Kelas X-L
Kelompok 11 :
1. Arrida Meisya Firdausiyyah (08)
2. Melya Anggraini (21)
3. Nuha Kania Malahayati (30)
4.
KATA PENGANTAR
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Saya menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTARiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii[oiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii5iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiENGANTAR…………
…………………………………………………………….. i DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….ii BAB
1: PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..1 1.2
Rumusan Masalah …………………………………………………………….2 1.3
Tujuan …………………………………………………………………………2 BAB 2:
PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3 2.1
Pengertian Walisongo………………………………………………………....3 2.2
Peran Walisongo………………..……………………………………………..3 2.3
Peran Sunan Gresik……………..……………………………………………..4 2.4
Peran Sunan Ampel……………………………………...…………………….6 2.5
Peran Sunan Giri……………………………………………………………....8 2.6
Peran Sunan Bonang…………….…………………………………………...10 2.7
Peran Sunan Drajat …………………………………………………………..12 2.8
Peran Sunan Kalijaga……………. ……………………………………….....14 2.9
Peran Sunan Muria …………………..……………………………................17 2.10
Peran Sunan Gunung Jati ………………………………………....................19 2.11
Peran Sunan Kudus………………………………………………………….21 BAB 3:
PENUTUP ………………………………………………………………………....23 3.1
Kesimpulan ………………………………………………………………….23 3.2 Saran
………………………………………………………………………...23 DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………………....24
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah wali berasal dari bahasa Arab, artinya tercinta, pembantu, penolong dan
pemimpin. Bentuk pluralnya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai
orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tidak adak kekhawatiran pada mereka
dan tidak pula mereka bersedih hati. Wali Songo disini diartikan sekumpulan orang (semacam
dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam
di bumi Nusantara pada zamannya.1
Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap
keramat, penyebar agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat
dengan Allah, dikaruniai tenaga gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih,
mempunyai ilmu yang sangat tinggi, dan sakti berjaya-kewijayaan (Effendy Zarkasi, 1977: 52).
Sebagian penulis berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arab , yaitu
wali dan tsana’(mulia), sehingga berarti para wali yang mulia. Sebagian lagi berpendapat istilah
Wali Songo berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana (baca: sono), yaitu tempat. Ada pula
yang menyebut dengan Wali Songo berarti sembilan wali atau bahkan ada yang menyatakan
Wali Sangha.
Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan istilah dan fakta
sejarah, yaitu bahwa Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, dewan mubaligh 2, organisasi
ulama dalam bentuk lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat
atau meninggalkan Jawa maka diangkat wali lain sebagai penggantinya sehingga tetap berjumlah
sembilan. Para Wali Songo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka
terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat jawa mulai dari
perniagaan, pelayaran dan perikanan, bercocok tanam dan persawahan, pengobatan, kebudayaan,
kesenian, pendidikan, kemasyarakatan, hingga kedalam masalah aqidah, politik, militer, hukum,
dan pemerintahan dikerajaan-kerajaan Islam.
3
Ibid, hlm.80
Menurut Babad Diponegoro, sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana
Manjapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana Raden
Fatah, putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel.
Sunan Ampel tercatat sebagai perancang Kerajaan Islam di pulau Jawa.
Dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak.
Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak
pada tahun 1479 bersama wali-wali lain.
Pada awal islamisasi pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan
agar masyarakat menganut keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan masyarakat
seperti kenduri, selamatan, sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam sistem sosio-kultural
masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa
untuk sementara semua kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat sulit
meninggalkannya secara serentak.
Akhirnya, Sunan Ampel menghargainya. Hal tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan
Kalijaga dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat
Jawa itulah yang diberi warna Islam. Sunan Ampel salah seorang wali yang berjuang
menegakkan Islam. Jasanya sangat besar dalam menggelorakan dakwah dan jihad ditanah Jawa. 4
Dan beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid Ampel.
6. Sunan Kalijaga
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan
seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Beliau
merupakan putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Terdapat
beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.
Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.
Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung
Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ‘kungkum’ di
sungai (kali) atau “jaga kali”.5 Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab
“qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan. Raden Sahid
5
Kriswantoro Kawarasan, “Sejarah Wali Songo Lengkap (Cerita Wali Songo)” diakses dari
https://juragansejarah.blogspot.com/2013/05/sejarah-wali-songo-lengkap-cerita-wali.html pada tanggal
14 Oktober 2019 pukul 09:19
sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa
menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan,
hingga dia mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan
kepada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu
tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir.
Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah
putih, dia adalah Sunan Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi
murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di depan kali sampai
berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain
dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh
para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga
dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada
awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh
seniman wayang. Ia tidak pernah meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi
di dalam cerita itu disisipkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama Islam merupakan agama yang universal, yang tidak hanya membawa hal-hal
tentang agama, tetapi juga membawa kebudayaannya dan mempengaruhi terhadap berbagai hal,
di antaranya pegaruh dibidang bahasa, pengaruh di bidang pendidikan, arsitektur dan juga
kesenian. Kedatangan islam membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sosial,
ekonomi maupun politik di dunia. Walisongo dipercaya sebagai peletak batu pertama Islam di
pulau Jawa. Kiprah Walisongo dalam peta dakwah Islam di Indonesia pada umumnya, di pulau
Jawa khususnya memang merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Para Walisongo
dalam melakukan aktivitas dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis.
Beranjak dari sinilah, para Walisongo yang dikenal jumlahnya ada sembilan orang tersebut
melakukan pemilihan wilayah dakwahnya. Walisongo ketika itu sangat bijak memanfaatkan seni
yang telah berakar dan berkembang dalam masyarakat untuk menopang keberhasilan dakwah
mereka.
3.2 Saran
Saran dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati saya sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya untuk membangun.
Terakhir saya berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi saya begitu juga
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. 2015. Wali Songo Glora Dakwah Dan Jihad Ditanah Jawa (1404-1482 M).Solo: Al-Wafi
Zakky, 2018. “Nama-Nama Wali Songo Beserta Sejarah, Silsilah, Kisah dan Fotonya”
https://www.zonareferensi.com/nama-nama-wali-songo/ di akses pada tanggal 14 Oktober 2019
pukul 01:11