Anda di halaman 1dari 29

MODUL 3

KB 1. Perkembangan Pendidikan SD di Era Orde Baru

A Ketentuan Perundang-undangan terkait Pendidikan SD

Pendidikan pada era orde baru secara historis, politis, dan sosial kultural
merupakan kelanjutan dari perkembangan pendidikan sebelumnya, yakni pendidikan
sejak Indonesia merdeka tahun 1945 sampai dengan seluruh kurun waktu
pemerintahan Presiden Soekarno yang berakhir pada tahun 1967 ketika Presiden
Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, dan menandai dimulainya era Orde Baru.
Era Orde Baru,di bawah pemerintahan Presiden Soeharto dimulai tahun 1967 sampai
tahun 1998, saat tumbangnya rezim pemerintahan Orde Baru.
Ketentuan Perundang-undangan terkait Pendidikan SD

1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Pengajaran Nomor 104/Bhg O, Tanggal 1


Maret 1946 tentang Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar
Dewantara
2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan (PPK)
3. Undang-Undang No. 12 Tahun 1954, sebagai pemberlakuan UU No. 4 Thn 1950
4. Keputusan Presiden No. 145 Tahun 1965 tentang perumusan Tujuan pendidikan
sesuai dengan Manipol-USDEK
5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966, tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan
6. Undang-Undang No. 22 Tahun 1961, mengatur Perguruan Tinggi
7. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
B Berbagai Kebijakan Strategis terkait Pendidikan SD

Kebijakan strategis negara merupakan kebijakan yang bersifat nasional yang mencakup
seluruh sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan agama.
Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada era Orde Baru dituangkan dalam Pembangunan
Jangka Panjang 25 tahun, PJP I (1969/1970 – 1993/1994) yang dijabarkan dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita I-IV) dan PJP II awal, Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999).
Pengembangan pendidikan nasional pada Repelita V secara keseluruhan didasarkan pada UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sisdiknas. Dengan system pendidikan nasional tersebut, setiap warga negara RI
diharapkan “… memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar, yang
meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, serta menggunakan bahasa Indonesia,
yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”
C Isi dan Proses Pendidikan SD
Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan
lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi pendidikan
dasar ditetapkan sekurang-kurangnya 13 bidang kajian yang secara konseptual
dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik.
Perluasan dan pemerataan pendidikan dimaksudkan utnuk menciptakan keadaan
sehingga setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan, didukung dengan pengangkatan guru baru dan penghapusan SPP secara
bertahap, Pembangunan unit Gedung baru dan rehabilitasi gedung lama.
Kriteria daerah penyebaran untuk mewujudkan program wajib belajar

Daerah berpenduduk
Daerah terpencil padat Daerah normal

Perluasan program wajar Dilaksanakan melalui SD


dikdas dilakukan melalui Dikembangkan Gedung
Tradisional (konvensional),
pengembangan SD Kecil, yang sekolah bertingkat dengan 6
yaitu : SD biasa, Madrasah
terdiri atas 2 atau 3 ruang ruangan untuk 6 kelas
Ibtidaiyah (MI), SD Pamong,
dengan 2 atau 3 guru untuk Program Kejar (Paket A),
melayani murid pada 6 kelas Sekolah Luar Biasa (SLB),
dengan menerapkan Sekolah Dasar Luar Biasa
pembelajaran kelas rangkap. (SDLB), dan SD Terpadu.
KB 2. Perkembangan Pendidikan SD di Era Orde Reformasi

A Ketentuan Perundang-undangan terkait Pendidikan SD

Ketentuan perundang-undangan yang mengatur Sisdiknas Era Reformasi adalah Pasal


31 UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen yang dijabarkan ke dalam :
1. UU No. 2 Thn 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) sampai tahun 2003
2. UU No. 20 Thn 2003, mengatur pendidikan nasional dari tahun 2003 sampai sekarang
3. Peraturan Pemerintah RI. (PP RI) No. 19 Thn 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP)
Kebijakan Strategis terkait Pendidikan SD dalam Konteks
B Pembangunan Pendidikan Nasional

Pembangunan pendidikan, pada awal era Reformasi secara nasional dilaksanakan


berdasarkan pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagaimana tertuang dalam
Ketetapan MPR No. II/MPR/1998. Sesuai dengan PP RI. 38 thn 2007 Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota memiliki kewenangan atas urusan wajib mengenai pendidikan SD/MI
antara lain : penetapan kebijakan operasional pendidikan di kabupaten/kota, perencanaan
operasional pendidikan SD sesuai dengan perencanaan strategis tingkat provinsi dan
nasional, sosialisasi dan pelaksanaan standar nasional pendidikan di tingkat kabupaten;
dan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
C. Mengapa diperlukan standar nasional pendidikan?

1. Dalam perwujudan paradigma pendidikan nasional yang desentralistik,


Pendidikan Nasional memerlukan adanya Standar Nasional Pendidikan,
sebagai sarana penjaminan mutu pendidikan nasional, yang
pengembangan dan pemantauannya dilakukan oleh Badan Standarisasi
Nasional Pendidikan (BSNP).
2. Untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan baik, sebagaimana
dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional, telah dikembangkan
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses pembelajaran,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta standar sarana dan
prasarana
D. Visi dan Misi Pendidikan Nasional
Terwujudnya system pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia
Visi Pendidikan Nasional berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah.

 Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan


memperoleh pendidikan yang bermutu
 Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak
bangsa secara utuh sejak usia dini
 Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses
pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian
yang bermoral Misi Pendidikan
Nasional
 Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas Lembaga
pendidikan
 Memberdayakan peran serta Masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
E. Esensi dari Sistem Pendidikan Nasional

Prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal 4 UU Sisdiknas) :

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa

2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbuka dan
multimakna

3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta


didik yang berlangsung sepanjang hayat

4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan


mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan


berhitung bagi segenap warga Masyarakat

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen Masyarakat melalui


peran serta penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan
F. Hak dan Kewajiban warganegara, orang tua, masyarakat & pemerintah

Pasal 5 UU Sisdiknas 20/2003 menyatakan sebagai berikut :


1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu
2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan
atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus
3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta Masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus
4. Warga negara yang memiliki potensial kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus
5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat
Hak dan Kewajiban warganegara, orang tua, masyarakat & pemerintah

Pasal 7 ayat 1 dan 2 Pasal 8 dan 9 Pasal 10 dan 11

Orangtua berhak berperan serta


Masyarakat berhak berperan Pemerintah pusat dan daerah
dalam memilih satuan
serta dalam perencanaan, wajib memberikan layanan dan
pendidikan dan memperoleh
pelaksanaan, pengawasan, dan kemudahan, serta menjamin
informasi tentang
evaluasi program pendidikan. terselenggaranya pendidikan
perkembangan pendidikan
anaknya, dan orang tua dari yang bermutu bagi setiap
Masyarakat berkewajiban warga negara tanpa
anak usia wajib belajar,
memberikan dukungan sumber diskriminasi dan wajib
berkewajiban memberikan
daya dalam penyelenggaraan menjamin tersedianya dana
pendidikan dasar kepada
pendidikan. guna terselenggaranya
anaknya.
pendidikan bagi setiap warga
negara yang berusia 7-15 tahun
G. Kelembagaan Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan nasional diselenggarakan dalam suatu struktur pendidikan


yang bersifat nasional-sistemik, yang tercakup dalam jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Dalam pasal 13, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, yang dapat
diselenggarakan dengan system terbuka melalui tatap muka dan atau jarak jauh.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan Dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi (Pasal 14)
Pendidikan formal sering disebut juga sebagai pendidikan persekolahan
atau schooling education. Pendidikan nonformal sebelumnya dikenal sebagai
pendidikan luar sekolah atau out of school education merupakan Lembaga pendidikan
hidup dalam Masyarakat yang tidak terstruktur ketat seperti pendidikan formal,
misalnya kursus-kursus keterampilan.
H. Isi dan Proses Pendidikan SD

Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta pengelolaan
pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi kurikulum pendidikan dasar ditetapkan sekurang-
kuangnya 10 bidang kajian (Pasal 37) yang secara konseptual dirancang untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian anak didik. Bidang kajian tersebut adalah :
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa
4. Matematika
5. Ilmu pengetahuan alam
6. Ilmu pengetahuan sosial
7. Seni dan budaya
8. Pendidikan jasmani dan olahraga
9. Keterampilan/kejuruan
10. Muatan lokal
H. Isi dan Proses Pendidikan SD

Sesuai dengan Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah, dan komite sekolah
berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan, khususnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Prinsip-prinsip tersebut
yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
MODUL 4
KB 1. Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi,
dan Sosial Anak

A Karakteristik Perkembangan Fisik

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Faktor-faktor


tersebut meliputi :
1. Pengaruh keluarga/keturunan
2. Gizi
3. Tingkat sosial ekonomi
4. Faktor emosional
5. Jenis kelamin
6. Kesehatan
7. Suku bangsa/ras
B Karakteristik Perkembangan Motorik

Motorik merupakan Gerakan-Gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja sama
antara otot, otak, dan saraf. Ketiga unsur tersebut melaksanakan perannya masing-masing secara
interaksi positif, artinya antarunsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling
melengkapi, sehingga akan tercapai kondisi motoris yang lebih sempurna. Bagi anak yang
mempunyai kelainan otak, walaupun sistem syaraf dan otot sudah berkembang dengan baik, ia
tidak dapat menggunakan kemampuan motorik dengan sempurna.

Kemampuan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari, dan adanya
bimbingan. Untuk anak usia SD, antara otot, dan sarafnya sudah berkembang baik,
sehingga Gerakan motoriknya juga sudah terkoordinasi dengan baik pula. Semakin
bertambah usia anak, maka semakin sempurna Gerakan motoriknya, hingga benar-
benar dapat menyamai orang dewasa.
C. Karakteristik Perkembangan Emosi

Pada umumnya ungkapan emosi anak usia SD teraktualisasi dengan tertawa lepas dalam
mengungkapkan kegembiraan atau rasa senangnya, sedang pada anak yang mengalami
kekecewaan atau kekesalan tak jarang mereka mengungkapkannya dengan ledakan atau
cemberut. Tetapi anak usia SD sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutam emosi yang
kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain. Sehingga anak mulai
berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
Sebagai guru perlu memperhatikan pola perkembangan emosi para siswa. Bimbinglah
mereka dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan,
karena akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
D. Karakteristik Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan
sosialnya. Pada usia SD, perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia
berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas
bersama teman-teman. Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar
mengenal, menafsirkan dan melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang
mereka hadapi.

Motivasi berteman pada anak SD dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :

1. Tahap pemenuhan kebutuhan


2. Tahap balas jasa
3. Tahap akrab
KB 2. Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan
Spiritual Anak

A Karakteristik Perkembangan Intelektual

Intelek maksudnya ialah pikir, sedang intelektual adalah kemampuan kecerdasan.


Menurut Piaget perkembangan kognitif anak usia SD termasuk pada tahap perkembangan
operasi konkret. Pada tahap ini anak mampu berpikir secara logis dan kuantitatif, mereka
mampu berperilaku objektif dalam mengkaji kejadian.
Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek
sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutannya,
kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara
deduktif.
Mereka telah mampu berpikir desenter, yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian
pada beberapa atribut dari sebuah benda atau kejadian secara bersamaan dan mengerti
hubungan antar dimensi.
Tahapan Kemampuan intelektual anak SD
Desentrasi dan Konservasi
Anak mempunyai konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, misal tinggi air dalam
gelas, dapat dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi lain yaitu lebar.

Seriasi
Kemampuan untuk mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat
atau ukuran. Pada tahap ini anak mampu mengurutkan benda dari yang besar sampai yang
terkecil, atau sebaliknya.
Pemikiran Rasional
Pada tahap ini anak dapat menyebutkan karakteristik teman-teman sekelas. Anak
dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian. Anak dapat berpikir
secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
Inklusi Kelas
Pada tahap ini anak dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan.
Anak dapat menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan hierarki
antargolongan.
B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa dimulai dari tangisan bayi, berceloteh, sampai kemampuan


mengobrol. Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara, seperti alat
bicara, pertumbuhan dan perkembangan otak, anak semakin jelas dalam mengutarakan
kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak
terlepas dari pengaruh lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak.

Bahasa yang digunakan manusia berfungsi untuk :

1. Mengekspresikan perasaan
2. Mempengaruhi orang lain
3. Menyampaikan informasi
Tahapan Berbicara
Menangis
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan hubungan
sosial dengan sekelilingnya.

Berceloteh
Bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat
mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif.

Holofrase
Yaitu ucapan satu kata yang diartikan sebagai kalimat utuh terutama dalam ucapan
bayi atau orang lain yang kurang lancar berbahasa.

Mengobrol
Merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar
pembicaraannya didengar dan dimengerti oleh orang lain.
Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Bicara

Keluarga Media Elektronik Sekolah

Orangtua, saudara dan orang Melalui media elektronik, anak Melalui buku Pelajaran,
lain dalam keluarga sering dapat mendengarkan dan komunikasi dengan guru dan
melibatkan anak-anak untuk menyimak pembicaraan orang teman-teman di sekolah, anak-
membicarakan berbagai hal lain dengan seksama, anak dapat meningkatkan
sesuai dengan dunia anak. pemahaman terhadap penguasaan kosakata. Mereka
Keterlibatan tersebut akan pembicaraan orang lain juga juga mampu meningkatkan
memperkaya kosakata anak. meningkat. pemahaman terhadap kalimat-
kalimat yang dibaca, dan
didengar di sekolah.
C. Perkembangan Moral

Pada awal masa kanak-kanak perkembangan moralnya masih


dalam tingkat rendah, hal ini karena anak belum mengerti masalah
standar moral, mereka hanya belajar, mereka hanya belajar
bagaimana bertindak, tanpa mengetahui mengapa harus bertindak.
Perkembangan moral menurut beberapa pakar
a. Menurut Piaget
Anak usia sekitar 5 tahun mempunyai b. Menurut Kohlberg
konsep bahwa benar salah masih dipahami
dengan kaku. Tapi pada usia 11 tahun, yang
proses berpikirnya mulai berkembang, Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk
kadang-kadang menganggap bahwa tingkat pertama perkembangan moral anak-anak.
berbohong tidak selalu buruk Pada tahap ini anak mengikuti semua peraturan
yang telah diberikan. Pada tingkat kedua disebut
dengan moralitas konvensional atau moralitas
aturan-aturan. Anak menyesuaikan diri pada
peraturan dalam kelompoknya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Moral
Lingkungan rumah

Lingkungan sekolah

Teman sebaya dan aktivitasnya

Intelegensi dan jenis kelamin


D. Perkembangan Agama
Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek penting,
yaitu :
1. Aspek pembentukan kepribadian
2. Pengajaran agama

Anak belajar agama dengan cara mencontoh, melalui


pendengaran, penglihatan dan berbagai panca Indera
lainnya. Dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu
berpikir abstrak, sehingga dapat mencerna pendengaran dan
penglihatan yang diterimanya dan menjalankan agama
dengan penuh kesadaran.
Dalam menyampaikan materi Pelajaran, guru dituntut
untuk kreatif melalui pemilihan metode maupun media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan
dan kondisi siswanya.
Berbagai Metode dalam Pembelajaran di SD

Bercerita Demonstrasi

Bermain Pemberian Tugas

Karyawisata Diskusi & Tanya


Jawab
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai