Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOGRAFI WALI SANGA

“WALI SONGO PENYEBAR ISLAM”

Disusun Oleh :
ECHA DESMITA DWINA
AZRI SUCI RAHMA

YUNITA AGUSTINA
MIFTAHUL HAFIZAH
ILHAM INDRA
ARIEL KHAIRIANSYAH

MAN 1 DUMAI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat hidup dan nikmat iman
serta kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Sebagai manusia kita
wajib untuk senantiasa mensyukuri nikmatnya dan berusaha membalas semua kebaikan

yang Allah berikan kepada kita semua dengan cara menjalankan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, seorang Rosul yang di dalam dirinya terdapat suri tauladan
yang baik bagi kita semua. Dalam makalah yang berjudul “Wali Songo Penyebar Islam”

Alhamdulillah telah bisa disusun dengan mengumpulkan berbagai macam referensi. Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu, saya mohon maaf atas kekurangan tersebut. Besar harapan saya agar makalah ini dapat
berguna untuk semua orang yang membaca.

Dumai, 13 Agustus 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, hampir semua bidang kehidupan rakyat Indonesia yang mayoritas beragama
Islam telah dirambah oleh bangsa lain, terutama bangsa barat yang note bene bukan Islam bahkan
cenderung tidak menghiraukan norma-norma agama. Saya sengaja menyusun makalah mengenai
Wali Songo ini dengan harapan agar para orang tua, para guru, para penulis, dan para anak-anak
mempunyai wawasan lebih luas mengenai penyebaran agama Islam.

Makalah ini berisi riwayat para penyebar agama Islam, asal-mula kemunculan Islam di tanah Jawa
menempati realitas unik sehingga pada dasawarsa terakhir ini muncul statemen untuk
menghidupkan dinamika keagamaan dan keberagamaan masyarakat di Jawa umumnya dengan
semangat menghidupkan Islam Nusantara. Pengkultusan pola Islam yang muncul di tengah-tengah
kehidupan masyarakat Jawa sejatinya ingin meneguhkan eksitensi kenusantaraan Islam di Jawa
bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . Hal tersebut tak lepas dari peran
tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “Wali Songo”. Peran Wali Songo dalam proses
Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Wali Songo yang begitu dekat dikalangan masyarakat
muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik
serta sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga dengan
mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

Para Wali sama sekali tidak menggunakan kekerasan untuk berdakwah. Mereka menempuh jalan
damai, dakwah bil hal, dengan tingkah laku dan perbuatan mereka sendiri yang sesuai denga ajaran
Islam. Sehingga tampak mutu dan ketinggian agama Islam yang sangat demokratis. Mereka juga
memanfaatkan media masyarakat pada saat itu sebagai sarana penunjang dakwah. Mereka
berusaha keras menciptakan budaya baru yang penuh kreatifitas sehingga lahirlah aneka jenis
mainan dan dolanan anak-anak yang bernafaskan falsafah Islami, baik berupa tembang atau lagu,
gending tarian dan aneka jenis permainan lainnya.

Mereka juga menciptakan sastra Jawa yang sangat tinggi nilai estetis dan falsafahnya, seperti Suluk,
lakon Wayang Caranga Dewa Ruci, dan beberapa karya sastra lainnya. Kisah perjuangan mereka
sangat unik. Pada saat berhadapan dengan rakyat jelata, rakyat awam, orang-orang sakti, para
sarjana (Brahmana dan pendeta Budha) maupun ketika berhadapan dengan para penguasa.
Keberhasilan para Wali Songo pantas kita renungkan, kita jadikan pijakan untuk melangkah di zaman
modern ini dengan tantangan dakwah yang berbeda namun pada hakekatnya sama yaitu
mengembangkan agama islam di daerah masing-masing.
BAB II

PEMBAHASAN

1 Pengertian Wali Songo

Istilah wali berasal dari bahasa Arab, artinya tercinta, pembantu, penolong dan pemimpin. Bentuk
pluralnya adalah auliya’. Al-Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah. Tidak adak kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Wali Songo disini diartikan sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap memiliki
hak untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.

Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat, penyebar
agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat dengan Allah, dikaruniai
tenaga gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih, mempunyai ilmu yang
sangat tinggi, dan sakti berjaya-kewijayaan (Effendy Zarkasi, 1977: 52).

Sebagian penulis berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arab , yaitu wali dan
tsana’(mulia), sehingga berarti para wali yang mulia. Sebagian lagi berpendapat istilah Wali Songo
berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana (baca: sono), yaitu tempat. Ada pula yang menyebut
dengan Wali Songo berarti sembilan wali atau bahkan ada yang menyatakan Wali Sangha.

Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan istilah dan fakta sejarah, yaitu
bahwa Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, dewan mubaligh , organisasi ulama dalam bentuk
lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat atau meninggalkan Jawa
maka diangkat wali lain sebagai penggantinya sehingga tetap berjumlah sembilan. Para Wali Songo
adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasa dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat jawa mulai dari perniagaan, pelayaran dan perikanan,
bercocok tanam dan persawahan, pengobatan, kebudayaan, kesenian, pendidikan, adalah auliya’. Al-
Qur’an menyifati para wali Allah sebagai orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.
Tidak adak kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Wali Songo disini
diartikan sekumpulan orang (semacam dewan dakwah) yang dianggap memiliki hak untuk
mengajarkan Islam kepada masyarakat Islam di bumi Nusantara pada zamannya.

Kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat, penyebar
agama Islam, mereka dianggap “kekasih Allah”, orang-orang yang dekat dengan Allah, dikaruniai
tenaga gaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih, mempunyai ilmu yang
sangat tinggi, dan sakti berjaya-kewijayaan (Effendy Zarkasi, 1977: 52).

Sebagian penulis berpendapat bahwa istilah Wali Songo berasal dari bahasa Arab , yaitu wali dan
tsana’(mulia), sehingga berarti para wali yang mulia. Sebagian lagi berpendapat istilah Wali Songo
berasal dari bahasa Jawa, yaitu wali dan sana (baca: sono), yaitu tempat. Ada pula yang menyebut
dengan Wali Songo berarti sembilan wali atau bahkan ada yang menyatakan Wali Sangha.

Dari berbagai pendapat tersebut, yang paling kuat adalah berdasarkan istilah dan fakta sejarah, yaitu
bahwa Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, dewan mubaligh , organisasi ulama dalam bentuk
lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Setiap ada yang wafat atau meninggalkan Jawa
maka diangkat wali lain sebagai penggantinya sehingga tetap berjumlah sembilan. Para Wali Songo
adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasa dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat jawa mulai dari perniagaan, pelayaran dan perikanan,
bercocok tanam dan persawahan, pengobatan, kebudayaan, kesenian, pendidikan,

2.Tokoh-tokoh Wali Songo

1. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)

Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Beliau diperkirakan lahir
tahun 1465 M diampel dari seorang perempuan bernama Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati
di Tuban. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai
pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur.
Setelah belajar di Pasai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan
pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi muridnya berdatangan dari berbagai daerah.

Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri
dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan.
Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan
menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan
tauhid, sikap menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi dengan
syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya kini dikenal dengan istilah
sekaten, yang berasal dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan
tembang Durma, sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah.
Sunan Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.

2. Sunan Giri

Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak
Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan Walisongo. Nama Sunan
Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Ia adalah
wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan ke
Majapahit sebagai penasihat militer.

Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang dagangan
kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa sunyi selama
40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada pesan ayahnya
sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan yang dibawahi dari
negeri Pasai melalui desa Margonoto sampailah Raden Paku di daerah perbatasan yang hawanya
sejuk, lalu dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan pesantren Giri. Tidak berselang lama
hanya dalam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi seluruh Nusantara. Sunan Giri sangat
berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik dilakukannya sendiri waktu muda
melalui berdagang tau bersama muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak
kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain.

3. Sunan Drajat

Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada sumber lain yang mengatakan namanya adalah Raden
Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu
adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel,
Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebalah barat Gresik, yaitu daerah antara
Gresik dengan Tuban. Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren.

Dalam waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau. Setahun
kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebelah selatan kira-
kira sejauh satu kilometer dari desa Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla atau Surau yang
sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah itu, beliau mendapat
ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat baru itu beliau berdakwah dengan
menggunakan kesenian rakyat, yaitu dengan menabuh seperangkat gamelan untuk mengumpulkan
orang, setelah itu lalu diberi ceramah agama. Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam
mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media
dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di
dekat makamnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agama Islam merupakan agama yang universal, yang tidak hanya membawa hal-hal tentang agama,
tetapi juga membawa kebudayaannya dan mempengaruhi terhadap berbagai hal, di antaranya
pegaruh dibidang bahasa, pengaruh di bidang pendidikan, arsitektur dan juga kesenian. Kedatangan
islam membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di
dunia. Walisongo dipercaya sebagai peletak batu pertama Islam di pulau Jawa. Kiprah Walisongo
dalam peta dakwah Islam di Indonesia pada umumnya, di pulau Jawa khususnya memang
merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Para Walisongo dalam melakukan aktivitas
dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis. Beranjak dari sinilah, para
Walisongo yang dikenal jumlahnya ada sembilan orang tersebut melakukan pemilihan wilayah
dakwahnya. Walisongo ketika itu sangat bijak memanfaatkan seni yang telah berakar dan
berkembang dalam masyarakat untuk menopang keberhasilan dakwah mereka.

3.2 Saran

Saran dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan,
baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya
sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya untuk membangun. Terakhir saya berharap,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi saya begitu juga pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. 2015. Wali Songo Glora Dakwah Dan Jihad Ditanah Jawa (1404-1482 M).Solo: Al-Wafi

Hatmansyah, 2017. “Strategi dan Metode Dakwah Walisongo”.


https://www.researchgate.net/publication/317432160_Strategi_dan_Metode_Dakwah_Walisongo
di akses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 21:47

Ahmad Multazam, 2014. “Peranan Wali Songo Dalam Penyebaran Dakwah Di Indonesia”

https://multazam-einstein.blogspot.com/2013/05/makalah-peran-walisongo-dalam.html

di akses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 22:11

Zakky, 2018. “Nama-Nama Wali Songo Beserta Sejarah, Silsilah, Kisah dan Fotonya”

https://www.zonareferensi.com/nama-nama-wali-songo/ di akses pada tanggal 14 Oktober 2019


pukul 01:11

Wisnu Gilang Ramdhan, 2014. “Pembahasan Makalah”

https://www.slideshare.net/wisnuwolstenholme/pembahasann-makalah di akses pada tanggal 14


Oktober 2019 pukul 01:25

Kriswantoro Kawarasan,2013. “Sejarah Wali Songo Lengkap (Cerita Wali Songo)”


https://juragansejarah.blogspot.com/2013/05/sejarah-wali-songo-lengkap-cerita-wali.html diakses
pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 09:19

Mas’udi, 2015 “DAKWAH NUSANTARA (Kerangka Harmonis Dakwah Walisongo dalam Diseminasi
Ajaran Islam di Nusantara)”
file:///D:/pelajaran%20semester%205/Sejarah%20Peradaban%20Islam/0c8360e5d9ae285261fe2e6
5c45f5a842687.pdf diakses pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 09:39

Anda mungkin juga menyukai