Pendidikan pada era orde baru secara historis, politis, dan sosial kultural
merupakan kelanjutan dari perkembangan pendidikan sebelumnya, yakni pendidikan
sejak Indonesia merdeka tahun 1945 sampai dengan seluruh kurun waktu
pemerintahan Presiden Soekarno yang berakhir pada tahun 1967 ketika Presiden
Soekarno digantikan oleh Presiden Soeharto, dan menandai dimulainya era Orde Baru.
Era Orde Baru,di bawah pemerintahan Presiden Soeharto dimulai tahun 1967 sampai
tahun 1998, saat tumbangnya rezim pemerintahan Orde Baru.
Ketentuan Perundang-undangan terkait Pendidikan SD
Kebijakan strategis negara merupakan kebijakan yang bersifat nasional yang mencakup
seluruh sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan agama.
Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada era Orde Baru dituangkan dalam Pembangunan
Jangka Panjang 25 tahun, PJP I (1969/1970 – 1993/1994) yang dijabarkan dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita I-IV) dan PJP II awal, Repelita VI (1994/1995 – 1998/1999).
Pengembangan pendidikan nasional pada Repelita V secara keseluruhan didasarkan pada UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sisdiknas. Dengan system pendidikan nasional tersebut, setiap warga negara RI
diharapkan “… memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar, yang
meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, serta menggunakan bahasa Indonesia,
yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”
C Isi dan Proses Pendidikan SD
Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan
lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi pendidikan
dasar ditetapkan sekurang-kurangnya 13 bidang kajian yang secara konseptual
dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik.
Perluasan dan pemerataan pendidikan dimaksudkan utnuk menciptakan keadaan
sehingga setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan, didukung dengan pengangkatan guru baru dan penghapusan SPP secara
bertahap, Pembangunan unit Gedung baru dan rehabilitasi gedung lama.
Kriteria daerah penyebaran untuk mewujudkan program wajib belajar
Daerah berpenduduk
Daerah terpencil padat Daerah normal
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbuka dan
multimakna
Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta pengelolaan
pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi kurikulum pendidikan dasar ditetapkan sekurang-
kuangnya 10 bidang kajian (Pasal 37) yang secara konseptual dirancang untuk mengembangkan
kemampuan dan kepribadian anak didik. Bidang kajian tersebut adalah :
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa
4. Matematika
5. Ilmu pengetahuan alam
6. Ilmu pengetahuan sosial
7. Seni dan budaya
8. Pendidikan jasmani dan olahraga
9. Keterampilan/kejuruan
10. Muatan lokal
H. Isi dan Proses Pendidikan SD
Sesuai dengan Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah, dan komite sekolah
berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan, khususnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Prinsip-prinsip tersebut
yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
MODUL 4
KB 1. Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi,
dan Sosial Anak
Motorik merupakan Gerakan-Gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja sama
antara otot, otak, dan saraf. Ketiga unsur tersebut melaksanakan perannya masing-masing secara
interaksi positif, artinya antarunsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling
melengkapi, sehingga akan tercapai kondisi motoris yang lebih sempurna. Bagi anak yang
mempunyai kelainan otak, walaupun sistem syaraf dan otot sudah berkembang dengan baik, ia
tidak dapat menggunakan kemampuan motorik dengan sempurna.
Kemampuan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari, dan adanya
bimbingan. Untuk anak usia SD, antara otot, dan sarafnya sudah berkembang baik,
sehingga Gerakan motoriknya juga sudah terkoordinasi dengan baik pula. Semakin
bertambah usia anak, maka semakin sempurna Gerakan motoriknya, hingga benar-
benar dapat menyamai orang dewasa.
C. Karakteristik Perkembangan Emosi
Pada umumnya ungkapan emosi anak usia SD teraktualisasi dengan tertawa lepas dalam
mengungkapkan kegembiraan atau rasa senangnya, sedang pada anak yang mengalami
kekecewaan atau kekesalan tak jarang mereka mengungkapkannya dengan ledakan atau
cemberut. Tetapi anak usia SD sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutam emosi yang
kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain. Sehingga anak mulai
berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
Sebagai guru perlu memperhatikan pola perkembangan emosi para siswa. Bimbinglah
mereka dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan,
karena akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.
D. Karakteristik Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan
sosialnya. Pada usia SD, perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia
berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas
bersama teman-teman. Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar
mengenal, menafsirkan dan melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang
mereka hadapi.
Motivasi berteman pada anak SD dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu :
Seriasi
Kemampuan untuk mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat
atau ukuran. Pada tahap ini anak mampu mengurutkan benda dari yang besar sampai yang
terkecil, atau sebaliknya.
Pemikiran Rasional
Pada tahap ini anak dapat menyebutkan karakteristik teman-teman sekelas. Anak
dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian. Anak dapat berpikir
secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
Inklusi Kelas
Pada tahap ini anak dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan.
Anak dapat menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan hierarki
antargolongan.
B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak
1. Mengekspresikan perasaan
2. Mempengaruhi orang lain
3. Menyampaikan informasi
Tahapan Berbicara
Menangis
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan hubungan
sosial dengan sekelilingnya.
Berceloteh
Bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat
mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif.
Holofrase
Yaitu ucapan satu kata yang diartikan sebagai kalimat utuh terutama dalam ucapan
bayi atau orang lain yang kurang lancar berbahasa.
Mengobrol
Merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar
pembicaraannya didengar dan dimengerti oleh orang lain.
Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Bicara
Orangtua, saudara dan orang Melalui media elektronik, anak Melalui buku Pelajaran,
lain dalam keluarga sering dapat mendengarkan dan komunikasi dengan guru dan
melibatkan anak-anak untuk menyimak pembicaraan orang teman-teman di sekolah, anak-
membicarakan berbagai hal lain dengan seksama, anak dapat meningkatkan
sesuai dengan dunia anak. pemahaman terhadap penguasaan kosakata. Mereka
Keterlibatan tersebut akan pembicaraan orang lain juga juga mampu meningkatkan
memperkaya kosakata anak. meningkat. pemahaman terhadap kalimat-
kalimat yang dibaca, dan
didengar di sekolah.
C. Perkembangan Moral
Lingkungan sekolah
Bercerita Demonstrasi