Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru disebutkan bahwa

kompetensi pedagogik untuk guru SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, MAK,

atau bentuk lain yang sederajat, meliputi kemampuan antara lain pemahaman

tentang peserta didik secara mendalam, penyelenggaraan pembelajaran yang

mendidik yang meliputi kemampuan merancang pembelajaran,

mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan

melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa

penilaian (evaluasi) bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, untuk

keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa, dan untuk

memperoleh umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar

perlu dirancang proses pembelajarannya, diimplementasikan menggunakan

berbagai pendekatan dan metode pembelajaran, menggunakan media yang

relevan dengan pembelajaran, serta mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

1
B. Masalah dan Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, pokok permasalahan yang akan

penulis bahas adalah evaluasi proses dan hasil belajar IPA. Untuk membahas

permasalahan tersebut, penulis membatasi pada:

a. Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Evaluasi Pendidikan di SD


b. Evaluasi Proses Belajar IPA di SD
c. Evaluasi Hasil Belajar IPA di SD

BAB II

2
EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA

A. Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Evaluasi Pendidikan di SD

Pendidikan memiliki arti yang lebih luas daripada pengajaran (Ki Hajar

Dewantara dalam Sapriati, 2014:7.3). Menurut Ki hajar, pendidikan adalah

peningkatan kemampuan yang diperoleh peserta didik tidak hanya dari guru

selama belajar tetapi juga dari apa dan siapa saja (lingkungan) selama peserta

didik dalam keadaan bangun. Pada tahun 1935, beliau menyatakan bahwa

pendidikan/pengajaran bertujuan mengembangkan cipta, rasa, dan karsa peserta

didik. B.S. Bloom pada tahun 1956, menjabarkan tujuan pendidikan seperti itu

lebih rinci yang terkenal dengan Taksonomi Tujuan Pendidikan, yaitu:

a. Ranah kognitif (ranah proses berpikir)


b. Ranah afektif (ranah sikap hidup)
c. Ranah psikomotor (ranah keterampilan fisik)

Jika disejajarkan dengan pendapat Ki Hajar, maka taksonomi Bloom disajikan

dalam tabel berikut:

Ranah B.S. Bloom Ki Hajar Dewantara


Proses Berpikir Kognitif Cipta
Sikap Hidup Afektif Rasa
Keterampilan Fisik Psikomotor Karsa

Penilaian berarti pengukuran keberhasilan seseorang dalam proses maupun

keberhasilan pembelajaran. Yang diukur tidak hanya materi yang dikuasai tetapi

juga dampak materi itu terhadap jenjang proses berpikir, jenjang pengembangan

kepribadian, dan jenjang kemampuan keterampilan.

Jenjang setiap ranah dapat dilukiskan sebagai berikut:

3
R. Kognitif (C) R. Afektif (A) R. Psikomotor (P)
C6 Penilaian A5 Menjadi PolaHidup P5 Gerak Kompleks
C5 Sintesis A4 Mengatur Diri P4 Gerak Mekanik
C4 Analisis A3 Menghargai P3 Menirukan
C3 Penerapan A2 Menanggapi P2 Siap Bertindak
C2 Pemahaman A1 Menerima P1 Persepsi
C1 Ingatan

Guru dalam proses pembelajaran berupaya memahirkan peserta didik

melalui latihan. Pada setiap latihan tersebut penilaian mulai berperan. Artinya,

untuk menentukan bahwa peserta didik telah mahir mengingat diperlukan

penilaian, dan seterusnya. Kemahiran di setiap jenjang dapat diukur dengan alat

ukur (tes) untuk mengetahui tingkat kemahiran

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang disusun guru harus

tergambar konsep apa yang ingin dikembangkan pada ranah mana dan pada

jenjang apa. RPP dipedomani dalam proses belajar mengajar (proses

pembelajaran) juga dipedomani dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil

pembelajaran.

Hubungan RPP dengan proses dan evaluasi digambarkan sebagai berikut:

Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran

Proses Evaluasi
Pembelajaran

Menurut Tyler bagan tersebut di atas disempurnakan karena menurutnya

ada hubungan timbal balik antara ketiga aspek tersebut.

Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran4
Proses Evaluasi
Pembelajaran

Setiap tujuan/indikator pembelajaran memiliki proses pembelajaran

tertentu dan mempunyai alat ukur (tes) tertentu. Setelah proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan tersebut selesai, perlu diadakan penilaian apakah benar-

benar tujuan telah tercapai. Kalau hasilnya baik, berarti proses sudah baik dan

tujuan pembelajaran sudah dicapai. Jika sebaliknya, berarti:

1. Proses pembelajaran kurang baik/kurang tepat, dengan demikian guru harus

mengulangi proses pembelajaran dengan metode yang tepat.


2. Kemungkinan proses pembelajaran sudah tepat, hasil evaluasi rendah terjadi

karena kompetensi terlalu tinggi sebab ada tujuan yang lebih rendah/prasyarat

yang harus dikuasai lebih dulu. Proses pembelajaran harus diulangi dengan

berpedoman pada kompetensi yang lebih rendah.

Proses penyempurnaan hasil evaluasi atau proses peningkatan daya serap

disebut EVALUASI PROSES atau EVALUASI FORMATIF. Sebaiknya

evaluasi proses dilakukan tertulis agar semua peserta mendapat kesempatan yang

sama mengemukakan jawaban. Untuk kepentingan tertentu, evaluasi dapat juga

dilakukan dengan lisan terutama guru yang telah mengetahui pemetaan

kemampuan siswanya. Tingkat penguasaan hasil peserta didik akan lebih akurat

jika tes hasil belajar sering dilakukan.

5
Untuk memberi gambaran pengertian tes, pengukuran, assesmen, dan

evaluasi perhatikan ilustrasi berikut:

Pada ulangan harian, Intan dapat menjawab 3 dari 5 pertanyaan tes


uraian tetapi pada ulangan harian sebelumnya Intan hanya dapat
mengerjakan dua dari lima butir soal yang disediakan.

- Pertanyaan yang diberikan kepada Intan adalah contoh alat ukur untuk

mengukur hasil belajar Intan. Alat ukur itu mengacu pada pengertian tes.
- Keberhasilan Intan menjawab benar 3 dari 5 pertanyaan merupakan hasil

pengukuran. Penggunaan alat ukur yang menghasilkan angka-angka ini

mengacu pada pengertian pengukuran.


- Membandingkan hasil ulangan harian pertama dan kedua, mengacu pada

pengertian assesmen.
- Pernyataan tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan

mengacu pada pengertian evaluasi.

Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh nformasi hasil belajar siswa yang

memerlukan jawaban benar atau salah. Yang termasuk kelompok tes adalah tes

objektif dan tes uraian. Yang termasuk kelompok bukan tes (nontes) antara lain

pedoman pengamatan, skala rating,s kala sikap, dan pedoman wawancara.

Pengukuran adalah kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur.

Penentuan angka ini merupakan suatu upaya penggambaran karakteristik suatu

objek.

Assesmen adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar

siswayang diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut

untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Tagihan yang

6
digunakan dalam assesmen antara lain: kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas

kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja, dan lain-lain.

Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai

perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan

penilaian (assesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan

kemampuan guru, manajemen pendidikan, dan reformasi pendidikan secara

keseluruhan. Evaluasi bertujuan untuk meingkatkan kualitas, kinerja, atau

produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.

Prinsip-prinsip Penilaian

a. Berorientasi pada pencapaian kompetensi


b. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk itu diperlukan

alat ukur yang menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel.
c. Adil artinya adil bagi seluruh siswa. Setiap siswa memperoleh kesempatan

dan perlakuan yang sama


d. Objektif artinya tidak boleh terpengaruhi unsur subjektivitas penilai agar

pelaksnaan, penskoran, dan pengambilan keputusan tidak merugikan

siswa.
e. Berkesinambungan artinya terencana, bertahap, teratur, terus-menerus, dan

berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan

perkembangan belajar siswa.


f. Menyeluruh, berarti penilaian yang dilakukan mampu menilai keseluruhan

kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang meliputi ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor.


g. Terbuka, kriteria penilaian terbuka bagi berbagai kalangan sehingga

keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

7
Bermakna, hasil penilaian bermakna bagi siswadan pihak-pihak yang

berkepentingan. Hasil penilaian dapat memberikan gambaran

mengenaitingkt pencapaian hasil belajar siswa, keunggulan dan kelemahan

siswa, minat,serta otensi siswa dalam mencapai kompetensi yang telah

ditetapkan.

B. Evaluasi Proses Belajar IPA di SD


1. Tujuan mata Pelajaran IPA di SD
Dalam KTSP, tujuan tercantum tujuan mata pelajaran IPA di SD:
1. Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan

sehari-hari.
2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,

gagasan tentang alam sekitarnya.


3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta

kejadian di lingkungan sekitar.


4. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka kritis, mawas diri, bertangung jawab,

bekerja sama, dan mandiri.


5. Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala

alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.


6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk

memecahkan masalh yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.


7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

mempunyai kesadaran dan kegunaan terhadap Tuhan yang maha Esa.

Dikaitkan dengan tujuan pendidikan menurut taksonomi Bloom, nomor 1, 5, dan 6

termasuk ranag kognitif, nomor 3, 4, 7 termasuk ranah afektif, dan tujuan nomor

2 dan 6 termasuk ranah psikomotor.

2. Pengertian Evaluasi Proses Belajar IPA

8
Evaluasi proses bermaksud untuk mendapatkan informasi sejauh mana

kegiatan pebelajaran membawa pengaruh pada peserta didik. Hasil evaluasi proses

yang kurang memuaskan berarti terdapat kekurangsempurnaan dalam pebelajaran

dan harus diperbaiki segera sehingga hasil evaluasi setelah perbaikan proses

menjadi sempurna atau lebih baik daripada hasil evaluasi proses yang pertama.

3. Alat Evaluasi Proses Belajar IPA di SD

Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang dperlukan terdiri dari alat

evaluasi untuk mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati

nurani, dan alat untuk mengukur kemampuan keterampilan.

a. Alat evaluasi untuk mengukur kognitif


Alat evaluasi untuk mengukur kognitif berupa tes sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian (esai). Teknik

pemberian tes secara tertulis dapat dengan pertanyaan objektif yaitu

melengkapi pilihan. Teknik lainnya dengan menyampaikan pertanyaan secara

lisan.

b. Alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani


Penilaian afektif meliputi lima jenjang:

A5 Menjadi PolaHidup
A4 Mengatur Diri
A3 Menghargai
A2 Menanggapi
A1 Menerima

Lebih mudah melatih anak didik untuk menghapal, memahami, menerapkan

hukum, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya kognitif daripada melatih

anak didik supaya berdisiplin, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa,

9
tepat waktu, mau bekerja sama, dan sebagainya. Latihan ranah afektif

dilakukan terus-menerus selama proses pembelajaran agar meningkat menjadi

jenjang A5 atau mejadi pola hidup. Contoh yang dilatih adalah disiplin. Guru

mengamati dan mengobservasi apakah siswa tepat waktu dalam hal:


1) Datang di kelas/sekolah
2) Membayar uang sekolah
3) Mengikuti upacara bendera
4) Mengerjakan pekerjaan rumah
5) Mengerjakan tugas praktikum
6) Mengerjakan kebun sekolah
7) Mengerjakan shalat tepat waktu
8) Menepati janji
9) Mengembalikan pinjaman pada waktu yang dijanjikan.

Alat yang digunakan untuk menentukan adanya perubahan selama pelatihan

adalah melalui observasi.

c. Alat evaluasi yang akan mengukur keterampilan

Jenis keterampilan yang harus dikembangkan dalam IPA:

1) Keterampilan menggunakan tangan


- Cara memegang gelas beker, seperti memegang gelas biasa namun harus

terampil menuangkan isi yang harus dipindahkan ke tempat lain melalui

bibir gelas yang sudah didesain untuk itu.

- Cara memegang termometer, menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan

kanan, tempat memegangnya di tengah termometer. Juga dilatih

bagaimana mengukur menggunakan termometer. Hal ini perlu dilakukan

terus-menerus dan perlu bimbingan.

10
2) Keterampilan menggunakan indera penglihat
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang sering dilakukan dalam

proses pembelajaran IPA. Percobaan mengukur suhu air yang baru saja

dipanaskan menggunakan termometer, si pembaca harus meletakkan

matanya sama tinggi dengan permukaan air raksa termometer agar tidak

keliru membaca skala.

3) Keterampilan menggunakan indera pengecap


Yang dilatihkan di SD adalah mengecap rasa manis, pahit, dan asam pada

bagian tertentu dari lidah.

4) Keterampilan menggunakan indera pencium


Merasakan bau dalam proses pendidikan IPA di SD lebih banyak

dilatihkan daripada mengecap rasa. Contoh: a) mengenali bau cuka di

dapur, b) bau tape dibandingkan dengan bau cuka, c) mengenal bau

belerang, d) bau gas pada tukang las karbit, e) bau di tempat pembuangan

sampah,dan sebagainya.
4. Cara Menyusun Alat Evaluasi Proses Pembelajaran IPA
a. Ranah Kognitif
Untuk mengetahui kemampuan kognitif guru dapat bertanya secara

lisan maupun dalam bentuk tertulis misalya dengan menggunakan tes

objektifmisalnya pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.


Contoh soal:
Gas yang paling banyak volumenya di udara adalah ....
A. Hidrogen
B. Helium
C. Oksigen

11
D. Nitrogen

Butir soal di atas masih mengukur C1.

Untuk mengukur kemampuan C2 (memahami) guru dapat membuat

pertanyaan :

- Jelaskan mengapa perbandingan volume oksigen dengan volume


nitrogen di udara selalu tetap, walaupun udara tersebut diambil dari
tempat A maupun dari tempat B!

Jika diubah dalam bentuk objektif:


Perbandingan volume oksigen dan volum nitrogen di udara yang diambil
dari berbagai tempat akan selalu sama karena ....
A. Udara merupakan campuran dari berbagai jenis gas
B. Adanya angin yang selalu bergerak, campuran dalam gas dalam udara
menjadi homogen
C. Proses fotosintesis menyebabkan volume oksigen di udara menjadi
tetap
D. Bernapas artinya mengambil oksigen dari udara, sedangkan
fotosintesismengeluarkan oksigen ke udara

b. Ranah Psikomotor
Percobaan menentukan volume oksigen di udara mengembangkan

keterampilan: menelungkupkan gelas pada lilin yang sedang terbakar

dan terapung di atas air dan keterampilan lain. Guru mengamati

menggunakan lembar observasi misalnya sebagai berikut:

Lembar Observasi
Menentukan Volume Oksigen di Udara

Kualitas kegiaatn (beri tanda check)


Sangat
No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Kurang kurang
Baik
Sekali Baik
baik
1 Memilih alat dan bahan yang sesuai
2 Cara menyalakan lilin
3 Cara meletakkan batang penyangga
4 Cara menuangkan air di bejana
5 Cara menelungkupkan gelas kosong di atas

12
lilin
6 Cara memberi tanda permukaan air sebelum

percobaan
7 Cara memberi tanda permukaan air sesudah

percobaan
8 Membersihkan alat yang sudah digunakan
9 Menyimpan alat dan bahan yang sudah

digunakan

c. Ranak Afektif
Adanya kerja kelompok dalam percobaan telah membuahkan sifat

tenggang rasa yang makin tinggi dapat dicatat melalui pengamatan.


Indikator tenggang rasa misalnya:
a. Tidak memaksakan kehendak sendiri
b. Mau menerima pendapat orag lain
c. Tidak mudah tersinggung
d. Kesediaan menjalin persahabatan tanpa pamrih
Contoh Format Observasi:
Format Observasi: Kualitas Kepribadian

Kualitas kegiaatn (beri tanda check)


No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Kurang Sangat
Baik
Sekali Baik kurang baik
Tenggang rasa/toleransi
1 Tidak memaksakan kehendak sendiri
2 Mau menerima pendapat orang lain
3 Tidak mudah tersinggung
4 Bersedia menjalin persahabatan tanpa

pamrih

C. Evaluasi Hasil Belajar IPA di SD

Untuk dapat mengkur kemampuan berpikir (kognitif, C), kemampuan

keterampilan (psikomotor, P), dan kualitas kepribadian (afektif, A) diperlukan alat

ukur (tes) yang dapat dipercaya, yaitu alat tes yang memiliki: a) validitas

(ketepatan, kesahihan) yang tinggi, b) keseimbangan kesesuaian materi yang

dipelajari, c) adaya pembeda yang minimal cukup, d) objektivitasnya tinggi, dan

e) reliabilitas (ketetapan) yang tinggi.

13
1. Tes Evaluasi Belajar IPA di SD Ranah Kognitif

Tes hasil belajar yang baik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penulisan konstruksi soal melengkapi kalimat, di akhir kalimat diberi

empat titik.
b. Pilihan aternatif pada butir soal objektif berebntuk pilihan ganda

hendaknya homogen.
c. Setiap butir soal tidak tergantung dengan soal lain, artinya setiap butir

soal mengukur konsep yang beridiri sendiri


d. Memperhatikan efisiensi kalimat, jangan mengunakan kata yang sama

pada pilihan jawaban.


e. Mempertimbangkan situasi dan kondisi untk memilih cara pelaksanaan

secara lisan atau tertulis, namun sebagiknya dilaksanakan tertulis jika

butir yang ditanyakan cukup banyak.

2. Evaluasi Belajar IPA di SD Ranah Psikomotor

Keterampilan peserta didik menggunakan dan merancang alat-alat IPA

hanya diperoleh dari guru IPA. Hasil belajar keterampilan melalui IPAdapat

diketahui melalui observasi cara merancang dan melaksanakan kegiatan. Alat

ujinya adalah pedoman observasi. Kualitas keterampilan berupa pernyataan baik

sekali, baik, kurang baik, dan kuang kualitas keterampilannya, diubah menjadi

angka 1, 2, 3, dan 4. Skor tertinggi adalah banyaknya butir jenis

keterampilan/indiator dikalikan 4.

14
Contoh sebagai berikut:

Lembar Observasi

Jenis Kegiatan: Memindahan cairan dari satu bejana ke bejana

Kualitas kegiaatn
(beri tanda check)
No Kegiatan yang Dilatihkan Baik Kurang Sangat
Baik
Sekali Baik kurang baik
(3)
(4) (2) (1)
1 Cara memegang kedua bejana

2 Ketelitian menuangkan

3 Kecepatan mengerjakan tugas

4 Hasil akhir

Nilai Keterampilan IPA sebagai berikut:


Skor yang Diperoleh
NA = x 100
Skor Maksimal

Nlai Akhir IPA (Teori dan Praktek)


a. Bobot Praktek Sama dengan Bobot Teori
Nilai Praktek+ NilaiTeori
NA =
2
b. Bobot Praktek berbanding teori 1 : 3
NA = ( x Nilai Praktek) + ( xNilai Teori)

3. Nilai Hasil Pembelajaran IPA di SD Ranah Afektif

Upaya peningkatan kualitas kepribadian menjadi tanggung jawab semua

guru. Jika dilakukan dengan cara observasi dapat memakan waktu

lama.menyiasati hal itu, digunakanlah angket dalam bentuk Skala Likert yakni

15
skala sikap berupa pernyataan posiitf maupun negatif terhadap suatu hal dan siswa

dminta pendpatnya: setuju sekali, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Penyekoran pada skala sikap, jika pernyataan setuju, pilihan jawaban setuju

sekali, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju diberi skor 4,3,2,1. Jika pernyataan

negatif skor dibalikkan menjadi 1,2,3,4. Pada waktu merakit naskah selalu

diupayakan pernyataan yang positif diselang-seling dengan pernyataan negatif.

Contoh skala sikap:

Sikap yang diukur misalnya tenggan rasa

Pilihan Jawaban
Sangat Setuju Tidak Sangat
Pernyataan
Setuju Setuju Tidak

Setuju
Saya lebih senang berteman dengan

siswa yang pandai

Perkawinan antarsuku perlu digalakkan

Pangukuran hasil pembinaan peningkatan kualitas kepribadian ini dilakukan

satu kali dalam satu periode.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

16
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan sebelumnya, dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengukuran berarti pengukuran keberhasilan seseorang dalam proses

maupun keberhasilan pembelajaran yang mengukur penguasaan materi

dan dampaknya terhadap jenjang proses berpikir, jenjang pengembangan

kepribadian, dan jenjang keterampilan menggunakan alat ukur berupa tes.


2. Evaluasi proses adalah pelaksanaan pengukuran yang bertujuan untu

mengetahui apakah tujuan pmbelajaran telah tercapai. Evaluasi proses

sebaiknya dilakukan secara tertulis agar semua peserta mendapat

kesempatan yang sama mengemukakan pendapatnya. Hasilnya akan akurat

jika dilakukan lebih sering.


3. Penilaian proses pembelajaran IPAdibagi atas ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Penilaian proses yang sifatnya kognitif dilaksanakan dengan

lisan atau tertulis dalam bentuk pertanyaan objektif atau esai objektif.

Penilaian proses yang sifatnya psikomotor dan afektif dilakukan dengan

observasi dan dugunakan untuk menentukan kualitas pembelajaran bukan

untuk menentukan nilai peserta didik.


4. Penilaian hasil pembelajaran IPA yang berkenaan dengan kognitif

menggunakan tes berbentuk objektif atau tes bentuk uraian.

Pengembangan keterampilan di laboratorium adalah kegiatan yang tidak

bisa dipisahkan dari penilaian kognitif dan menjadi tanggung jawab guru

IPA untuk melaksanakannya, teknik mengukurnya dengan observasi.


5. Pengebangan kualitas kepribadian menjadi tanggung jawab semua pihak di

sekolah, dilakukan dengan observasi atau dengan angket berupa Skala

Likert yaitu skala sikap dengan pilihan jawaban: sangat setuju, setuju,

17
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Penyekoran pernyataan positif pada

pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju

adalah 4, 3, 2, 1, sebaliknya penyataan negatif dibalik menjadi 1, 2, 3, 4.

Pengukuran hasil pembinaan peningkatan kualitas kepribadian dinilai satu

kali dalam satu periode, akhr semester dan akhir tahun.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Guru perlu mengembangkan alat evaluasi proses pembelajaran pada

ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika hasil yang diperoleh

belum sesuai denganstandar yang ditetapkan, guru melakukan upaya

perbaikan pmbelajaran.
2. Guru perlu mengembangkan alat evaluasi hasil pembelajaran agar alat

ukurnya valid, reliabel, memiliki tingkat kesukaran yang proporsional,

efisien, dan lingkup materinya sesuai dengan yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Supriati, Amalia. 2014. Materi Pokok Pembelajaran IPA di SD; 19/PDGK4202/


3 SKS.Jakarta: Universitas Terbuka.

18

Anda mungkin juga menyukai