI PROFESI

VOKASI

KEAGAMAAN

KHUSUS
H. Isi dan proses pendidikan SD
1. Kerangka Dasar Kurikulum
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa
kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
kelompok mata pelajaran estetika;
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
 Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
 Beragam dan terpadu
 Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni
 Relevan dengan kebutuhan kehidupan
 Menyeluruh dan berkesinambungan
 Belajar sepanjang hayat
 Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
 Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya
 Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar
 Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar
 Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan
 Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat
 Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
 Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya
serta kekayaan daerah
 Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan
lokal dan pengembangan diri
Struktur Kurikulum SD/MI
 Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri
• Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA
Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
• Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik, sedangkan Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata
pelajaran.
• Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan
menam-bah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.
• Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
• Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34-38
minggu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai