Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERAN WALI SANGA DALAM DAKWAH ISLAM


DI INDONESIA
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

disusun oleh:
Kelompok 2

Riski Saputra

Kelas : IX – D

MTs MUSLIMIN BOJONGPICUNG


2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikm. Wr Wb
Alhamdulillah,, puji sukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa
Allah swt karena atas perkenanNya lah makalah ini dapat terselesaikan, makalah
ini tersusun atas beberapa bab dan sub bab yang menjelaskan tentang Wali Sanga
dalam Dakwah Islam di Indonesia, makalah ini di ambil dari berbagai sumber
baik media elektronik dan buku – buku.
Tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan membimbing saya dalam penyusunan makalah ini, terutama
kepada kedua orangtua yang telah memberikan sumbangi moral maupun material
selama penyusunan makalah ini.
Terlepas dari bentuk dan kapasitasnya makalh ini penyusun harapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya kepada penyusun dan umumnya kepada
semuanya.
Dan kami harapkan keritik dan sarannya untuk perbaikan kami di masa
depan.
Terimakasih
Wassalamualaikm Wr Wb.

Cianjur, November 2023

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A. Sejarah Dakwah Wali Sanga...................................................................3


B. Metode Dakwah Wali Sanga...................................................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran dan perkembangan Islam di Nusatara dapat dianggap sudah terjadi
pada tahun-tahun awal abad ke-12 M. Berdasarkan data yang telah diteliti oleh
pakar antropologi dan sejarah, dapat diketahui bahwa penyiaran Islam di
Nusantara tidak bersamaan waktunya, demikian pula kadar pengaruhnya berbeda-
beda di suatu daerah. Berdasarkan konteks sejarah kebudayaan Islam di Jawa,
rentangan waktu abad ke-15 sampai ke-16 ditandai tumbuhnya suatu kebudayaan
baru yang menampilkan sintesis antara unsur kebudayaan Hindu-Budha dengan
unsur kebudayaan Islam.
Kebudayaan baru di dalam kepustakaan antara lain dikenal sebagai
kebudayaan masa peeralihan. Berdasarkan temuan bukti-bukti arkeologis Islam di
daerah pantai dan pedalaman menunjukan bahwa apa yang digambarkan sebagai
kebudayaan tersebut sebagaian besar adalah hasil kebudayaan Islam yang tumbuh
dan berkembang bersamaan waktunya pada masa kejayaan hingga surutnya
kerajaan Majapahit dan tumbuhnya Demak sebagai kesultanan Islam pertama di
Jawa.
Islam merupakan agama yang terbesar di Indonesia, lebih dari 80%
penduduknya adalah muslim. Kamu bisa bayangkan tuh, dengan jumlah penduduk
yang lebih dari 200 juta jiwa, pastilah umat Islam sangat banyak di negeri ini.
Pantas saja kalau Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di
dunia. Semua itu tentu saja tidak lepas dari penyebar agama Islam di nusantara ini.
Dan tentu kamu sudah tahu siapa yang menyebarkan Islam di Indonesia. Ya, Wali
Songo, sekelompok da’i yang berjuang sampai Islam tegak di bumi Indonesia.
Istilah walisongo adalah nama sebuah dewan yang beranggotakan 9 orang.
Anggota walisongo merupakan orang-orang pilihan dan oleh karena itu oleh orang
jawa dinamakan wali. Istilah wali berasal dari Aahasa Arab Aulia’ yang artinya
orang yang dekat dengan Allah Swt karena ketakwaannya. Sedangkan istilah
songo merujuk kepada penyebaran agama Islam ke segala penjuru. Orang jawa
mengenal istilah kiblat papat limo pancer untuk menggambarkan segala penjuru,
yaitu utara-timur-selatan-barat disebut keblat papat dan empat arah diantaranya
ditambah pusat disebut limo pancer Kesembilan juru dakwah ini oleh orang-orang
Jawa dipandang sebagai orang suci dengan panggilan wali, kekasih Allah. Orang-
orang Jawa biasa menulis atau menceritakan kisah para wali ini dengan bahasa
yang indah dan penuh hormat serta dengan uraian tentang peristiwa-peristiwa di
luar kebiasaan yang mereka alami.

B. Rumusan Masalah.

1|Page
1. Bagaimana Sejarah Dakwah Walisongo?
2. Seperti Apa Metode Dakwah Walisongo?

BAB II

2|Page
PEMBAHASAN
A. Sejarah Dakwah Walisongo

Penyiar-penyiar agama islam yang pertama, menurut sejarah keyakinan


orang di Jawa adalah orang-orang keramat, yang memunyai pengetahuan yang
dalam, dan di samping itu memiliki keistimewaan yang berwujud kekuatan gaib;
orang keramat itu disebut “wali”. Kata Wali berasal dari Bahasa arab, yang berarti
“orang yang dipelihara ole allah dari berbuat ma‟siat”. Seorang wali mendapat
ilham yang berupa cahaya yang menyinari jiwanya yang memiliki kekuatan luar
biasa yang disebut keramat.
Wali-wali yang terkenal sebagai penyiar agama islam yang pertama di
Jawa, jumlahnya ada sembilan dan terkenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka
itu adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang,
Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat dan Sunan
Muria. Sampai sekarang masih terdapat kepercayaan yang kuat di kalangan orang
Jawa, bahkan islam yang sebenarnya ialah islam yang disiarkan oleh sembilan
Wali itu. Para wali menjadi tokoh-tokoh legendaris dalam masyarakat islam Jawa.
Berkenaan dengan taktik berdakwah, ada dua aliran di kalangan wali tersebut,
yaitu aliran Sunan Giri dan aliran Sunan Kalijaga. Abu Zahrah menulis :
“..... aliran yang dipelopori sunan Giri sangat ideal dan berpendapat
bahwa umat harus disuruh menjalankan agama yang lurus menurut
asalnya. Adat istiadat rakyat yang tidak sesuai dengan agama harus
diberantas, terutama adat istiadat atau kebiasaan agama Hindu-Budha.
Sebaliknya, aliran Sunan Kalijaga berpendapat bahwa rakyat akan lari bila
terus begitu saja dihantam pendiriannya... Da‟wah harus diselaraskan
dengan kepercayaan lama. Adapun cara merubahnya dengan sedikit demi
sedikit, memberi warna baru pada yang lama dan mengikuti sambil
mempengaruhi”.
Dalam penyiaran Islam di Jawa, walisongo dianggap sebagai kepala kelompok
dari sejumlah besar mubalig Islam yang mengadakan dakwah di daerah-daerah
yang belum memeluk agama Islam. Mereka adalah : 1) Sunan Gresik, 2) Sunan
Ampel, 3) Sunan Giri, 4) Sunan Bonang, 5) Sunan Drajat, 6)Sunan Gunung Jati,
7) Sunan Kudus, 8) Sunan Kalijaga dan 9) Sunan Muria. Namun masih terdapat
perbedaan pendapatdi kalangan ahli sejarah tentang nama-nama mereka yang
termasuk kelompok wali tersebut.
Adapun penjelasan tokoh-tokoh Walisongo adalah sebagai berikut:
A. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)
Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, dia adalah seorang
ahli tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke
pulau Jawa pada tahun 1404 M. Jauh sebelum beliau datang, islam sudah
ada walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah binti
Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082.
Dikalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek
Bantal sangat terkenal terutama di kalangan kasta rendah yang selalu
ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Sunan Gresik menjelaskan bahwa
dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya orang

3|Page
yang beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya di sisi Allah. Dia
mendirikan pesantren yang merupakan perguruan islam, tempat mendidik
dan menggenbleng para santri sebagai calon mubaligh.
Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan
rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan
air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang. Syekh Maulana Malik
Ibrahim seorang walisongo yang dianggap sebagai ayah dari walisongo.
Beliau wafat di gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.
B. Sunan Ampel (Raden Rahmat).
Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari
istrinya bernama Dewi Candrawulan. Beliau memulai aktivitasnya dengan
mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat dengan Surabaya. Di antara
pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku (Sunan Giri),
Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden
Makdum Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai Sunan
Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.
Menurut Babad Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh di
kalangan istana Manjapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan
istana Raden Fatah, putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi
murid Ampel. Sunan Ampel tercatat sebagai perancang Kerajaan Islam di
pulau Jawa. Dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama
Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung
Demak pada tahun 1479 bersama wali-wali lain.
Pada awal islamisasi Pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar
masyarakat menganut keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa
kebiasaan masyarakat seperti kenduri, selamatan, sesaji dan sebagainya
tetap hidup dalam sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk
agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk
sementara semua kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat
sulit meninggalkannya secara serentak. Akhirnya, Sunan Ampel
menghargainya. Hal tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan
Kalijaga dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha,
mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam. Dan
beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid Ampel.
C. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim).
Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan
Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau
dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka
mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar
di Psai, Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk
mendirikan pondok pesantren. Santri-santri yang menjadi muridnya
berdatangan dari berbagai daerah.
Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam
selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang
sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan
pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan

4|Page
menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para
wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT. dan tidak
menyekutukannya. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan
dua kalimat syahadat); gamelan yang mengirinya kini dikenal dengan
istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain. Sunan Bonang sendiri
menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat
yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan
Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.
D. Sunan Giri.
Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama
Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat
antara lain sebagai anggota dewan Walisongo. Nama Sunana Giri tidak
bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa,
Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya
negara itu serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai
penasihat militer.
Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan
membagikan barang dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda
musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa sunyi selama 40 hari 40 malam
untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada pesan
ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya
mirip dengan yang dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto
sampailah Raden Paku di daerah perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia
mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Pesantren Giri. Tidak
berselang lama hanya daam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi
seluruh Nusantara. Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik
di Jawa atau nusantara baik dilakukannya sendiri waktu muda melalui
berdagang tau bersama muridnya. Beliau juga menciptakan tembang-
tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti jemuran, cublak
suweng dan lain-lain.
E. Sunan Drajat.
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada suber yang lain yang
mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan
seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah
saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu
Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah
sebalah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.
Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Dalam
waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau.
Setahun kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat ilham agar
pindah ke daerah sebalah selatan kira-kira sejauh satu kilometer dari desa
Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla atau Surau yang sekaligus
dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah itu,
beliau mendaat ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat
baru itu belaiu berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, yaitu
dengan menabuh seperangkat gamelanuntuk mengumpulkan orang, setelah

5|Page
itu lalu diberi ceramah agama. Demikianlah kecerdikan Raden Qasim
dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan menggunakan
kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat
gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya.
F. Sunan Kalijaga.
Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra
Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda
yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima
keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia
mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya.
Tapi ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100
kali sampai banyak darahnya dan diusir.
Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia
adalah Sunan Bonang. Lalau Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu
disuruh menunggui tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan
sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan
Kalijaga.
Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran
Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya.
Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam seperti
Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun,
karena pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu.
Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat
syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan
Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama dan nama-
nama pahlawan Islam.
G. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq).
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan
sekitarnya. Beliau memiliki keahlian khusus dalam bidang agama,
terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta logika. Karena itulah
di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali
yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak
penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara.
Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di
Baitul Maqdis, Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang
menelan banyak korban di Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah
Palestiana ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun
Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa,
dan oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu dikabulkan.
Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549,
masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid Menara
Kudus) dan daerah sekitanya diganti dengan nama Kudus, diambil dari
nama sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan dakwah
dengan pendekatan kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita

6|Page
keagamaan. Yang paling terkenal adalah Gending Makumambang dan
Mijil. Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:
1) Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan:
a. Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
b. Menghindarkan konfrontasi secara langsung dalam menyiarkan
agama islam.
c. Tut Wuri Handayani
d. Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah
langsung diubah.
1). Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan
menyembelih sapi karena dalam agama Hindu sapi adalah
binatang suci dan keramat.
2). Merangkul masyarakat Budha
Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat
wudlu denga pancuran yang berjumlah delapan, diatas
pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini
disesuaikan dengan ajaran Budha “ Jalan berlipat delapan atau
asta sunghika marga”.
e. Selamatan Mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan
sejarah Nabi.
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di
Kudus. Di pintu makan Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat
asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M.
H. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan
agama Islam di pedesaab Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih
terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan
makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus
sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama
aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu
menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya.
Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah
para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali
yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah
dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau
banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino,
mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.
Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak
umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria
lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan.
Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan
yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam
masyarakat.
I. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).

7|Page
Salah seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam
menyebarkan Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat; juga
pendiri Kesultanan Cirebon. Nama aslinya Syarif Hidayatullah. Dialah
pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sunan
Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Setelah selesai menuntut ilmu pasa tahun 1470 dia berangkat ketanah
Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama ibunya
disambut gembira oleh pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain minta
agar diizinkan tinggal dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka
membangun pesantren untuk meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif
gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah
dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana
Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana
yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah
islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain.
Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang
bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha
mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama Islam. Dari
Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa
Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan
Banten.

B. Metode Dakwah Walisongo


Walisongo pada masa pelembagaan Islam menggunakan beberapa tahapan,
yaitu pertama mendirikan masjid. Dalam proses penyebaran Islam masjid tidak
hanya berfungsi untuk tempat beribadah tetapi juga tempat pengajian, dan dari
majidlah proses penyebaran Islam dimulai. Masa-masa awal proses islamisasi,
masjid menjadi tempat ritual, masjid juga sebagai pusat tumbuh dan
berkembangnya kebudayaan Islam. Didalam masjid segala aktifitas
pengembangan Islam berlangsung. Banyak masjid yang diyakini sebagai
peninggalan Wali dan dinamakan Wali yang bersangkutan. Seperti masjid yang
didirikan oleh Raden Rahmat yang diberi nama Laqab sebagaimana tradisi Timur
Tengah – Sunan Ampel, sehingga masjidnya dinamakan Masjid Ampel, masjid
Giri didirikan oleh Sunan Giri, Masjid Drajat yang didirikan oleh Sunan Drajat
dan sebagainya.
Selain nmasjid dalam pembentukan kelembagaan Islam Walisongo dalam
penyebaran Islam juga mendirikan pesantren. Didalam khazanah penyebaran
Islam, setiap Wali memiliki pesantren yang dinisbahkan dengan nama wali
tersebut berada. Seperti pesantren Ampel, pesantren Bangkuning, Pesantren
Drajat, pesantren Giri dan sebagainya.
Peranan pesantren sebagai lembaga penyebaran Islam di Jawa telah dibahas
secara mendalam oleh ahli sejarah, misalnya Soebardi (1976) dan Anthony Jhon,
sebagaimana dikutip oleh Dhofier.8 Lembaga pesantren itulah yang paling
menentukan watak keislaman dari kerajaan-kerajaan Islam dan yang memegang
peranan paling penting bagi penyebaran Islam sampai pelosok-pelosok. Dari

8|Page
lembaga-lembaga pesantren itulah asal usul sejumlah manuskrip tentang
pengajaran islam di Asia Tenggara, yang tersedia secara terbatas. Untuk dapat
betul-betul memahami sejarah Islamisasi diwilayah ini, kita harus mempelajari
lembaga-lembaga pesantren tersebut, karena lembaga-lembaga inilah yang
menjadi anak panah penyebaran Islam di wilayah ini. Pesantren menjadi sangat
penting tatkala pelembagaan Islam telah berjalan sedemikian rupa. Pada abad ke-
20, munculah berbagai pesantren yang menjadi lembaga untuk pengembangan
Islam dengan segala sistem pembelajaran dan pengajaran yang khusus yaitu
sorogan,wetonan dan bandongan. Dari gambaran singkat tentang perjalanan
hidup dan perjuangan walisongo dalam menyebarkan agama Islam di daerah
Jawa, khususnya dan di wilayah nusantara pada umumnya, maka peran mereka
dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Bidang Pendidikan
Peran walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas mereka dalam
mendirikan pesantren, sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Ampel,
Sunan Giri, dan Sunan Bonang.Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel
Denta (dekat Surabaya) yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam yang
pertama di Pulau Jawa. Di tempat inilah, ia mendidik pemuda-pemudi Islam
sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai tempat diseluruh
Pulau Jawa. Muridnya antara lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Kosim Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden
Patah (yang kemudian menjadi sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak),
Maulana Ishak, dan banyak lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam
islamisasi Pulau Jawa. Sedangkan Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah
Giri. Santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia
mengirim juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa seperti
Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Sunan Bonang memusatkan
kegiatan pendidikan dan dakwahnya melalui pesantren yang didirikan di
daerah Tuban. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam secara
mendalam kepada Raden Fatah, putera raja Majapahit, yang kemudian
menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan pendidikan tersebut kini
dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.

2. Bidang Politik
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa, walisongo mempunyai peranan yang sangat besar. Di antara mereka
menjadi penasehat raja, bahkan ada yang menjadi raja, yaitu Sunan Gunung
Jati. Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit. Isterinya
berasal dari kalangan istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah
murid beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat
penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat hambatan, bahkan
mendapat restu dari penguasa kerajaan. Sunan Giri fungsinya sering
dihubungkan dengan pemberi restu dalam penobatan raja. Setiap kali muncul
masalah penting yang harus diputuskan, wali yang lain selalu menantikan

9|Page
keputusan dan pertimbangannya. Sunan Kalijaga juga menjadi penasehat
kesultanan Demak Bintoro.
3. Bidang Dakwah
Sudah jelas kiranya, peran walisongo yang sangat dominan adalah di
bidang dakwah, baik dakwah bil lisan maupun bil hal. Sebagai mubalig,
walisongo berkeliling dari satu daerah kedaerah lain dalam menyebarkan
agama Islam. Sunan Muria dalam upaya dakwahnya selalu mengunjungi
desa-desa terpencil. Salah satu karya yang monumental dari walisongo adalah
mendirikan mesjid Demak. Hampir semua walisongo terlibat di dalamnya.
Adapun sarana yang dipergunakan dalam dakwah berupa pesantren-pesantren
yang dipimpin oleh para walisongo dan melalui media kesenian, seperti
wayang. Mereka memanfaatkan pertunjukan pertunjukan tradisional sebagai
media dakwah Islam, dengan menyisipkan nafas Islam kedalamnya. Syair lagi
gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah
Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

4. Bidang Sosial
Perhatian yang sangat serius pada masalah-masalah sosial terlihat pada
dakwah Sunan Drajat. Ia terkenal mempunyai jiwa sosial yang tinggi dan tema-
tema dakwahnya selalu berorientasi pada kegotongroyongan. Ia selalu memberi
pertolongan kepada masyarakat umum, menyantuni anak yatim dan fakir
miskin sebagai suatu aktivitas sosial yang dianjurkan oleh agama Islam.

5. Bidang Seni dan Budaya


Sunan Kalijaga terkenal sebagai seorang wali yang berkecimpung di bidang
seni. Sebagai budayawan dan seniman, banyak karya Sunan Kalijaga yang
menggambarkan pendiriannya. Di antaranya adalah gamelan, wayang kulit,
dan baju takwo. Sunan Ampel menciptakan Huruf Pegonatau tulisan Arab
berbunyi bahasa Jawa. Hingga sekarang huruf pegon masih dipakai sebagai
bahan pelajaran agama Islam di kalangan pesantren. Sunan Giri juga sangat
berjasa dalam bidang kesenian, karena beliau menciptakan tembang-tembang
dolanan anak-anak yang bernafaskan Islam. Sunan Drajat juga tidak
ketinggalan untuk menciptakan tembang Jawa yang sampai saat ini masih
digemari masyarakat, yaitu: Gending Pangkung, semacam lagu rakyat di
Jawa.Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka
mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Dalam
menyebarkan agama Islam, Sunan Bonang selalu menyesuaikan diri dengan
corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta
musik gemelan.

6. Pemurnian Akidah
Di bidang tauhid, walisongo tak kenal kompromi dengan adat istiadat dan
kepercayaan lama. Kepercayaan Hindu-Budha, Animisme dan Dinamisme
harus dikikis habis. Adat istiadat lama pada masyarakat Jawa, seperti kenduri,
selamatan, sesaji dan sebagainya, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam harus
dilenyapkan agar tidak menyesatkan umat di belakang hari. Pelaksanaan syariat

10 | P a g e
Islam haruslah sesuai dengan ajaran aslinya. Walisongo yang menekankan
pentingnya pemurnian ajaran Islam ini adalah Sunan Giri, Sunan Ampel dan
Sunan Drajat. Akan tetapi para wali yang lain berpendapat bahwa untuk
sementara semua kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat sulit
meninggalkannya secara serentak. Mereka mengusulkan agar adat istiadat Jawa
itu diberi warna Islam. Pendapat yang kedua ini didukung oleh Sunan Kalijaga,
Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati dan Sunan Muria. Walaupun
terdapat perbedaan di antara dua kelompok tersebut, akhirnya Sunan Ampel
dan kawan-kawan menyetujui pendapat Sunan Kalijaga.Selain itu, walisongo
juga sangat waspada terhadap hal-hal yang membahayakan aqidah umat. Hal
ini dilakukannya antara lain ketika menanggapi aliran/ajaran sesat yang dibawa
oleh Syekh Siti Jenar, yaitu salah seorang wali yang dianggap murtad karena
menyebarkan paham wihdatul wujuddan meremehkan syariat Islam yang
disebarkan para wali lainnya. Adapun yang menjadi hakim dalam perkara
pengadilan Syekh Siti Jenar ini adalah Sunan Giri. Atas persetujuan anggota
walisongo yang lain, maka akhirnya Syekh Siti Jenar dihukum mati.
Berikut penjelasan secara singkat metode serta hasil karya dalam dakwah
ditanah jawa.
NAMA TOKOH METODE DAKWAH HASIL KARYA
1. Maulana Malik 1. Membuka warung untuk berjualan KESENIAN : Tembang Suluk,
Ibrahim/Maulana kebutuhan sehari-sehari dengan Gundul-gundul pacul,dll
Maghribi/Syekh harga murah PENDIDIKAN : Pondok
Maghribi/Syekh 2. Mengadakan pengobatan gratis Pesantren di Leran, Gresik
Jumadil 3. Membangun pondok pesantren
Kubra/Sunan pertama di Pesucian
Gresik 4. Orang Islam pertama yang masuk
(Gresik) keJawa
2. Sunan Ampel/ 1. Mendirikan pesantren Ampel -POLITIK : Rancangan
Raden Rahmat Denta Kerajaan Islam Demak
(Ampel, 2. Aspek akidah dan ibadah
Surabaya) 3. Perancang kerajaan Islam Demak
4. Mengadakan perkawinan dengan
puteri Manila
5. Molimo : Larangan berjudi,
mabuk, mencuri, narkoba dan zina,
moh main, ngombe, maling madat
dan madon
3. Sunan 1. Menyesuaikan dengan KESENIAN : Gending,
Bonang/Raden kebudayaan masyarakat tembang tombo ati dan suluk
Maulana Makdum 2. Menciptakan gamelan
Ibrahim Bonang/gending
(Surabaya) 3. Mengganti nama-nama dewa
dengan nama-nama malaikat
4. Ahli dalam pewayangan
4. Sunan Giri/Raden1. Mendirikan pesantren Giri PermainanJelungan, gendi
Paku/Raden Ainul 2. Menciptakan permainan anak- ferit, jor, gula anti, cublak-

11 | P a g e
Yakin anak cublak suweng, lir ilir,dll
(Giri) 3. Mengirim juru dakwahnya yang Gending Asmarandana
terdidik ke berbagai pelosok danpucung
daerah diluarJawa
5. Sunan 1. Pengajaran Tauhid dan akidah -KESENIAN : Tembang
Drajad/Raden secara langsung Pangkur dan gamelan
Qosim/Syarifudin2. Mengorientasikan dakwahnya Singomengkok
(Surabaya) pada kegotong-royongan
3. Mengadakan pendekatan kurtural
4. Menciptakan tembang jawa
5. Menciptakan suluk petuah:
“Berilah tongkat pada si buta,
berilah makan pada yang lapar,
berilah pakaian pada yang
telanjang”
6. Sunan 1. Perancang masjid Demak(Tata KESENIAN : Wayang
Kalijaga/Raden dan pecahan kayu) Purwa,cerita
Mas Syahid bin 2. Sufistik berbasis salaf pewayangan ,Jamus Kalisada,
RadenSahur 3. Menggunakan wayang dan babat alas wonomarto, wahyu
(Tuban) gamelan sebagai media dakwahnya tohjali, dsb
4. Mengarang cerita-cerita
pewayangan
5. Mengembangkan seni suara, ukir,
busana, pahat, dan kesusastraan
6. Pencipta baju takwa

7. Sunan 1. Mengubah cerita-cerita -KESENIAN : Cerita agama


Kudus/Jafar ketauhidan Maskumambang dan Mijil
Sadik/Waliyyul 2. Menggunakan pendekatan
Ilmi kurtural
(Jipang Panoalan,3. Memanfaatkan simbol Hindu-
Blora) Budha
4. Membetulkan menara, gerbang,
tempat wudhu
5. Menambatkan sapi dihalaman
masjid
6. Menciptakangending
8. Sunan Muria/ 1. Menjadikan desa-desa terpencil -KESENIAN : Tembang
Raden Umar sebagai pusat dakwahnya dakwah Sinom dan Kinanti
Said/Raden 2. Mengadakan kursus-kursus bagi
Prawoto bin kaum pedagang, nelayan,dan
Sunan Kalijaga rakyat biasa seperti berdagang,
(Gunung Muria, bercocok tanam, melaut, dll.
Kudus)
9. Sunan Gunung 1. Membanguin infrastruktur berupa -SituskerajaanBanten
Jati/Syarif jalan-jalan yang menghubungkan

12 | P a g e
Hidayatullah, antar wilayah
cucu prabu 2. Melakukan ekspedisi ke Banten
Silihwangi(pange3. Memanfaatkan pengaruhnya
ran sabakingking) sebagai cucu kerajaan Padjajaran
(Jawa Barat) menyebarkan Islam dari pesisir
Cirebon kepedalaman
Pasundan/priangan

BAB III

13 | P a g e
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal ini walisongo bisa dibilang dalam jangka waktu yang singkat
beliau-beliau meraih kesuksesan besar dalam islamisasi di tanah jawa yang
sebelumnya mayoritas penduduk beragama hindu-budha, dijawa sebelum adanya
Walisongo Agama Islam hanyalah dipeluk oleh imigran yang berasal dari timur
tengah dan sedikit sekali pribumi yang mempercayai serta memeluk Agama islam.
Tehnik dan metode beliau-beliau memang sangat patut untuk kita contoh
bagaimana dapat memahami karakter serta kebutuhan mad’u sehingga dakwah
yang dilaksanakan dapat berjalan secara efeksif dan efesien

DAFTAR PUSTAKA

14 | P a g e
Hadi Sutrisno Budiono, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa,
(Yogyakarta: GRAHA Pustaka, 2009).

Habis Mustopo Muhammad, Kebudayaan Islam Di Jawa Timur ; Kajian


Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan, (Yogyakarta. Jendela Grafika, 2001).

Ibrahim Tatang, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah untuk Kelas


IX Semester 1 dan 2.

Kadir Badjuber Abdul, Islam di Indonesia (Sebuah Penelusuran Sejarah Islam di


Indonesia), Jakarta: Perpustakaan Dewan Da’wah, 2008.

Munir Samsul, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010).

Sofwan Ridin, dkk, Islamisasi Islam di Jawa Walisongo, Penyebar Islam di Jawa,
Menurut Penuturan Babad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

Su’ud Abu, Islamologi(Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat


Manusia), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).

Zahrah Abu, “ Demak sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa “, Studia Islamika,
No.2.

http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=456467&val=8656&title=WALISONGO:%20MENGISLAMKAN
%20TANAH%20JAWA%20(SUATU%20KAJIAN%20PUSTAKA). Di akses
pada 18 Desember 2017

https://sebelasipaduatld.files.wordpress.com/2011/10/wali-songo_sejarah.pdf
Diakses pada tgl 20 Desember 20017 Pukul 19:30

http://mycurutcute.blogspot.co.id/2015/11/wali-songo-besera-metode-dakwah-
serta.html Di akses pada: 18 Desember 2017 Pukul 14:40 WIB.

Istavita Utama. 2018. Makalah Sejarah dakwah Walisongo.


https://underpapers.blogspot.com. Diakses pada: Sabtu, 30 Juni 2018

Chadziqur Rifqi. Sejarah dakwah walisongo. https://4shared.com. Diakses pada:


Minggu, 24 Juni 2018

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai