Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Atiyah Warada M.Pd

Di Susun Oleh :

Rita Enjelina

Nellyzar Mita

PROGRAM STUDI PAUD

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AHSANTA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATAPENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rosulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah tentang “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Pendidikan Islam di Indonesia”.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, baik
itu yang datang dari penulis maupun yang datang dari luar. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua juga para sahabat. Terutama
pertolongan dari Allah sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang sejarah
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di indonesia yang
mempengaruhinya serta permasalahan lainnya, yang kami dapatkan dari berbagai
sumber informasi, serta berbagai buku.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi
Agama Islam Ahsanta Jambi. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang akan datang.

Penulis

Rita Enjelina & Nellyzar Mita

i
DAFTAR ISI

Halaman Cover

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PERMULAAN ......................... 2


1. Perdagangan ....................................................................................... 2
2. Tasawwuf ........................................................................................... 2
B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM MASA
KERAJAAN ............................................................................................ 3
1. Masa kerajaan Islam di Sumatera ...................................................... 3
2. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Jawa ................................ 5
3. Metode/pendekatan Pendidikan Islam Wali Songo ........................... 7
C. MASA KERAJAAN ISLAM BAGIAN TIMUR .................................... 11
1. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Sulawesi.......................... 11
2. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Maluku............................ 12
3. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Kalimantan ..................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam di Indonesia pada masa awalnya bersifat informal, yakni
melalui interaksi inter-personal yang berlangsung dalam berbagai kesempatan
seperti aktivitas perdagangan. Da’wah bil hal atau keteladanan. Selanjutnya,
ketika agama ini kian berkembang, di tiap-tiap desa yang penduduknya telah
menjadi muslim umumnya didirikan langgar atau masjid. Fasilitas tersebut bukan
hanya sebagai tempat shalat saja, melainkan juga tempat untuk belajar membaca
al-Qur’an dan ilmu-ilmu keagamaan yang bersifat elementer lainnya.
Dan pada saat kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya
kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin meroleh perhatian.
Maka dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan beberapa bagian penting yang
terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidika Islam di Indonesia,
yaitu: pendidikan Islam masa permulaan, pertumbuhan dan perkembangan Islam;
Masa kerajaan Islam, Masa kerajaan Islam di Jawa , Metode pendidikan Islam
Walisongo serta Masa kerajaan Islam di bagian Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latarbelakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah
dalam makala ini yaitu :
1. Memenuhi tugas terstruktur pada Program study PAUD.
2. Bagaimana pendidikan Islam pada masa permulaan.
3. Bagaimana pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam Di
Indonesia.

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami bagaimana pendidikan Islam pada masa permulaan.
2. Memahami bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam
di Indonesia.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI


INDONESIA

A. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PERMULAAN


Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia atau proses
Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu:
1. Perdagangan
Sejak abad ke-7 M, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah
ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini
menimbulkan jalinan hubungan perdagangan antara masyarakat dan para
pedagang Islam. Di samping berdagang, para pedagang Islam dapat
menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain
termasuk masyarakat Indonesia Politik
Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan
melalui perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti pula dengan penyebaran
agama Islam.
2. Tasawwuf
Para ahli tasawwuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha
untuk menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama-sama di
tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf ini biasanya memiliki
keahlian yang dapat membantu kehidupan masyarakat, di antaranya ahli
menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Mereka juga aktif menyebarkan dan
mengajarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam yang mereka lakukan
disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat
itu, sehingga ajaran-ajaran Islam dengan mudah dapat diterima oleh
masyarakat. Ahli tasawwuf yang memberikan ajaran agama Islam yang
disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat setempat antara lain Hamzah
Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 2


Pada tahap awal pendidikan Islam berlangsung secara informal, yakni
melalui interaksi inter-personal yang berlangsung dalam berbagai kesempatan.
Para Mubaligh banyak memberikan contoh teladan dalam sikap hidup meeka
sehari-hari. Para Mubaligh itu menunjukkan akhlaqul karimah, sehingga
masyarakat yang didatangi menjadi tertarik untuk mememluk Agama Islam
dan mencontoh perilaku mereka.

Beberapa faktor yang mempermudah perkembangan Islam di Indonesia


antara lain sebagai berikut:
1) Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya perbedaan golongan
dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai kedudukan yang sama sebagai
Hamba Allah. Walaupun demikian, ajaran agama Islam kurang meresap di
kalangan Istana, hal ini dibuktikan dengan masih adanya praktek-praktek
feodalisme khususnya di lingkungan keratin Jawa.
2) Agama Islam cocok dengan jiwa pedagang. Dengan memeluk Islam maka
hubungan di antara para pedagang semakin bertambah erat, sesuai dengan
ajaran Islam yang menyatakan bahwa setiap orang itu bersaudara.
3) Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul
lebih erat dengan bangsa lain. Dengan pendekatan yang tepat, maka
bangsa Indonesia dengan mudah dapat menerima ajaran agama Islam.
4) Islam dikembangkan dengan cara damai. Pendekatan secara damai akan
lebih berhasil dibandingkan secara paksa dan kekerasan.

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM MASA


KERAJAAN
1. Masa kerajaan Islam di Sumatera
Kerajaan di Sumatera meliputi kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Perlak,
dan kerajaan Aceh Darussalam. Ketiaga kerajaan tersebut berada di Aceh,
daerah paling ujung dari Sumatera.
KerajaanSamudera Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M. Raja
pertamanya Al-Malik Ibrahim bin Mahdum yang kedua bernama Malik Al-

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 3


shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad
ke 15 H)1
Pada tahun 1345 M, Ibnu Batutah dari Maroko, mengelilingi dunia dan
singgah dikerajaan pasai pada zaman Al-Malik Al-Zahir, raja yang sangat
terkenal sangat alim dalm ilmu agama dan bermazhab Syafi’I. mengadakan
perjanjian sampai waktu ashar serta fasih berbahasa arab, cara hidupnya
sederhana2
Pada abad ke-14 M merupakan zaman kejayaan kerajaan Samudera Pasai,
sehingga pada waktu itu pendidikan juga tentu mendapat tempat/ perhatian
tersendiri.
Kerajaan Islam yang kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh, rajanya yang
pertama Sultan Alaudin (th 1161-1186 H/abad 12 M). antara Pase dengan
Perlak terjalin kerjasama yang baik sehingga seorang raja Pase kawin
denganputri raja Perlak.
Berita perjalanan Marco Polo seorang berkebangsaan Italia pengelilingi dunia,
pernah singga di Perlak pada tahun 1292 M. Dia menerangkan bahwa Ibukota
Perlak ramai dikunjungi pedagang Islam dari Timur Tengah, Parsi dan India,
yang sekaligus melakukan tugas-tugas dakwah.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alauddin Muhammad Amin,
adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Suatu
lembaga majlis taklim tinggi dihadiri kusus oleh para murid yan sudah alim.
Lembaga tersebut mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang
berbobot pengetahuan tinggi. Misalnya : kitab Al-Um karangan imam Syafi’i
dan lain-lain3
Sultan Ali Muhayyat Syah adalah sultan pertama Aceh yang membesarkan
kerajaan Aceh. Puncak kebesaran Aceh terjadi pada masa sultan Iskandar

1
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet IV,
Hlm. 135.
2
Ibid. Hlm. 136.
3
Zuhairini dkk, Op. Cit... Hlm. 136.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 4


Muda (1607-1636) yang menguasai seluruh pelbuhan di pesisir timur
Sumatera sampai Asahan dan pantai Sumatera Barat.4
Dalam bidang pendidikan di Kerajaan Aceh Darussalam adalah benar-benar
mendapat perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang
bertugas dalam bidang pendidikan dan Ilmu pengetahuan, diantaranya:
Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat
berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendekiawan untuk membahas dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Balai Seutia Ulama, merupakan jawaban pendidikan yang bertugas mengurus
masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
Balai Jamaah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para
ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan-
persoalan pendidikan dan ilmu kependidikannya
Samudera pasai, malaka, dan Aceh merupakan pusat-pusat pendidikan dan
pengajaran agama Islam. Dari sinilah ajaran Islam tersebar keseluruh
nusantara melalui karya ulama-ulamanya serta murid-murid yang menuntut
ilmu kesana.5

2. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Jawa


Kerajaan Islam di Jawa meliputi Kerajaan Demak, Pajang, Mataram,
Cirebon dan Banten. Pendidikan Islam yang berlangsung di kerajaan demak,
Pajang dan Mataram beriringan dengan kegiatan dakwah Islam yang
dilakukan para ulama dan para wali. Raden fatah, raja pertama kerajaan
demak, adalah santri perguruan Islam Denta.
Kesultanan Demak mencapai zaman kemajuannya pada kekuasaan sultan
Trenggono yang berkuasa tahun 1524- 1546. Demak berkembang menjadi
kerajaan terkemuka dan pusat islamisasi. Masjid Demak terkenal sebagai

4
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),
Hlm. 25.
5
Ibidt., Hlm. 107.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 5


tempat berkumpulnya berkumpulnya Walisongo yang dianggap paling
berpengaruh dalam penyebaran Islam di Jawa.6
Sistem pelaksanaarn pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak
mempunyai kemiripan dengan pelaksanaannya di Aceh, yaitu dengan
mendirikan masjid di tempat-tempat sentral di suatu daerah. Disana diajarkan
pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk untuk menjadi
guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama
Islam.7
Kitab-kitab agama Islam di zaman Demak yang masih dikenal ialah
Primbon atau notes, berisi segala macam catatan tentang ilmu-ilmu agama,
macam-macam doa, bahkan juga tentang ilmu obat-obatan, ilmu ghaib dan
sebagainya. Ada juga kitab-kitab yang dikenal dengan nama: Suluk Sunan
Bonang, Suluk sunan Kalijaga, Wasita Jati Sunan Geseng dan lain-lain.
Semuanya itu berisi diktat didikan dan ajaran mistik(tasawuf) Islam dari
masing-masing sunan itu ditulis dengan tangan.8
Pada zaman kerajaan Mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian
sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan
pada masyarakat kala itu. Meskipun tidak ada semacam undang-undang wajib
belajar, tapi anak-anak usia sekolah tampaknya harus belajar pada tempat-
tempat pengajian di desanya atas kehendak orang tuanya sendiri. Ketika itu
hampir disetiap desa diadakan tempat pengajian alquran, yang diajarkan huruf
hijaiyah, membaca alquran, barzanji,, pokok dan dasar-dasar ilmu agama
Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarkannya adalah dengan cara
hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang
bergelar modin. Selain pelajaran alquran, juga ada tempat pengajian kitab,

6
Taufiq Abdullah dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara (Jakarta :
PT. Ichtiar baru van hoeve, tth), Hlm. 47.

7
Hasbullah, Op. Cit.., Hlm. 34 – 35.
8
Mahmud Yunus, sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Mutiara
Sumber Widya, 1995), Hlm. 220.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 6


bagi murid-murid yyang telah khatam mengaji alquran. Tempat pengajianya
disebut pesantren.9

3. Metode/pendekatan Pendidikan Islam Wali Songo


Ada beberapa jenis pendekatan pendidikan yang dilakukan Walisongo
dalam mengajarkan agama Islam, yaitu modeling, substantive, tidak
diskriminatif, understable and applicable, dan pendekatan kasih sayang.10
a) Pendekatan Modelling
Modelling diartikan sebagai model, contoh, panutan. Artinya
dalam menyampaikan ajaran Islam tidak hanya sekedar memberitahu hal-
hal yang sifatnya hanya kognitif semata, tetapi juga dengan cara
memberikan contoh. Islam adalah ajaran nilai yang mana tidak akan
berguna jika hanya digunakan sebatas pada pengetahuan kognitif saja.
Dengan kata lain inti dari pendidikan Islam adalah internalisasi nilai-nilai
ke-Islaman. Oleh karena itu perlu adanya sebuak objek yang bisa dijadikan
teladan atau panutan.
Dalam dunia Islam Rosululloh adalah seorang pemimpin yang
tidak diragukan lagi. Karena kemuliaan akhlaknya beliau dijadikan
sebagai sumber referensi pola kehidupan sehari-hari umat Islam. Dia juga
orang yang memiliki pengaruh besar terhadap peradaban manusia. Bangsa
Arab yang dahulu berwatak jahiliyah berangsur-angsur berubah karena
keteladanannya. Bahkan seorang penulis buku terkenal memposisikan
Nabi Muhammad SAW sebagai orang paling berpengaruh nomor satu
dalam sejarah peradaban manusia.
Di Jawa, dalam masyarakat santri, kepemimpinan Rosululloh
diterjemahkan dan diteruskan oleh para Walisongo yang dikemudian hari
sampai kini menjadikan mereka sebagai kiblat kedua setelah Nabi.

9
Hasbullah, Op. Cit.., Hlm. 36 – 37.

10
Abdul Jamil, dkk, Islam dan kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media,
2000) . Hlm. 240 - 244

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 7


Yang perlu ditegaskan adalah bahwa modelling mengikuti seorang
tokoh pemimpin merupakan bagian penting dalam filsafat Jawa.
Walisongo sebagai penyebar ajaran Islam yang juga menjadi kiblat kaum
santri sudah barang tentu berkiblat pada para guru besar dan kepimpinan
muslimin, Nabi Muhammad SAW. Kekuatan modelling ditopang dan
sejalan dengan sistem nilai Jawa yang mementingkan paternalisme
(sistem kepemimpinan berdasarkan hubungan bapak dan anak) dan patron-
client relation (hubungan pelindung-klien/yang dilindungi) yang sudah
mengakar dalam budaya masyarakat Jawa.
b) Pendekatan Substantif
Di zaman serba modern seperti sekarang ini, pendidikan mempunyai
kedudukan amat penting di dalamnya. Sebab tanpa pendidikan manusia tidak
dapat mencapai prestasi yang begitu tinggi dalam membangun peradaban.
Suatu peradaban yang maju dan berkembang adalah peradaban yang di
dalamnya menjunjung tinggi pendidikan.
Namun yang menjadi problem, dan hal ini yang terkadang menimbulkan
adanya kesalahpahaman dalam menginterpretasi suatu ilmu pengetahuan
adalah terjadinya perselisihan dalam perbedaan pandangan pengetahuan yang
cenderung tidak substantif. Padahal hal tersebut seharusnya tidak begitu
terlalu dipermasalahkan. Masih banyak permasalahan yang perlu dibahas
terkait dengan substansi dari pada bentuk luarnya.
Pendekatan substantif adalah pendekatan yang dalam pengajarannya lebih
mengutamakan materi pokok / inti pokok pengajaran. Dalam Islam ajaran
tauhid adalah satu materi pokok yang disjikan sejak awal. “Karena lebih
mengutamakan pendekatan substantive maka jika terlihat pendekatan
Walisongo sering menggunakan elemen-elemen non-Islam, sesungguhnya hal
ini adalah means atau a matter of approach, atau alat untuk mencapai tujuan
yang tidak mengurangi substaisi dan signifikansi ajaran yang diberikan.
Dengan kata lain, wisdom dan mau`idhah hasanah adalah cara yang dipilih
sesuai dengan ajaran Al-Quran (An-Nahl : 125)”.11

11
H. Abdul Jamil, dkk, Op. Cit. Hlm. 243

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 8


Mungkin karena dengan pendekatan seperti itulah masyarakat Jawa dapat
menerima Islam secara damai dan dapat tersebar luas di tanah Jawa. Jika ingin
mendapatkan simpati dari orang asing maka kita harus mengetahui bagaimana
karakteristik orang asing tersebut. Dan hal inilah yang dilakukan para
Walisongo dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.
c) Tidak bersifat diskriminatif
Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi sejak lahir. “aliran
nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah
terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil
perkembangannya.”12
“Sementara aliran emprisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme
karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia
dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan
dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.”
Baik antara nativisme maupun empirisme masing-masing memiliki
kebenaran dan argumen masing-masing. Di sini tidak akan mempertentangkan
hal tersebut. Justru keduanya dipandang sebagai sesuatu yang saling
melengkapi antara satu dengan yang lain.
Dalam Islam dikenal dengan istilah “fitrah”. Secara etimologis, asal kata
fitrah dari bahasa Arab yaitu “fitratun” jamaknya “fitarun”, artinya perangai,
tabiat, kejadian asli, agama, ciptaan. Fitrah juga terambil dari akar-akar “Al-
Fathr” yang berarti belahan. Dari makna ini lahir akna-makna lain, antara lain
“pencipta” atau “kejadian”.13
Sehubungan dengan kata fitrah tersebut ada sebuah hadits shohih
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah: “tidak ada satu
anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang

12
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2006). Hlm. 59
13
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif (Yogyakarta: Safiria Insania Press,
2004). Hlm. 17

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 9


tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR
: Bukhori dan Muslim).14
Sesungguhnya manusia dihadapan Allah adalah sama, yang membedakan
ialah kadar keimanannya. Salah satu kandungan dari Al Quran tersebut
menjelaskan pada kita bahwasanya perbedaan individu tidak begitu
dipersoalkan dalam Islam. Manusia dipandang memiliki kedudukan yang
sama dengan manusia yang lain. Yang membedakan diantara keduanya ialah
hanya ketakwaan terhadap Allah.
Konsep pendekatan yang diterapkan Walisongo dalam mengajarkan ajaran
Islam juga sebenarnya mengambil dari kandungan tersebut. Dengan
menganggap semua manusia sama, maka semuanya berhak untuk
mendapatkan ilmu Islam dari mereka (Walisongo). Sehingga wajar jika
kiranya Islam dikatakan sebagai agama yang rahmatan lil`alamiin, sebab tidak
ada istilah diskriminasi dalam pembagian hak serta kewajiban bagi tiap
individu.
Meskipun dikatakan sebagai pendidikan yang merakyat, namun
pendidikan Islam Walisongo juga ditujukan pada penguasa. Keberhasilan
Walisongo terhadap pendekatan yang terakhir ini biasanya terungkap dalam
istilah poluler Sabdo Pandito Ratu yang berarti menyatunya pemimpin agaa
dan pemimpin Negara. Dengan kata lain, dikotomi atau gap antara ulama dan
raja tidak mendapatkan tempat dalam ajaran dasar Walisongo. Ajaran ini
adalah warisan Sunan Kalijaga, tokoh yang mewariskan sistem kabupaten di
Jawa.
d) Understandable and applicable
Maksudnya adalah mudah dipahami dan dilaksanakan. Konsep pendidikan
yang tidak muluk-muluk dan cara penyampaian yang sederhana namun
mengena, lebih mudah untuk ditangkap oleh masyarakat yang sebagian besar
masih rendah tingkat pemahamannya. Hal ini selaras dengan ajaran Nabi wa
khatibinnas `ala qadri `uqulihim.

14
Al Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), VII, juz 21,
Hlm. 571 - 572

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 10


Proses penyampaian tidak hanya dengan ceramah tetapi juga
menggunakan metode dan media lain. Seperti media pewayangan misalnya.
Wayang sebenarnya tidak berasal dari Islam, namun dengan mengganti
substansi wayang tersebut dengan inti ajaran Islam, maka proses pendidikan
Islam masih dapat dilaksanakan. Ajaran rukun Islam dengan demikian dapat
ditemukan dalam cerita pewayangan seperti syahadatain yang sering
dipersonifikasikan dalam tokoh puntadewa, tokoh tertua diantara Pandawa
dalam kisah Mahabarata. Puntadewa yang memiliki pusaka Jamus Kalimasada
(Kalimasada : Kalimah Syahadat) digambarkan sebagai raja adil yang tulus
ikhlas bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya, yakni pemimpin yang konsisten
antara kata dan perbuatannya. Tingkah laku yang tidak munafik ini (beriman)
adalah refleksi lips of faith.
e) Pendekatan kasih sayang
Mendidk bukanlah sekedar transfer ilmu pengetahuan dari seorang guru
kepada muridnya. Terlalu naïf jika masih ada guru yang menganggap
demikian pada zaman sekarang ini. Lebh jauh lagi pendidika merupakan
transformasi komponen-komponen pendidikan yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian pendidikan juga mementingkan
aspek moral.
Bagi walisongo, mendidik adalah tugas dan panggilan agama. Mendidik
murid sama halnya dengan mendidik anak kandung sendiri. Pesan mereka
dalam konteks ini adalah ayangi, hormati, dan jagalah anak didikmu, hargailah
tingkah laku mereka sebagaimana engkau memperlakukan anak turunmu. Beri
mereka pakaian dan makanan hingga mreka dapat menjalankan syariat Islam,
dan memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan.

C. MASA KERAJAAN ISLAM BAGIAN TIMUR


1. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan yang mula-,mula berdasarkan Islam adalah Kerajaan Kembar
Gowa Tallo tahun 1605 M. rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng
Mansyonri yang kemudian bergantiu nama dengan Sultan Abdullah Awwalul
Islam. Menyusul di belakangnya raja Gowa bernama Sultan Alauddin. Dalam

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 11


waktu dua tahun seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Muballig Islam yang
berjasa di sana ialah Abdul Qorid Katib Tunggal gelar Dato Ri Bandang
berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri.15
Sejak dahulu, perkembangan agama Islam di Sulawesi selatan amat
pesat. Sejalan dengan itu, disana terdapat sejumlah pesantren yang berdiri dan
berkembang pesat. Pada tahap awal, merupakan pesantren atau surau dengan
model lama sebagaimana yang terdapat di Sumatera dan Jawa. Perkembangan
itu semakin pesat sejak adanya alim ulama bugis yang datang dari tanah
mekah, setealah tinggal disana bermukim beberapa tahun lamanya. Sistim dan
rencana pengajaran pesantren di Sulawesi hampir sama dengan sistim dan
rencana pengajaran pesantren di Sumatera dan Jawa karena sumbernya satu
yaitu mekah.16
Kemudian secara berangsur-angsur berdirilah madrasah-madrasah
(sekolah agama) Yang menggunakan sistem klasikal yang dilengkapi dengan
bangku, meja, dan papan tulis sebagaimana sekolah yang digunakan. Menurut
catatan sejarah, yang mula-mula mendirikan madrasah di Sulawesi selatan
adalah Muhammadiyah sekitar tahun 1926.17
2. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Maluku
Islam memasuki Maluku pada akhir abad ke-15. Sekitar tahun 1460
raja ternate memeluk agama Islam. Sekitar tahun 1460 raja Ternate memeluk
agama Islam. Nama raja itu adalah vongi tidore. Sementara H.J. de Graaf
berpendapat bahwa raja muslim yang pertama adalah Zayn al-Abidin (1486-
1500). Pada masa itu gelombang perdagangan muslim terus meningkat ,
sehingga raja menyerah pada tekanan dan memutuskan untuk mempelajari
tentang Islam pada madrasah Giri. Di Giri ia dikenal dengan nama raja
Bulawa atau raja cengkeh. Setelah kembali dari jawa, ia mengajak
Tuhubahahul ke daerahnya, dan yang terakhir inilah dikenal sebagai penyebar
utamaIslam di kepulauan Maluku.18

15
Zuhairini dkk, Op. Cit..., hlm. 145
16
Mahmud Yunus, Op. Cit..., hlm. 326.
17
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), Hlm. 270.
18
Abudin Nata, Op. Cit, hlm. 252.

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 12


3. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Kalimantan
Berbagai tulisan dan kajian yang membicarakan tentang masuknya
Islam di kalimantan selatan selalu mengidentikkan dengan berdirinya kerajaan
banjarmasin. Kerajaan banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang
beraga Hindu. Berdirinya kerajaan Islam banjar ini ada hubungannya dengan
pertentangan keluarga istana, antara pangeran Samudera sebagai pewaris sah
kerajaan Daha dengan pamannya Pangeran Tumenggung.
Terjadi peperangan antara pangeran Samudera dengan Pangeran
Tumenggung. Pangeran samudera meminta bantuan kepada sultan Demak.
Sultan demak bersedia membantu dengan syarat pangeran samudera mau
masuk Islam.setelah pangeran samudera menyetujui syarat itu sultan demak
mengirim seribu orang tentara.
Dalam peperangan itu pangeran samudera memperoleh kemenangan.
Sesuai janjinya, ia beserta seluruh kerabat keraton dan penduduk banjar masuk
Islam. Setelah pangeran banjar masuk Islam namanya diganti Sultan
Suryanullah atau Suryansyah dan dikukuhkan sebagai raja pertama kerajaan
Islam Banjar. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1526 M.
Sesudah kerajaan Banjar berdiri dibawah pimpinan sultan suryansyah,
perkembangan Islam makin maju, masjid-masjid dibangun hampir di setiap
desa. Pada tahun 1710 di Zaman kerajaan Islam banjar ke-7 lahir ulama
terkenal yaitu Syeh Muhammad Arsyad al Banjary di desa Kalampayan
Martapura.
Syeh Muhammad Arsyad banyak mengarang kitab-kitab agama,
diantaranya yang paling terkenal sampai sekarang adalah kitab Sabilul
Muhtadin. Sultan Tahmilillah mengangkatnya sebagai mufti besar kerajaan
banjar. Syeh Muhammad Arsyad juga berjasa besar dalam mendirikan di
kampung Dalam Pagar yang sampai sekarang masih terkenal dengan sebutan
pesantren Darussalam.
Sistem pengajian kitab di pesantren Banjarmasin, tidak berbeda
dengan sistem pengajian kitab di pondoak pesantren jawa ataupun Sumatera,

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 13


yaitu dengan mempergunakan sistem halaqah, menterjemahkan kitab-kitab
yang dipakai kedalam bahasa daerah.19
Berdirinya kerajaan Islam kutai kalimantan Timur, bermula dari
adanya dua orang penyebar agama Islam pada masa pemerintahan Raja
Mahkota. Dua orang tersebut yaitu dato’ Ri Bandang dari makassar dslaman
Tuan Tunggang Parangan. Melalui Tuan Tunggang Parangan, Raja Mahkota
masuk Islam. Seiring dengan itu dibangunlah masjid dan kegiatan pengajaran
agama. Orang pertama yang mengikuti pengajaran itu adalah raja Mahkota
sendiri, kemudian pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang,
kemudian rakyat pada umumnya.
Dalam perkembangannya Raja Mahkota berusaha keras menyebarkan
Islam. Proses pengIslaman di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi
pada tahun 1575. Penyebaran lebih jauh ke daerah pedalaman terutama pada
waktu putranya Aji di Langgar dan penggantinya.20

19
Hasbullah, Op. Cit..., Hlm. 38.
20
Abudin nata, Op. Cit..., Hlm. 251

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 14


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia atau
proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu:
• Perdagangan
• Tasawwuf
Pertumbuhan Dan Perkembangan Islam Masa Kerajaan
1. Masa kerajaan Islam di Sumatera
Kerajaan di Sumatera meliputi kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Perlak,
dan kerajaan Aceh Darussalam. Ketiaga kerajaan tersebut berada di Aceh,
daerah paling ujung dari Sumatera.
2. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Jawa
Kerajaan Islam di Jawa meliputi Kerajaan Demak, Pajang, Mataram,
Cirebon dan Banten. Pendidikan Islam yang berlangsung di kerajaan
demak, Pajang dan Mataram beriringan dengan kegiatan dakwah Islam
yang dilakukan para ulama dan para wali. Raden fatah, raja pertama
kerajaan demak, adalah santri perguruan Islam Denta.
3. Metode/pendekatan Pendidikan Islam Wali Songo
Ada beberapa jenis pendekatan pendidikan yang dilakukan Walisongo
dalam mengajarkan agama Islam, yaitu modeling, substantive, tidak
diskriminatif, understable and applicable, dan pendekatan kasih sayang
Masa Kerajaan Islam Bagian Timur
1) Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Sulawesi
2) Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Maluku
3) Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Kalimantan

Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia Page 15


PUSTAKA

Zuhairini dkk,:“Sejarah Pendidikan Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet


IV.
Musyrifah Sunanto:“Sejarah Peradaban Islam”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007).
Taufiq Abdullah dkk: “Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara “(Jakarta
: PT. Ichtiar baru van hoeve, tth),
Mahmud Yunus: “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,” (Jakarta : Mutiara
Sumber Widya, 1995).
Abdul Jamil, dkk:” Islam dan kebudayaan Jawa “(Yogyakarta: Gama Media,
2000) .
M. Ngalim Purwanto: “Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis”. (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2006).
Muis Sad Iman: “Pendidikan Partisipatif “(Yogyakarta: Safiria Insania Press,
2004).
Al Quran dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), VII, juz 2.
Abudin Nata:“Sejarah Pendidikan Islam”, (Jakarta: Kencana, 2011).

Anda mungkin juga menyukai