Anda di halaman 1dari 4

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MODUL 5 KARAKTERISTIK & KEBUTUHAN PENDIDIKAN


BAGI ANAK BERKELAINAN

Amanda Violita / 856726941

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
MODUL 5
KARAKTERISTIK & KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKELAINAN

Kegiatan Belajar 1
Karakteristik dan kebutuhan Pendidikan anak yang berkelainan fisik

Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengenal
rasa dan penciuman adalah corpus collosum.
Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:
1. Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi atau
untuk mengungkap sesuatu secara memadai
2. Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan
image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi
3. Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk
bergabung dalam kegiatan kelas.

Beberapa kelainan fisik:


1. Cerebral Palsy, ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau ketidakmatangan
otak (Denhoff). Cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan gangguan otak dapat ditelusuri,
mungkinkarena adanya kerusakan fisik (trauma) atau oleh penyebab lain yang tidak
langsung misal kekurangan oksigen, contol lain, epilepsi adalah bagian dari cerebral palsy.
2. Spina Bifida, gangguan saraf
Gangguan saraf pada spina bifida terpusat, sedangkan pada cerebral palsy gangguannya
menyebar.
Gangguan lain yang terjadi pada spina bifida dan sering memerlukan bantuan operasi
(pembedahan) adalah hydrocephalus.
3. Epilepsi, gangguan saraf yang mempengaruhi pendidikan anak.
Convulsion adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan perilaku yang ditunjukkan
oleh seseorang bila gangguan pada bagian otak tertentu.

Kegiatan Belajar 2
Karakter dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan psikis

IQ normal menurut skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-100.
Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual
Tingkat ketidakmampuan Menurut skor Binet Menurut skor Wechsler
Ringan 68-52 69-55
Sedang 51-36 54-40
Parah 35- 39-

Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik:


1. Ketidakmampuan belajar, yang tidak dapat diterangkan dengan faktor kesehatan intelektual
dan sensori
2. Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan teman
dan gurunya
3. Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal
4. Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi

Peserta Didik Autis


Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi, pandangan yang lebih mendapat
dukungan ilmuwan mengungkapkan bahwa kelainan sistem kerja otak, terutama pada lapisan
korteks serbral, serebelum dan sistem limbik merupakan penyebab autistik pada anak.

1.      Karakteristik anak autis


Menurut pengklarifikasian Lauren B. Alloy, dkk, dalam Abnormal Psychology, empat
karakteristik anak autis; isolasi diri, keterbelakangan mental, kemampuan bahasa rendah, dan
perilaku menyimpang.
Ciri (khas) perilaku anak autis:
a. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
b. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati
c. Pemahaman anak sangat kurang
d. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat
e. Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya
f. Memperbaiki perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan

2. Stategi pembelajaran anak autis


Strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya adalah perencanaan yang
berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. pilihan
strategi yang digunakan beranjak dari strategi individual sampai pada penggunaan strategi
kelompok, bagi anak yang telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan.
Dalam uji coba dan penerapannya, strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu
Pada teori A-B-C (autecendent-behavior-consequence) yang diperkenalkan psikologi Loovas
atau dikenal applied Behavior analysis (ABA). Strategi ini dimulai dengan instruksi atau
antecedent atau pra-kejadian, yakni pemberian instruksi kepada anak baik berupa perintah
meniru, pertanyaan atau visual. Setelah 3-4 detik, anak diharapkan akan memberikan behavior
(perilaku) atau respon sesuai dengan instruksi. Untuk membuat respon anak bertahan makan
diperlukan consequence atau akibat; baik berupa reinforcemenet (penglihatan), prompt (bantuan)
kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar.
   

Kegiatan Belajar 3
Karakter dan kebutuhan Pendidikan Anak berkesulitan belajar 
Filosofi pendidikan bagi anak berkesulitan belajar adalah pada saat mereka mencapai kesiapan
dan kematangan yang diseting dalam kelas oleh guru berbagai modifikasi tugas yang disesuaikan
dengan gaya-gaya belajar yang memudahkan baginya menyerap materi yang disajikan denga
cara yang khusus pula.

1. Pendidikan inklusif
Pendidikan inklusif sebagai system layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar
setiap anak usia sekolah tanpa kecuali memperoleh haknya untuk terpenuhi kebutuhan
pendidikannya. Pendidikan yang memberikan layanan kepada semua peserta didik tanpa
memandang kodisi fikik, mental, intelektual, social, emosi, ekonomi, jenis kelamin, suku
budaya, tempat tinggal, bahasa dan sebagainya. Semua peserta didik belajar bersama-sama, baik
di sekolah/kelas formal maupun nonformal yang berada di dekat tempat tinggalnya yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Dalam kaitannya dengan wajib pencapaian pendidikan untuk semua (PUS) maka,
pendidikan inklusif dapat diposisikan sebagai strategi untuk mendorong terlaksananya
pendidikan untuk semua waktu wajib belajar. Pada tahap awal diarahkan untuk meningkatkan
pencapaian pendidikan secara kualntitas dan pada tahap berikutnya sampai pada peningkatan
kualitas pendidikan.

2. Pembelajaran inklusif
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Baik buruknya
mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Bila mutu
lulusannya bagus, dapat diprediksi bahwa mutu kegiatan belajar mengajarnya bagus; atau
sebaliknya, bila mutu kegiatan belajar mengajarnya bagus, maka mutu lulusannya juga akan
bagus.
Linkungan yang inklusif merupakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran,
mengakomodasi keanekaragaman peserta didik. Pada tahap awal dapat dirahkan kepada kepala
sekolah yang ramah yaitu sekolah yang terbuka kepada semua peseta didik, menghargai
perbedaan dan memenuhi kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didiknya. Pembelajaran
inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima, dan
menghargai perbedaan. Pembelajaran dikelas inklusif akan bergeser  dari pendekatan kompetitif
yang kaku, mengacu materi tertentu, ke pendekatan pembelajaran kooperatif yang melibatkan
kerjasama antar peserta didik dan bahan pelajaran dikembangkan secara tematik dan konstektual.

3. Procedure dan pelaksanaan pembelajaran inklusif


Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai kemampuan dan kebutuhan peserta didik, serta
mengacu kepada kurikulum yang telah dikembangkan. Kegiatan pembelajran dilaksanakan
dengan maksud untuk mencapai tujuan belajar. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif dan efisien, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Pembelajaran dalam
seting inklusif selain menerapkan prinsip-prinsip umum pembelajaran, juga harus
mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kebutuhan dan hambatan peserta
didik berkebutuhan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam,
pembelajaran dalam seting inklusif diperlukan asesmen yang akan dipertimbangkan dalam
menyusun pembelajaran yang diindividualisasikan. Pembelajaran yang multilevel menjadi cirri
dan pelaksanaannya dikembangkan dalam seting kelas yang sama.

Anda mungkin juga menyukai