Anda di halaman 1dari 39

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR
Nama Kelompok :
• Alfrida Nur Hasana 857818412
• Eka Jayanti 857818175
• Lina Tri Astuti 857817324
• Meidini Martiningsih 857824494
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR

KB 1 KB 2
Tatanan Organisasi dan
Fungsi, Tujuan dan Ciri-ciri Bentuk-bentuk
Pendidikan Sekolah Dasar Penyelenggaraan
Pendidikan Sekolah Dasar
A. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, ber-tujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
sertabertanggung jawab". (UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional)
Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
Tujuan pendidikan dasar adalah memberikan bekal dasar kepada siswa
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.
3 Kelompok Tujuan Pendidikan SD

01. Menanamkan kemampuan dasar baca-tulis-hitung

Menanamkan pengetahuan dan ketrampilan dasar bermanfaat


02. bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya

03. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SMP


B. Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar

1. Karakteristik Umum 2. Karakteristik Khusus


Pendidikan SD Pendidikan SD
1. Karakteristik Umum Pendidikan SD

1. Kemelekwacanaan 2. Kemampuan Berkomunikasi

3. Kemampuan memecahkan 4. Kemampuan Bernalar


masalah
2. Karakteristik Khusus Pendidikan SD

a. Siswa SD c. Kurikulum
Siswa SD adalah anak – anak yang Kurikulum SD merupakan bagian dari
berusia antar 6-12 tahun. Anak – kurikulum Pendidikan Dasar, yang
anak SD mempunyai kemampuan mempunyai tujuan yang khas yaitu
yang berbeda dari satuan mengembangkan kemampuan dasar anak
pendidikan lainnya. SD.

b. Guru d. Pembelajaran
Tugas guru adalah mengajar, tugas guru Seiring dengan berkembangnya
SD adalah mengajakan semua maple kemampuan bernalar, cara pandang
kecuali agama dan PJOK. Selain itu guru holistik tersebut akan berkembang menuju
sangat bertanggung jawab penuh dalam pada pemahaman tentang adanya saling
kelasnya. ketergantungan.

e. Gedung dan peralatan pembelajaran


Gedung SD terdiri dari 3-6 ruang kelas dan satu ruangan guru. Tidak
ada ruangan khusus admministrasi.
KB 2
Tatanan Organisasi dan Bentuk-bentuk
Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah
Dasar
TATANAN ORGANISASI SEKOLAH DASAR

Penyelenggaraan SD menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah


01. Pusat, dan Pemerintah Daerah.

02. Penglolaan SD melibatkan Komite Sekolah

Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan pada SD


03. menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan dan dapat
memperoleh bantuan.
Departemen Departemen
Pendidikan Dalam Negeri
Nasional Diagram
Dinas Pendidikan
Propinsi
Organisasi
Pengelolaa
Dinas Pendidikan n SD
Kabupaten / Kota

Dinas Pendidikan
Kecamatan Ranting
Dinas

SD / MI
Komite
Sekolah
BENTUK-BENTUK PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN SD

01. 02. 03.


SD dan MI SD Unggulan /
Sekolah Dasar Luar
Sekolah Nasional Biasa (SDLB)
Plus

04. 05. 06.


Sekolah Dasar Inklusi Program Paket A Sekolah Rumah
MODUL 3
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR
KB. 1 Perkembangan Pendidikan Sekolah Dasar
di Era Orde Baru
A. Ketentuan Perundang-undangan Terkait Pendidikan SD

1. Pemenggalan kurun waktu sejarah kontemporer politik Indonesia setelah


Proklamasi 17 Agustus 1945, antara lain dilakukan berdasarkan era
kekuasaan suatu rejim pemerintahan negara.
2. Era pemerintahan Indonesia, dibagi menjadi:
a. Presiden Soekaro (1945-1965) = Era Orde Lama
b. Presiden Soeharto (1967-1998) = Era Orde Baru
c. Presiden BJ. Habibie (sejak 21 Mei 1998) = Era Reformasi
SEJARAH PENDIDIKAN JAMAN ORDE LAMA – PRESIDEN SOEKARNO

UU yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional adalah Pasal 31 UUD 1945 yang dijabarkan secara legal

formal ke dalam:

1. SK Menteri Pendidikan dan Pengajaran No. 104/Bhg O, Tanggal 1 Maret 1946 tentang

pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran RI di bawah Ki Hajar Dewantara

2. UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK)

3. UU No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di seluruh RI

bekas RIS

4. Keppres No. 145 Tahun 1965 tentang perumusan tujuan pendidikan sesuai dengan Manipol –

USDEK

5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MRS/1966, tentang agama, pendidikan, dan kebudayaan yang

mengganti rumusan tujuan pendidikan nasional menurut Keppres No. 145 Tahun 1965

6. UU No. 22 Tahun 1961, khusus mengatur tentang Perguruan Tinggi

7. UU No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan nasional merupakan produk sejarah dalam pemikiran bangsa Indonesia untuk
mewujudkan salah satu tujuan pemerintahan negara Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagaimana tersurat dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Contohnya:
1. SD 6 tahun (Tweede Inlandsche-School)  Sekolah Bumi Putera Kelas Dua dengan masa belajar 5
tahun
2. Volk-School  Sekolah Lanjutan dari Sekolah Desa untuk golongan pribumi dengan lama belajar
2 tahun
3. Holandsche Inlandsche School (HIS)  Sekolah Bumi Putera Belanda untuk golongan ningrat dan
tokoh terkemuka Indonesia asli, dengan lama belajar 7 tahun dan menggunakan Bahasa
Belanda. Pada masa Hindia Belanda, dan Sekolah Rakyat enam tahun (SR 6 tahun) pada masa
awal Republik Indonesia sampai dengan era Orde Lama.
Gambaran Profil Kuantitatif Era permulaan
Orde Baru (1968)

Jumlah SD
01.
60.023

02. Jumlah Murid


12.163.495

03. Jumlah Guru


308.657
B. Berbagai Kebijakan Strategis Terkait dan/atau Tentang
Pendidikan SD
1. Secara harfiah kebijakan strategis merupakan terjemahan dari
Strategic policy yang artinya kebijakan atau keputusan manajemen
/politik yang bersifat mendasar dan menyeluruh dari sebuah
organisasi, dalam hal ini negara yang merupakan organisasi tertinggi
yang memiliki kekuatan dan alat-alat untuk memaksa warganya (dwang
ordnung atau coercive instrument).
2. Kebijakan strategis negara merupakan kebijakan yang bersifat
nasional yang mencakup seluruh sektor kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, dan agama).
Contoh kebijakan nasional

● Pemahaman, Penghayatan, ● Pendidikan dan kebudayaan


dan Pengamalan Pancasila  kebudayaan
atau P4  Ideologi
● Wawasan nusantara 
● Sistem kepartaian dan hankam
keormasan  politik
● Hari-hari besar keagamaan
● Koperasi, keuangan dan dan tempat pendirian ibadah
perbankan  ekonomi  agama

● Bencana alam dan


pemukiman  sosial
Kebijakan Nasional dalam Sektor Pendidikan
pada Era Orde Baru (ORBA)

a. Pembangunan Jangka Panjang I


(PJP I)  PJP I – kurun waktu 25
b. Pembangunan Jangka Panjang
tahun, dimulai tahun 1969/1970 –
Kedua (PJP II)  Awal Repelita VI
1993/1994, yang dijabarkan dalam
tahun 1994/1995 – 1998/1999.
Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita I-V).
1. Selama PJP I Pembangunan Sektor Pendidikan terutama diarahkan pada
perwujudan komitmen nasional bangsa Indonesia terhadap Pancasila dan UUD
1945 sebagai landasan dan tujuan akhir pendidikan.
2. Oleh karena itu, sejak Repelita I pendidikan telah diupayakan untuk selalu
berkaitan erat dengan “kebutuhan, perkembangan ekonomi dan sosial sehingga
dapat memberi bekal hidup kepada peserta didik dan memenuhi kebutuhan
masyarakat” (Djojonegoro, 1996:166)
3. Dengan diberlakukannya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas, setiap warga
negara RI diharapkan “ ... Memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan
kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung,
serta menggunakan bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara
untuk dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara”.
UU No. 2 Tahun 1989
Jenjang pendidikan dasar mencakup:

1. Pendidikan SD 2. Pendidikan SLTP


- menampung anak usia 7-12 - menampung anak usia 13 – 15
tahun tahun
- lama belajar 6 tahun - lama belajar 3 tahun
C. Isi dan Proses Pendidikan SD

1. Isi dan proses pendidikan  mencakup kurikulum dan perangkat


pendidikan lainnya serta pengelolaan pendidikan secara keseluruhan.
2. Sebagai isi pendidikan dasar ditetapkan sekurang-kurangnya 13 bidang
kajian, yaitu  Pendidikan Pancasila, Agama, Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Membaca dan Menulis, Matematika (termasuk berhitung),
Pengantar Sains dan Tekhnologi, Ilmu Bumi, Sejarah Nasional dan
Sejarah Umum, Kerajinan Tangan dan Kesenian, Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Menggambar serta Bahasa Inggris.
Kurikulum Pendidikan Dasar Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993
Mencakup 10 mata pelajaran, yaitu:

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


2. Pendidikan Agama
3. Bahasa Indonesia (Membaca dan Menulis)
4. Matematika (berhitung)
5. Ilmu Pengetahuan Alam (Pengantara Sains dan Teknologi)
6. Ilmu Pengetahuan Sosial (Ilmu Bumi, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum)
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian
8. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
9. Bahasa Inggris
10. Muatan Lokal (sejumlah mata pelajaran)
REPELITA II

USAHA DAMPAK
• Pembangunan gedung baru • Repelita III  daya tampung SD
untuk mengakomodasikan meningkat menjadi 20,9 juta orang
sebanyak 720.000 orang anak • Repelita V  daya tampung 29,6 juta
usia SD selama Repelita II • Artinya bertambah sekitar 16 juta orang
• Pengangkatan guru baru selama PJP I
• Penghapusan secara bertahap • Kondisi ini menjadi landasan yang kuat
Sumbangan Pembinaan bagi pencanangan wajib belajar SD
Pendidikan (SPP)
Program Wajib Belajar SD
• Dicanangkan pada tanggal 2 Mei 1984 bertepatan dengan Hari
Pendidikan Nasional
• Didukung dengan pembangunan unit gedung baru dan rehabilitasi
gedung lama
• Hal tersebut telah mendorong pemerintah untuk memperluas
kesempatan belajar pada tingkat SLTP sebagai langkah persiapan
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
3 Daerah Penyebaran Program Wajib
Belajar
1. Daerah terpencil secara geografis (letak berjauhan dan komunikasi yang sulit)
 Contoh: Kepulauan Riau, pedalaman Kalimantan
 Pengembangan SD Kecil dengan penerapan pembelajaran kelas rangkap

2. Daerah dengan penduduk yang padat


 Contoh: daerah perkotaan (Medan, Jakarta, Surabaya dan Makassar)
 Tingkat kepadatan penduduk lebih dari 1.000 orang per kilometer persegi
 Dikembangkan gedung sekolah bertingkat dengan ruang belajar lebih dari
enam ruang
 Agar dapat menampung murid lebih dari 300 orang

3. Daerah normal
 Contoh: Ibu kota Kabupaten pada umumnya
 Tingkat kepadatan penduduk di bawah 1.000 orang per kilometer persegi
 Dibangun SD dengan gedung yang memiliki 6 ruangan untuk 6 kelas
Pelaksanaan Wajib Belajar SD di Daerah
Normal

SD Tradisional SD Pamong
(Konvensional)
• Pendidikan Anak oleh Masyarakat,
• SD Biasa Orang Tua dan Guru
• Madrasah Ibtidaiyah (MI) • Program Kejar (Paket A)
• Sekolah Luar Biasa (SLB)
• Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
• SD Terpadu
KB 2
Perkembangan Pendidikan Sekolah
Dasar di Era Reformasi
A. KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT PENDIDIKAN SD

Ketentuan perundang-undangan yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional


pada Era Reformasi adalah Pasal 31 UUD 1945 sebelum dan sesudah di
amandemen yang dijabarkan secara legal formal ke dalam Undang-Undang
No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang
mengatur pendidikan nasional sampai dengan tahun 2003, dan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),
yang mengatur pendidikan nasional dari tahun 2003 sampai dengan saat ini,
dengan Peraturan Pemerintah RI. (PP RI) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) sebagai salah satu ketentuan perundang-undangan
turunannya.
B. BERBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS TERKAIT
DAN/ATAU TENTANG PENDIDIKAN SD DALAM
KONTEKS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL
Kebijakan nasional dalam sektor pendidikan pada awal era Reformasi adalah
lanjutan Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) awal. Repelita VI (1994/1995
1998/1999) yang merupakan kelanjutan dari Repelita I sampai dengan Repelita V
era Orde baru. Selanjutnya pembangunan pendidikan, pada awal era Reformasi
secara nasional dilaksanakan berlandaskan pada Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) sebagaimana tertuang dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(Tap MPRI Nomor II/MPR/1998. GBHN tersebut memuat kerangka nasional-sistemik
tentang Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) (1998-2023). Khusus untuk
sektor pendidikan, yang merupakan bagian dari bidang Kesejahteraan rakyat,
Pendidikan, dan Kebudayaan)
C. MENGAPA DIPERLUKAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN?

Standar Nasional Pendidikan, sebagai sarana penjaminan mutu pendidikan


nasional, yang pengembangan dan pemantauannya dilakukan oleh Badan
Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Oleh karena diperlukan Standar
Nasional Pendidikan. Yang mencakup: standar kompetensi lulusan (SKL),
standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pendanaan, standar pengelolaan dan pengawasan,
dan standar sarana dan prasarana.
D. BAGAIMANA VISI DAN MISSI PENDIDIKAN
NASIONAL?
Merujuk kepada Penjelasan UU Sisdiknas 20/2003, pendidikan nasional mempunyai visi
"terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah" Untuk mewujudkan Visi tersebut dijabarkan misi Pendidikan nasional sebagai
berikut.
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia
dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.
E. APAKAH ESENSI DARI SISDIKNAS TERSEBUT?

Ada enam prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional yang digariskan dalam Pasal 4 UU
Sisdiknas 20/2003.
• Prinsip Pertama, "Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa".
• Kedua. "Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.“
• Ketiga. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
• Keempat, "Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
• Kelima. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
• Keenam. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
F. BAGAIMANA HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA,
ORANG TUA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH?
• UU Sisdiknas 20/2003 (Pasal 6 Ayat (2)) juga menegaskan bahwa: Setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, dan Setiap
warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
• Dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan bahwa Orang tua berhak berperan serta dalam
memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya, dan orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya.
• Sedang dalam Pasal 8 dinyatakan bahwa "Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan", dan dalam Pasal 9
digariskan bahwa "Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan."
• Dalam pasal 10 Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sementara itu kewajiban pemerintah juga diatur dengan tegas bahwa
"Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan. serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi," dan "wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun." (Pasal 11)
F. BAGAIMANA HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA,
ORANG TUA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH?
• UU Sisdiknas 20/2003 (Pasal 6 Ayat (2)) juga menegaskan bahwa: Setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, dan Setiap
warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
• Dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan bahwa Orang tua berhak berperan serta dalam
memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya, dan orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya.
• Sedang dalam Pasal 8 dinyatakan bahwa "Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan", dan dalam Pasal 9
digariskan bahwa "Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan."
• Dalam pasal 10 Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sementara itu kewajiban pemerintah juga diatur dengan tegas bahwa
"Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan. serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi," dan "wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun." (Pasal 11)
G.BAGAIMANA KELEMBAGAAN SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL

Pendidikan nasional diselenggarakan dalam suatu struktur pendidikan yang bersifat


nasional-sistemik, yang tercakup dalam jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Sebagaimana
diatur dalam Pasal 13, Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal. nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, yang dapat diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Pendidikan
formal sering disebut juga sebagai pendidikan persekolahan atau schooling education,
contohnya SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, dan PTN/PTS. Sementara itu, pendidikan nonformal
sebelumnya dikenal sebagai pendidikan luar sekolah atau out of school education
merupakan lembaga pendidikan hidup dalam masyarakat yang tidak terstruktur ketat
seperti pendidikan formal, misalnya kursus-kursus keterampilan, kejar bina usaha,
program keaksaraan fungsional. Sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan
dalam keluarga dan masyarakat, seperti pergaulan di rumah, dan dalam masyarakat
yang menimbulkan pengalaman ajar. Jenjang pendidikan formal terdiri atas Pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Pasal 14).
H. ISI DAN PROSES PENDIDIKAN SD

Isi dan proses pendidikan mencakup kurikulum dan perangkat pendidikan lainnya serta
pengelolaan pendidikan secara keseluruhan. Sebagai isi kurikulum pendidikan dasar
ditetapkan sekurang-kurangnya 10 bidang kajian (Pasal 37) yang secara konseptual
dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik. Ke-10 bidang
kajian tersebut adalah; pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan; bahasa;
matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan
jasmani dan olah raga; keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal. Setiap bidang kajian,
kecuali pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan, dapat dikembangkan menjadi
satu atau lebih mata pelajaran atau lebih dari satu bidang kajian dapat dikembangkan
menjadi satu mata pelajaran. Pada dasarnya kesemua bidang kajian itu merupakan wahana
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Mengenai isi pendidikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan
umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas
kelompok mata pelajaran:1. agama dan akhlak mulia;2 kewarganegaraan dan kepribadian;3.
ilmu pengetahuan dan teknologi;4. estetika;5. jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Terima Kasih
Have a good day

Anda mungkin juga menyukai