Anda di halaman 1dari 12

MODUL 7

EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA

TUTOR : EVI YULANDA CHOZALIA, S.Pd.,M.Si.

OLEH:
KELOMPOK 7
KELAS II.A

1. DESRI YUNITA 835903994


2. OKTA DIANA 835903425
3. SISKAJANUARTI 835917763

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ PALEMBANG
POKJAR OKU
2018

1
MODUL 7
EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA

Kegiatan Belajar 1 :
Evaluasi Pendidikan Di SD, Pengertian, Tujuan Fungsi, Dan Prinsip Evaluasi

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), disebutkan bahwa, penilaian


(evaluasi) bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk kerpluan perbaikan dan
peningkatan kegiatan belajar siswa, dan untuk memperoleh umpan balik bagi perbaikan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara, pendidikan memiliki arti
yang lebih luas dari pengajaran. Pendidikan menurutbeliau adalah peningkatan kemampuan
yang diperoleh peserta didik tidak hanya dari guru selama belajar mengajar tetapi juga dari
apa dan siapa saja (lingkungan) selama peserta didik dalam keadaan bangun (tidak tidur).
Sedangkan pengajaran adalah peningkatan kemampuan yang diperoleh peserta didik dari
gurunya pada waktu belajar. Oleh karena itu, dalam uraian seterusnya pembicaraan evaluasi
ditekankan pada evaluasi pembelajaran antara peserta didik dengan gurunya. Bahkan
terdapat juga peningkatan kemampuan mereka berasal dari lingkungan seperti orang tua, guru
mengaji, teman bermain, trelevisi, radio, komputer dan sebagainya, tidak menjadi sorotan
dalam modul ini.
Ki Hajar Dewantara pada tahun 1935, telah menyatakan bahwa pendidikan atau
pengajaran bertujuan untuk mengembangkan, cipta, rasa dan karsa peserta didik. Tuuan
pendidikan seperti ini oleh pakar pendidikan di tahun 1956 yaitu B.S Bloom dan kawan-
kawannya dibuat penjabaranya yang lebih rinci, yang dikenal dengan Taksonomi Rujuan
pendidikan. Rincian taksonomi inilah yang sekarang banyak dilaksanakan di sekolah:

1. Ranah Kognitif (Ranah proses berpikir)


2. Ranah Afektif (Ranah sikap hidup)
3. Ranah Psikomotor (Ranah Keterampilan fisik)

Untuk mengembangkan setiap ranah tersebut sampai kepada jenjang yang paling tinggi
(paripurna) harus melewati beberapa jenjang seperti tercantum dalam Bagan dibawah ini:
2
R. Kognitif (C) R. Afektif (A) R. Psikomotor (P)

C6 Penilaian A5 Menjadi pola hidup P5 Gerak Kompleks


C5 Sintesis A4 Mengatur diri P4 Gerak mekanik
C4 Analisis A3 Menghargai P3 Menirukan
C3 Penerapan A2 Menanggapi P2 Siap bertindak
C2 Pemahaman A1 Menerima P1 Persepsi
C1 Ingatan

Guru dalam proses pembelajaran berupaya untuk memahirkan peserta didik pada
jenjang melalui latihan. Setelah mahir pada jenjang di bawah barulah guru melatih kejenjang
diatasnya. Begitulah seterusnya hingga mahir pada jenjang yang tertinggi C6, A5, dan P5. Jadi
untuk ranah kognitif guru harus memulai latihan mengingat misalnya mengingat rumus,
hukum, peraturan, sifat-sifat dan sebagainya (C1). Setelah mereka mahir dengan rumus
tersebut, barulah pindah pada pemahaman rumus (C2), seterusnya latihan untuk C3 kemudian
C4 , C5 , dan C6. Pada setiap latihan tersebut, penilaian mulai berperan. Artinya untuk
menentukkan bahwa peserta didik telah mahir mengingat diperlukan penilaian. Setiap
penilaian memerlukan pengukuran dan untuk melaksanakan pengukuran harus ada alat ukur
atau tes. Begitu juga untuk menentukkan kemahiran memahami rumus, diperlukan alat ukur
(tes), dengan tes ini diadakan pengukuran dan hasil pengukuran menghasilkan nilai.
Seterusnya kemahiran untuk penerapan, atau analisis, atau sintesis, atau evaluasi masing-
masing memiliki tes tersendiri. Ranah efektif dan ranah psikomotor pun memerlukan latihan
untuk setiap jenjangnya. Kemahiran di setiap jenjang dapat diukur dengan alat ukur (tes)
untuk mengetahui tingkat kemahiran (kemampuan).
Materi (bahan) dan ranah yang harus dilatihkan berpedoman pada tujuan pendidikan
nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Pendidikan Nasional, No. 22 Tahun
2006. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam dokumen ini mencakup.
1. Kerangka dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan
kurikulum pada tingkat satuan pendidkan.
2. Bebean belajar bagi peserta didikk pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bahian tidak
terpisahkan dari standar isi, dan
3
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Selanjutnya merancang rencana pelaksanaan pembelajaran oleh para pendidik di


lembaganya masing-masing sesuai dengan mata pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, harus tergambar konsep apa yang ingin
dikembangkan pada ranah yang mana dan pada jenjang apa. Rencana pelaksanaan
pembelajaran inilah yang dipedomani dalam evaluasi belajar mengajar(proses pembelajaran)
dan juga yang dipedomani dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil pembelajaran.
Hubungan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan proses dan evaluasi digambarkan di
bawah ini:

Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran

Proses
Pembelajaran Evaluasi
Hubungan Tujuan – Proses - Evaluasi
Sebenarnya hubungan ketiga aspek di atas tidaklah sesederhana seperti yang
digambarkan dengan bagan tersebut. Oleh Tyler dinyatakan bahwa hasil evaluasi memberi
masukan pada kualitas proses pembelajaran dan kualitas tujuan yang telah dicapai. Dengan
kata lain ada hubungan timbal balik antara ketiga aspek tersebut. Jadi disempurnakan oleh
tyler menjadi seperti di bawah ini:

Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran

Proses
Pembelajaran Evaluasi
Hubungan Timbal Balik antara Tujuan – Proses - Evaluasi

Secara sederhana ketiga aspek diatas dapat dibaca bahwa setiap tujuan/indikator
pembelajaran memiliki proses pembelajaran tertentu dan mempunyai alat ukur (tes) tertentu.
Setelah proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut selesai, perlu diadakan penilaian
4
apakah benar-benar tujuan sudah dicapai. Kalau hasilnya baik, berarti prose sudah baik dan
tujuan pembelajaran sudah dicapai. Selanjutnya peseta didik dapat meneruskan pembelajaran,
kemudian di dalam penilaian, dilihat hasilnya dan selanjutnya sampai pada sejumlah
kompetensi terakhir pada satu jam pelajaran. Sebaliknya dapat terjadi yaitu dari sejumlah
kompetensi tersebut hampir seluruh peserta didik hasil evaluasinya kurang baik. Ini berarti:
1. Proses pembelajaran kurang baik/kurang tepat, dengan demikian guru harus,
mengulangi proses pembelajaran dengan metode yang lebih tepat.
2. Kemungkinan proses pembelajaran sudah tepat, hasil evaluasi yang kurang baik
tersebut bukan disebabkan metode, tetapi kompetensi terlalu tinggi, artinya sebelum
kompetensi tersebut diajarkan ada tujuan yang lebih rendah/prasyarat yang harus
dikuasai lebih dahulu. Ini berarti proses pembelajaran diulangi dengan berpedoman
pada kompetensi yang lebih rendah atau yang menjadi prasyarat. Proses
penyempurnaan hasil evaluasi atau proses peningkatan daya serap seperti inilah yang
biasa disebut Evaluasi Proses atau biasa disebut Evaluasi Formatif.
No Nama Peserta Didik Penguasaan tujuan Pembelajaran No, Keterangan
1 2 3 4 5 6
1 Abdul + - - + + + + tujuan sudah
2 Asrul + - - + + + tercapai
3 Dani + + - - + +
4 Ela + + - + + + -tujuan belum
5 Emi + + - + + + tercapai
6 Farida + - + + + +
7 Gazali - - + + + +
8 Irsal + - - + + +
9 Nursal + - - + + +
10 Zamadi + - - + + +

Penyebaran Jawaban pada Evaluasi Formatif


Pada tabel diatas secara sederhana dapat dibaca bahwa dalam satu jam pertemuan:
1. Telah diajarkan 6 tujuan esensial
2. Empat dari 6 tujuan tersebut sudah dikuasai oleh hampir semua peserta didik, jadi
proses sudah baik, tujuan tercapai,

5
3. Ada 2 tujuan yaitu tujuan no 2 dan 3 hampir seluruh peserta didik belum
menguasainya. Untuk mengatasi masalah ini lebih dahulu harus dicari penyebabnya.
Apakah metode kurang tepat, tujuan terlalu tinggi atau masalah lain seperti
lingkungan. Setelah diketahui penyebabnya, pembelajaran diulangi dengan
memperhatikan penyebab tersebut.

Lazim juga dilaksanakan memberi pertanyaan lisan setiap satu atau dua tujuan
dibicarakan, pertanyaan ditujukan kepada satu atau dua orang peserta didik. Dari jawaban
tersebut diperoleh masukan bahwa tujuan sudah tercapai atau belum tercapai. Teknik
semacam ini bagi pendidik yang sudah mengenal anak didiknya membawa dampak positif
terhadap pembelajaran.
Setelah proses pembelajaran berlangsung beberapa minggu, telah banyak pokok
bahasan telah dibicarakan, penilaian formatif atau penilaian proses selalu dilaksanakan, tiba
saatnya untuk mengetahui sejauhmana kemajuan telah dicapai oleh peserta didik. Kemajuan
ini akan digunakan sebagai laporan baik Kepada Sekolah maupun kepada orang tua peserta
didik.
Untuk mengetahui kemajuan peserta didik tersebut diperlukan pengukuran yang
menggunakan alat ukur (tes). Hasil pengukuran inilah yang akan digunakan sebagai dasar
untuk memberi nilai. Hasil pengukuran ini yang dicantumkan dalam buku kemajuan peserta
didik atau buku rapor.

KEGIATAN BELAJAR 2 :
EVALUASI PROSES BELAJAR IPA DI SD

A. TUJUAN EVALUASI PROSES BELAJAR IPA DI SD


Didalam kurikulum tingkat satuan pendidikan tercantum bahwa tujuan mata pelajaran
ilmu pengathuan alam di SD adalah:
(1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
(2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan
tentang alam sekitarnya.
(3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajri benda-benda serta keajian di
lingkungan sekitar

6
(4) Bersikap ingin tahu, tekan, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja
sama, dan mandiri
(5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam
dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
(6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan,
suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
(7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga mempunyai
kesadaran dan keagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

1. Pengertian Evaluasi Proses Belajar IPA


Aspek yang harus dikembangkan dalam proses belajar mengajar IPA,
sebagaimana tercantum dalam Tujuan Pendidikan IPA di SD meliputi ketiga ranah
dalam tujuan pendidikan nasional. Yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, dengan
demikian selama proses pembelajaran berlangsung ketiga ranah tersebut
dikembangkan oleh guru. Untuk mengetahui ketiga ranah tersebut dikembangkan oleh
guru. Untuk mengetahui sejauhmana ketiga ranah telah dikuasai oleh peserta didik,
guru harus mengukurnya dan menentukkan hasil pengukurannya.
Evaluasi proses, sebagaimana disampaikan sebelumnya bermaksud untuk
mendapatkan informasi sejauhmana kegiatan pembelajaran membawa pengaruh pada
peserta didik. Seberapa jauh peserta didik dapat menguasai apa yang dibelajarkan baik
mengenai materi pelajaran, nilai dan sikap yang tersirat di dalam materi itu, serta
kemampuan keterampilan yang telah dicapai pada waktu menerapkan menemukan
konsep IPA tersebut. Karena yang ingin diketahui addalah kualitas pembelaharan
maka pada hakikatnya informasi yang terkumpul pada evaluasi proses penggunaan
pertama adalah pendidika (guru). Dengan hasil evaluasi dapat menentukkan sikap
apakah proses pembelajaran sudah dapat puindah pada pokok bahasan/subpokok
bahasan yang berikutnya atau guru belum boleh pindah, ia harus mengulangi dengan
metode lain, atau sebagian peserta didik yang harus diulangi pembelajarannya
sedangkan yang lainnya dapat melanjutkan dengan bahasan baru. Jadi tidaklah wajar
kalau hasil evaluasi proses diikutsertakan dalam menentukkan nilai akhir peserta
didik.

7
2. Alat Evaluasi Proses Belajar IPA di SD
Untuk menentukan keberhasilan suatu proses memerlukan alat ukur.
Seharusnya alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang baku agar hasil
pengukurannya dapat dipercayai. Namun karena alat ukur yang baku tersebut
belum banyak dikembangkan diindonesia, maka guru yang berpengalaman dalam
mengajar diharapkan dapat membuat alat ukur pengganti yang baku.
Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang diperlukan terdiri dari alat
evaluasi untuk mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati
nurani dan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan keterampilan.
a. Alat evaluasi untuk mengukur kognitif
Penguasaan ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui pembelajaran
dapat ditentukan dengan menggunakan pertanyaan (tes) sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tes tersebut bentuknya objektif atau bentuk uraian (esai).
Untuk memilih yang mana diantara kedua bentuk ini yang paling cocok yang
digunakan sangat tergantung pada berbagai hal diantaranya, waktu yang
tersedia, proses berpikir yng diukur sifat materi yang akan ditanyakan da
banyak nya peserta didik dalam satu kelas.
Dalam praktiknya waktu khusus untuk keperluan Evaluaasi proses
tidak disediakan oleh sekalah jadi pelaksanaannya tidak sama dengan
evaluasihasil belajar pada pertengahan caturwulanatau pada akhir caturwulan.
Penilaian proses diatur sendiri oleh guru pada proses pembelajaran
berlangsung. Ada guru yang menyediakan waktu beberapa menit sebelum jam
pelajaran selesai untuk mengerjakan tes yang menanyakan materi yang baru
saja diajarkan, ada yang memberikan pertanyaan lisan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung.
b. Alat evaluasi untuk menemukan kualitas hati nurani
Pengembangan afektif dimulai dari jenjang terendah yaitu dapat
menerima
Suatu sikap hidup misalnya: disiplin diperlukan dalam hidup dan kehidupan,
contoh operasional adalah disiplin diperlukan dalam lalu lintas.
Alat yang digunakan untuk menentukan adanya perubahan selama
pelatihan adalah melalui observasi. Semua hasil observasi diatas secara
sistematis sesuai dengan indikator yang sudah ditentukan.
8
c. Alat evaluasi yang akan mengukur keterampilan
Proses pembelajaran keterampilan pada dasra nya sama yaitu
melatihkan
Agar peserta didik terampil menggunakan pancaindranya dalam pembelajaran
IPA di SD, melalui demonstrasi, percobaan, kenjungan lapangan dan
sebagainya.
Pelajaran IPA melatih peserta didk menggunakan tangan, indera penglihatan,
indera pendengaran, indera pengecap, dan indera pencium, serta peraba, tetapi
tidak terlalu banyak melatih kaki.
Guru dapat memusatkan latihannya pada keterampilan tersebut pada
waktu guru melatihkan demonstari ataupun peserta didikmelakukan
percobaan.
1) Keterampilan menggunakan tangan
Pendidikan IPA melatih peserta didik terampil menggunakan
tanggannya
dengan menggunakan bermacam-macam alat. Alat IPA ada yang harus
dipegang
seperti memegang gelas minum, tidak memiliki keterampilan khusus.
2) Keterampilan menggunakan indera penglihat
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang sering dilakukan
dalam
Proses pembelajaran IPA. Hasil pengamatan yang tepat hanya dapat diperoleh
dengan cara melihat yang sudah baku.
3) Keterampilan menggunakan indera pengecap
Indera pengecap ini tidak sering digunakan mengingatdengan cara
mengecap membawa risiko pada kesehatan.
4) Keterampilan menggunakan indera pencium
Merasakan bau dalam proses pendidikan IPA di SD lebih banyak
dilatihkan daripada mengecap rasa. Bau bermacam-macam dialam adalah
peristiwa IPA. Melalui bau yang tercium peserta didik dapat mengenal bahan,
karena banyak diantara bahan tersebut memiliki bau khas.
Tingkat keterampilan yang telah dicapai dari tahap pelatihan ketahap
berikutnya dapat diketahui melalui pengamatan(observasi). Hasil observasi
9
secara terus-menerus dicatat dan direncanakan sesuai dengan kompleksitas
keterampilan tersebut. Untuk mencatat hasil observasi diperlukan pedoman
observasi.
3. Cara menyusun alat evaluasi proses pembelajaran IPA
Untuk menilai proses pembelajaran yang berkenaan dengan ranah
kognitif
Digunakan alat ukur berbentuk tes objektif dan atau tes bentuk uraian objektif.
Sedangkan untuk mengevaluasi prosses pembelajaran IPA dan segi
afektif
dan keterampilan digunakan pedoman observasi.

(a) Cara menyusun alat evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif selama proses
pembelajaran.
Hasil evaluasi proses digunakan untuk melihat kualitas pembelajaran.
Bilamana hasil pengukuran sudah baik berarti kualitas pembelajaran
sebagaimana yang telah dilaksanakan membawa dampak positif pada peserta
didik. Sebaliknya kalau hasil pengukuran kurang baik berarti proses
pembelajaran harus diulangi dengan metode yang lebih cocok atau sesuai
dengan kemampuan peserta didik.

1. Ranah kognitif

2. Ranah psikomotor

3. Ranah afektif

KEGIATAN BELAJAR 3 :
EVALUASI HASIL BELAJAR IPA DI SD
Pengukuran kemampuan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
meliputi kemampuan berpikir ( kognitif,C), kemampuan keterampilan (psikomotor, P)
dan kualitas kepribadian (afektif, A). Untuk mengukur kemampuan tersebut
diperlukan alat ukur (tes) yang dapat dipercaya yaitu yang memiliki:
1. Validitas(Ketepatan, kesahihan) yang tinggi;
10
2. Keseimbangan sesuai dengan materi yang dipelajari;
3. daya pembeda yang minimal cukup;
4. objektivitasnya tinggi; dan
5. reliabilitas (ketetapan) yang tinggi.
Untuk membuat objektivitas yang tinggi pertanyaan dibuat seluruhnya atau
sebagian dalam bentuk tes objektif, sebagian yang lain dalam uraian terbatas 9uraian
tertutup = uraian objektif). Untuk mendapatkan butir soal yang memiliki ketetapan
yang tinggi biasanya butir soal tersebut harus diujicobakan. Butir yang kecil/rendah
ketetapan tidak digunakan.
1. Tes evaluasi hasil belajar ranah kognitif
Untuk melatih kemampuan anda mengenai penulisan kualitas soal hasil belajar
yang baik, di bawah ini ada soal ebtanas yang dimuat di salah satu harian di jakarta.
Pelaksanaan evaluasi hasil belajar dapat dilakukan sebagaimana pelaksanan
evaluasi proses pembelajaran yaitu denga tertulis dan dengan lisan.
Khusus hasil belajar lebih banayk menggunakan cara tertuls daripada lisa,
karena waktu yang diperlukan lebih sedikit dan kesempatan memperoleh pertanyaan
yang sama untuk semua peserta didik.

2. Evaluasi hasil belajar ranah psikomotor


Upaya peningkatan keterampilan tersebut ditentukan dampak akhirnya pada
setiap
peserta didik melalui pengamatan apakah mereka benar-benar sudah terampil dalam
tingkat tertentu. Kemampuan keterampilan peserta didik di SD dalam menggunakan
dan merancang alat-alat IPA hanya di peroleh dari guru IPA, guru lain tidak diberi
wewenang untuk keterampilan ini.
3. Nilai hasil pembelajaran ranah afektif
Sumbangan pembelajaran IPA pada ranah afektif terutama kegiatan yang
menyangkut praktikum cukup berarti, namun bukan guru IPA saja yang berperan di
dalam pembangunan ranah ini, semua guru turut berperan, karena upaya peningkatan
kualitas kepribadian peserta didik menjadi tanggung jawab semua guu.
Pengukuran hasil-hasil pembelajaran mengenai tanah afektif kalau di lakukan
dengan observasi akan memakan waktu lama dan kesempatan pengukuran untuk
setiap peserta tidak merata dan kurang objektif. Cara lain yang biasa di gunakan yaitu

11
dengan mengisi atau menjawab pertanyaan yang berupa skala sikap. Di antara skala
sikap yang dikenal diindonesia adalah skala yang di kembangkan oleh likert. Ia
membuat suatu pertanyaan yang menyentuh hati nurani, lalu pembaca di minta
pendapatnya terhadap perrnyataan tersebut, apakah setuju sekali, atau setuju, atau
tidak setuju, atau sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai