Kegiatan Belajar 1
Karakteristik dan kebutuhan Pendidikan anak yang berkelainan fisik
Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengenal
rasa dan penciuman adalah corpus collosum.
Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:
1. Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi atau
untuk mengungkap sesuatu secara memadai
2. Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan
image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi
3. Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk
bergabung dalam kegiatan kelas.
Kegiatan Belajar 2
Karakter dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan psikis
IQ normal menurut skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-100.
Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual
Tingkat ketidakmampuan Menurut skor Binet Menurut skor Wechsler
Ringan 68-52 69-55
Sedang 51-36 54-40
Parah 35- 39-
Kegiatan Belajar 3
Karakter dan kebutuhan Pendidikan Anak berkesulitan belajar
Filosofi pendidikan bagi anak berkesulitan belajar adalah pada saat mereka mencapai kesiapan
dan kematangan yang diseting dalam kelas oleh guru berbagai modifikasi tugas yang disesuaikan
dengan gaya-gaya belajar yang memudahkan baginya menyerap materi yang disajikan denga
cara yang khusus pula.
1. Pendidikan inklusif
Pendidikan inklusif sebagai system layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar
setiap anak usia sekolah tanpa kecuali memperoleh haknya untuk terpenuhi kebutuhan
pendidikannya. Pendidikan yang memberikan layanan kepada semua peserta didik tanpa
memandang kodisi fikik, mental, intelektual, social, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku
budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya. Semua peserta didik belajar bersama-sama, baik
di sekolah/kelas formal maupun nonformal yang berada di dekat tempat tinggalnya yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Dalam kaitannya dengan wajib pencapaian pendidikan untuk semua (PUS) maka,
pendidikan inklusif dapat diposisikan sebagai strategi untuk mendorong terlaksananya
pendidikan untuk semua waktu wajib belajar. Pada tahap awal diarahkan untuk meningkatkan
pencapaian pendidikan secara kualntitas dan pada tahap berikutnya sampai pada peningkatan
kualitas pendidikan.
2. Pembelajaran inklusif
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Baik buruknya
mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Bila mutu
lulusannya bagus, dapat diprediksi bahwa mutu kegiatan belajar mengajarnya bagus; atau
sebaliknya, bila mutu kegiatan belajar mengajarnya bagus, maka mutu lulusannya juga akan
bagus.
Linkungan yang inklusif merupakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran,
mengakomodasi keanekaragaman peserta didik. Pada tahap awal dapat dirahkan kepada kepala
sekolah yang ramah yaitu sekolah yang terbuka kepada semua peseta didik, menghargai
perbedaan dan memenuhi kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didiknya. Pembelajaran
inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima, dan
menghargai perbedaan. Pembelajaran dikelas inklusif akan bergeser dari pendekatan kompetitif
yang kaku, mengacu materi tertentu, ke pendekatan pembelajaran kooperatif yang melibatkan
kerjasama antar peserta didik dan bahan pelajaran dikembangkan secara tematik dan konstektual.