SEJARAH INDONESIA
BIOGRAFI WALI SONGO
1.AULIA RAHMANINGTYAS
2.DESTA SANDY.A.MAMONTO
9.NUR WAHYUDIN
10.SUCI RAMADHANI
11.GISYA AMABEL
KATA PENGANTAR
Kata pengantar.......................................................................................................................
i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................................1
BAB II
PEMABAHASAN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
ii
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Wali Songo atau sembilan wali adalah intelektual yang dijadikan sebagai
teladan masyarakat ketika Islam baru masuk ke Indonesia.Ada 9 sunan yang
tergabung dan merupakan pendakwah agama Islam di pulau Jawa sekitar abad
ke 14 M.Selain berdakwah, sunan juga mengajarkan cara bercocok tanam,
berdagang, seni dan budaya yang mengandung unsur ajaran agama
Islam.Penyebaran agama Islam di Jawa terjadi pada waktu kerajaan Majapahit
runtuh disusul dengan berdirinya kerajaan Demak.Era tersebut merupakan
masa peralihan agama, politik, dan seni budaya.Di kalangan penganut agama
Islam tingkat atas ada sekelompok tokoh pemuka agama dengan sebutan
wali.Zaman itu pun dikenal sebagai zaman “kewalen”.Para wali itu dalam tradisi
Jawa dikenal sebagai “Walisanga”, yang merupakan lanjutan konsep pantheon
dewa Hindu yang jumlahnya juga sembilan orang.Adapun sembilan orang wali
yang dikelompokkan sebgai pemangku kekuasaan pemerintah yaitu Maulana
Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan
Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati.
B.Rumusan Masalah
Pembahasan
A.Biografi Walisongo
Walisongo yang berarti sembilan wali ini semuanya oleh masyarakat Jawa
dijuluki Sunan atau Suhusunan.Kata Sunan atau Suhusunan berasal dari kata
suhun-kasuhun-sinuhun berarti yang dijunjung tingi/dijunjung diatas kepala
juga bermakna mulia.Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, gelar Sunan atau
Walisanga disebabkan para wali itu dianggap memiliki karamah atau
kemampuan-kemampuan diluar kelaziman.
Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana Malik Ibrahim merupakan walisongo
pertama yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Sunan ini lahir di Campa
(Kamboja) dan ayahnya adalah seorang ulama besar di Maghrib yang bernama
Barakat Zainul Alam. Sunan memiliki beberapa nama sebutan lain seperti Syekh
Maghribi atau Makhdum Ibrahim al-Samarqandi dan Asmaraqandi.Asmaraqandi
adalah nama yang biasa disebut oleh masyarakat jawa untuk Sunan Gresik.
Pertama kali sunan datang ke daerah Gresik dengan ditemani oleh beberapa
sahabat. Tepatnya yaitu ke Desa Sembolo yang saat ini berganti nama menjadi
Desa Laren kecamatan Manyar. Desa ini berada sekitar 9 kilometer kota Gresik
bagian utara.Sebelum berdakwah ke pulau Jawa, Sunan Gresik bermukim di
daerah Champa selama 13 tahun (sebuah negeri cermin dalam legenda). Disana
sunan menikah dengan putri raja dan memiliki dua orang putra. Kedua putra
tersebut bernama Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Rasyid Ali Murtadha
atau Raden Santri.Sunan Gresik mulai berdakwah di pulau Jawa tepatnya di
daerah Gresik pada tahun 801 H/ 1329 M. Beliau juga mendirikan toko di sebuah
desa yang terletak sekitar 3 km dari barat kota Gresik. Nama desa tersebut
adalah Desa Romo, dimana sunan mulai memperkenalkan barang yang
dibawanya dari negeri sebelumnya.Toko ini merupakan salah satu cara sunan
untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar. Sunan menjual
berbagai keperluan pokok dengan harga terjangkau. Selain itu beliau juga
menjadi tabib untuk mengobati warga dengan gratis. Sunan juga mengajarkan
cara-cara bercocok tanam kepada masyarakat di daerah tersebut.Islamisasi
dilakukan dengan cara merangkul masyarakat bawah dengan melakukan
pendekatan dan perdagangan tersebut. Masyarakat bawah pada saat itu
dibedakan dengan masyarakat kelas atas pada komunitas Hindu.
Sunan Gresik tidak memaksa masyarakat untuk memeluk Islam secara terang-
terangan. Namun dilakukan dengan memperlihatkan indahnya agama
Islam.Beliau yang sangat ramah tamah tersebut membuat banyak masyarakat
jadi tertarik untuk mempelajari Islam. Setelah merasa cukup mapan Sunan
Gresik sempat melakukan kunjungan ke kerajaan Majapahit di Trowulan.
Kunjungan tersebut disambut baik oleh raja yang berbeda keyakinan dengan
memberikan sebidang tanah di Gresik (Gapura).Setelah Sunan Gresik meninggal
pada 1419 M, dimakamkan tidak jauh dari alun-alun kota Gresik, provinsi Jawa
Timur. Bagi Anda yang ingin berwisata religi di kota Gresik dapat mengunjungi
makam di Jl.Malik Ibrahim No.52-62, Gapura Sukolilo, Bedilan.
Raden Rahmat adalah nama asli Sunan Ampel, merupakan seorang wali
sesepuh. Sunan Ampel menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Condrowati (Nyai
Ageng Manila) dan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Dewi Condrowati
adalah salah satu putri dari adipati Tuban, Arya Teja. Dari pernikahan dengan
Dewi Condrowati, sunan memiliki enam orang anak.Nama keenam anak tersebut
adalah Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Qasim (Sunan Derajat),
Sunan Sedayu, Siti Syari’ah, Siti Mutma’innah dan Siti Hafsah. Sedangkan
pernikahan dengan Dewi Karimah juga dikaruniai enam anak. Dua anaknya
adlah istri sunan yaitu Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri) dan Dewi Murtasimah /
Dewi Asyiqah (istri Raden Fatah).Empat anak lainnya bernama Raden
Hasamuddin atau Sunan Lamingan, Raden Zaenal Abidin atau Sunan Demak,
Pangeran Tumapel serta Raden Faqih atau Sunan Ampel II. Jadi dari dua
pernikahan tersebut Sunan Ampel memiliki total 12 orang anak laki-laki dan
perempuan. Keluarga Sunan Ampel juga banyak yang menjadi sunan
selanjutnya.Pada awalnya sunan datang ke pulau Jawa untuk mengunjungi
bibinya yang bernama Dwarawati. Bibinya adalah seorang putri negeri Champa
yang menikah dengan seorang raja Majapahit bernama Prabu Kertawijaya. Moh
Limo merupakan dakwah yang disampaikan Sunan Ampel dan sangat terkenal di
masyarakat Jawa.Moh Limo adalah dakwah yang dilakukan untuk memperbaiki
berbagai kerusahakan akhlak yang terjadi di dalam masyarakat Jawa. Moh Limo
terdiri dari Moh Mabok (tidak minum minuman keras), Moh Main (tidak berjudi,
taruhan atau togel), Moh Madon (tidak berzina, homo atau lesbian), Moh Madat
(tidak mencuri) dan Moh Maling (tidak korupsi atau mencuri serta lainnya).
Sunan Ampel juga sempat mendirikan sebuah masjid pada tahun 1479 M, yang
dikenal dengan masjid Agung Demak. Pesantrennya berada di Ampel Denta di
kota Surabaya. Makam Sunan Ampel juga terletak di kota Surabaya, Jawa Timur.
Tepatnya berada di Jalan Nyamplungan dan merupakan salah satu wisata religi
yang ramai dikunjungi serta berada di tengah kota.
Raden Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang lahir pada tahun 1465.
Sunan Bonang merupakan anak dari Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati.
Bonang adalah sebuah desa yang berada di wilayah kabuoaten Rembang. Nama
Sunan Bonang diambil dari kata Bong Ang, nama marga ayahnya yaitu Bong Swi
Hoo atau Sunan Ampel.Sunan Bonang sempat menimba ilmu sebelum kembali ke
daerah Tuban dan mendirikan sebuah pesantren. Cara berdakwah disesuaikan
dengan budaya masyarakat pada saat itu, yaitu kesenian. Masyarakat yang
menyukai hiburan mendorong sunan untuk membuat alat musik gamelan.
Pertunjukan musik ini bertujan untuk menarik masyarakat agar tertarik untuk
belajar agama Islam.Pesantren yang dibangun adalah basis untuk belajar agama
Islam. Sunan Bonang juga aktif berkeliling untuk berdakwah dengan alat musik.
Cara berdakwah menggunakan alat musik ini sangat menarik hati masyarakat
pada saat itu. Beliau juga mempelajari kesenian masyarakat Jawa seperti Bonang.
Bonang merupakan alat musik yang mengeluarkan suara merdu jika
dipukul.Setiap sunan melakukan pertunjukan, banyak masyarakat yang datang
untuk menonton. Setelah banyak masyarakat yang tertarik, sunan mulai
menyelipkan ajaran agama Islam. Keahliannya di bidang seni mampu
menciptakan tembang yang berisi ajaran Islam. Tembang tersebut juga disukai
oleh masyarakat sehingga dipelajari secara tidak langsung dan tanpa paksaan.
Raden Qasim atau Sunan Drajat memiliki nama kecil Syarifuddin. Sunan Drajat
merupakan putra bungsu Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati. Sunan ini
berdakwah untuk menyebarkan agama Islam di Desa Paciran Lamongan.
Awalnya sunan berdakwah di pesisir pantai Gresik atas perintah ayahnya,
namun akhirnya menetap di Lamongan.Sebelum menetap di daerah tersebut,
Sunan Derajat di antar oleh ayahnya (Sunan Bonang) untuk meminta izin kepada
sultan Demak. Sultan yang baik hati tersebut memberi izin dan bahkan
memberikan tanah di daerah tersebut pada tahun 1486 H. Sunan ini terkenal
sebagai pendakwah yang berjiwa sosial tinggi, memperhatikan fakir miskin dan
mengutamakan kesejahteraan sosial.
Cara berdakwah yang dilakukannya menggunakan ajaran luhur dan tradisi lokal
tanpa paksaan. Sunan mengajarkan bahwa agama Islam merupakan agama yang
empati dan memiliki etos kerja. Etos kerja ini adalah kedermawanan dalam
berbagai kegiatan. Beliau mengajarkan tentang gotong royong, solidaritas, cara
mengetaskan kemiskinan dan berbagai usaha mencapai kemakmuran.Makam
Sunan Drajat terletak di Lamongan, Jawa Timur.
5.Walisongo Sunan Kudus
Sunan Kudus lahir pada 9 September 1400 M atau 808 H di Palestina. Nama
aslinya adalah Ja’far Shadiq berasal dari Al-Quds Yerussalem, Palestina. Ayahnya
bernama Raden Usman Haji dan ibunya bernama Syarifah Ruhil. Sunan ini
datang ke pulau Jawa bersama ayah dan kakeknya, jadi bukan merupakan warga
asli Kudus.Ada juga cerita yang mengisahkan jika Sunan Kudus pendatang dari
daerah Jipang Panolan yaitu sebuah daerah di Blora Utara. Sunan ini belajar
agama Islam melalui Sunan Ampel dan Kyai Telingsing. Selama hidupnya Sunan
Kudus banyak berperan dalam kerajaan Islam Demak yaitu sebagai penasehat
sultan Demak.
Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku dan diberi nama Joko Samudro oleh
ibu yang menemukannya di lautan. Kelahiran Raden Paku dianggap kutukan
oleh kakeknya sehingga dibuang ke lautan. Ayahnya bernama Syekh Maulana
Ishaq yang merupakan seorang ulama dari Gujarat. Ibunya bernama Dewi
Sekardadu yang merupakan putri raja Blambangan beragama Hindu.Setelah
dewasa, ibu angkat Sunan Giri membawanya ke Ampel Denta untuk belajar
agama Islam kepada Sunan Ampel. Saat Sunan Ampel mengetahui identitas asli
Joko Samudro, maka beliau dikirim untuk berdakwah ke daerah Pasai. Sunan
berangkat dengan temannya yaitu Sunan Bonang. Sunan Giri berdakwah melalui
lagu dan permainan untuk mendekatkan Islam pada anak-anak.Sunan juga
menciptakan tembang yang berisi pelajaran tentang ketauhitan yang
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said yang lahir pada tahun 1450.
Ayahnya adalah seorang adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta/
Raden Sahur. Nama Kalijaga berasal dari sebuah desa di Cirebon. Sebelum
menjadi sunan, Raden Said sering berdiam diri di sungai desa. Dalam bahasa
Jawa disebut dengan jogo kali dan akhirnya menjadi Kalijaga.Raden Said sangat
peduli dan dekat dengan rakyat jelata. Sehingga ketika rakyat berada dalam
masa sulit, sunan mencuri untuk mereka. Hasil bumi yang dicuri tersebut berasal
dari gudang ayahnya yang akan disetorkan ke pemerintah pusat. Pemerintah
saat itu membuat rakyat membayar pajak tinggi untuk mengatasi
pembangunan.Saat malam tiba Raden Said membagikan hasil curiannya secara
sembunyi-sembunyi kepada rakyat miskin. Namun perbuatan tersebut ketahuan
oleh ayahnya. Setelah bebas dari ayahnya, Raden Said kembali mencuri ke orang
kaya pelit luar istana. Hingga dijebak dan diusir oleh ayahnya dari daerah
tersebut. Dari sinilah kemudian Raden Said betemu dan berguru dengan Sunan
Bonang.
Nama Sunan Muria diberikan sesuai dengan tempat tingganya, yaitu lereng
Gunung Muria. Raden Umar Said adalah nama asli sunan tersebut. Ayahnya
adalah Sunan Kalijaga, oleh sebab itu cara berdakwahnya menggunakan metode
yang sama. Metode tersebut adalah dengan kesenian dan kebudayaan
masyarakat Jawa.Sunan Muria menyebarkan ajaran agama Islam di daerah
sekitaran Gunung Muria. Tempat tinggalnya berada di atas puncak gunung
disebuah desa bernama Colo. Untuk berdakwah, beliau lebih sering ke tempat
terpencil yang jauh dari kota. Sunan juga mengajarkan masyarakat cara
bercocok tanam yang baik, cara berdagang dan cara melaut.Wilayah dakwah
meliputi lereng dan gunung Muria. Selain itu wilayah dakwahnya diperluas
hingga ke daerah Tayu, Juwana dan Kudus. Sunan Muria, keluarganya dan
pengikutnya terkenal memiliki kondisi fisik yang kuat. Mereka mampu naik
turun gunung yang memiliki tinggi sekitar 750 meter, untuk melakukan
perluasan wilayah dakwah.
Gemelan dan wayang adalah kesenian yang sering digunakan sunan untuk
berdakwah. Beliau juga menciptakan tembang-tembang yang berisi amalan
agama Islam dan dikenal dengan topo ngeli. Sunan ini dikenal cerdas karena
selain berdakwah juga mampu memberikan penyelesaian terhadap bermacam
masalah dalam masyarakat.Metode dakwah Sunan Muria cukup moderat hingga
mampu masuk ke barbagai tradisi masyarakat Jawa. Contohnya adat kenduri
yang dilakukan setelah kematian diganti dengan nelong dino (tiga harian)
sampai nyewu (seratus harian). Masyarakat juga sangat gemar membakar
kemenyam dan memberi sesaji pada saat itu, namun diganti dengan bersholawat
dan berdoa.Setelah wafat, Sunan Muria dimakamkan di puncak gunung Muria,
utara kota Kudus. Untuk mencapai ke makam, Anda harus melewati 700 anak
tangga. Makamnya berada persis di belakang masjid dengan nama Masjid Muria.
Syarif Hidayatullah adalah nama asli Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1448
M. Sunan merupakan cucu dari Prabu Siliwangi dan ayahnya adalah seorang raja
di Mesir. Saat dewasa sunan di daulat untuk menggantikan ayahnya, namun
beliau menolak dan kembali ke pulau Jawa untuk berdakwah. Syaifah
Muda’imah adalah ibunya yang kembali bersama ke pulau Jawa.Metode dakwah
yang disampaikannya cenderung menggunakan cara Timur Tengah yang
mendekati masyarakat dengan lugas. Saat berusia 25 tahun beliau sudah
terkenal sebagai ulama dan pemimpin yang adil serta bijaksana. Beliau juga
memiliki banyak keahlian seperti ilmu kedokteran, bahasa dan strategi.
Penyebaran wilayah dakwahnya adalah sekitaran daerah Cirebon.Sunan
berhasil memuslimkan ribuan prajuritnya dan prajurit Cina. Beliau juga
menikahi seorang putri Cina yang bernama Nyi Ong Tin. Cara berdakwah sunan
dilakukan dengan pertunjukan kesenian. Jika seseorang ingin melihat
pertunjukan seni sunan maka sebelumnya harus melafalkan dua kalimat
syahadat.
Pada tahun 1487, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi seorang sultan di
Cirebon. Sunan memiliki pergaulan yang luas dengan walisongo lainnya. Saat
menjadi sultan di Cirebon, hubungan dengan Cina semakin erat. Sunan
mengajarkan gerakan salat yang memiliki manfaat yang sama dengen terapi
akupuntur ringan. Akupuntur pernah dipelajari ketika sunan mengembara ke
Cina.Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1569, tepatnya tanggal 19 September.
Usianya mencapai 121 dan dimakamkan di gunung Sembung.
Dikutip dari buku Sejarah Islam di Nusantara (2015), agama Islam kemudian
dianut oleh sebagian besar manyarakat Jawa, mulai dari perkotaan, pedesaan,
dan pegunungan.Pada saat melakukan pendekatan dengan masyarakat para
wali ini mendirikan masjid, baik sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat
mengajarkan agama.Mengajarkan agama di serambi masjid ini, merupakan
lembaga pendidikan tertua di Jawa yang sifatnya lebih demokratis.Pada masa
awal perkembangan Islam, sistem seperti ini disebut "gurukula", yaitu seorang
guru menyampaikan ajarannya kepada beberapa murid yang duduk di depannya,
sifatnya tidak masal bahkan rahasia seperti yang dilakukan oleh Syekh Siti
Jenar.Selain prinsip-prinsip keimanan dalam Islam, ibadah, masalah moral juga
diajarkan ilmu-ilmu kanuragan, kekebalan, dan bela diri.Ketika melakukan
penyebaran Islam, mereka menggunakan berbagai cara, yakni kebudayaan,
kesenian dan pendidikan.
2. Sebagai para pejuang yang gigih dalam membela dan mengembangkan agama
Islam di masa hidupnya.
4. Sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT karena terus-menerus beribadah
kepada-Nya, sehingga memiliki kemampuan yang lebih.
6.Sebagai guru agama Islam yang gigih mengajarkan agama Islam kepada
muridnya.
7. Sebagai kiai yang menguasai ajaran agama Islam dengan cukup luas.
Berkat kepeloporan dan perjuangan wali sembilan itulah, maka agama Islam
menyebar ke seluruh pulau Jawa bahkan sampai keseluruh di daerah Nusantara.
BAB III
Penutup
KESIMPULAN
Datang utusan dari berbagai daerah untuk belajar di sekolah atau pesantren di
Pulau Jawa. Setelah selesai pendidikannya, mereka kembali ke daerah asal atau
daerah lain untuk menyebarkan agama Islam. Contoh seperti yang dilakukan
oleh pesantren Sunan Drajat yang masih aktif hingga hari ini. Pesantren itu telah
melahirkan banyak pendakwah yang menyebarkan Islam ke berbagai pelosok
Jawa bahkan Nusantara.
Peran Ulama dan para wali sangat penting dalam proses penyebaran Islam
terutama di lingkungan pedalaman yang masih menganut kepercayaan lama
sehingga dapat memeluk agama Islam. Mereka menggunakan kebudayaan dan
kesenian untuk berdakwah, seperti wayang dan macapat yang telah ada lebih
dulu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/15/110000569/peran-walisongo-
dalam-penyebaran-islam-di-tanah-jawa?page=1
https://sekolahnesia.com/biografi-walisongo/?amp=1