Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil 'Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul "Sejarah Sunan Giri" disusun
dalam rangka memenuhi satu di antara tugas mata pelajaran Pendais.
Makalah ini berisi tentang biografi serta perjalanan dakwah Sunan Giri di
tanah jawa. Dalam penyusunannya melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam
sekolah maupun luar sekolah. Oleh sebab itu, saya mengucapkan banyak terima
kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat
dalam memahami sumber hukum tertinggi di Indonesia, yakni Pancasila dan arti
pentingnya dalam perjuangan kaum muda.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari karya ini.

Madongka, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL----------------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- iii
BAB I PENDAHULUAN----------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah-------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------ 3
A. Biografi Sunan Giri ------------------------------------------------------- 3
B. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam ---------------- 5
C. Metode Kepemimpinan Sunan Giri------------------------------------- 6
BAB III PENUTUP------------------------------------------------------------------ 12
A. Kesimpulan ---------------------------------------------------------------- 12
B. Saran ------------------------------------------------------------------------ 12
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------- 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha atau aktivitas penyelenggaraan serta penyajian dakwah adalah
bagian yang sangat penting, sebab merupakan tata nilai yang bergerak diantara
keharusan ajaran didalam Islam dengan alur kebudayaan sehingga
berkembang tidaknya ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat itu
terletak pada efek dari berhasil tidaknya dakwah yang dilaksanakan. Dalam
berdakwah seringkali banyak mengalami hambatan dan rintangan.
Wali Songo adalah nama yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat
Indonesia, terutama masyarakat Islam di Pulau Jawa. Wali Songo adala nama ang
sakral, sejak zaman dahulu hingga sekarang makam-makam anggota walisongo
banyak diziarahi orang.
Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai
tingkat “Wali”, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan
hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki
peringkat wali. Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun satu sama lain
memiliki keterkaitan yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam
hubungan guru-murid.
Dalam catatan sejarah Islamisasi di Jawa, Jawa Timur menempati
posisi penting dilihat dari banyaknya Wali sebagai penyebar agama Islam.
Bisa diketahui dari beberapa peninggalan historis yang tertinggal, tercatat
ada lima dari anggota Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di
wilayah Jawa Timur.
Kisah penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa secara besar-besaran telah
mengundang rasa kekaguman semua pihak, baik dalam kalangan Islam sendiri
maupun dari kalangan Agama lain. Termasuk “Sunan Giri”, beliau adalah salah
satu wali songo (Sembilan wali) yang menyebarkan Islam ditanah Jawa.
Pengaruhnya begitu besar baik dikalangan internal para walii, maupun di
lingkungan social kemasyarakatan pada saat itu. Ajarannya tersebar luas di hampir
seluruh pelosok tanah Jawa.

1
Bagi umat Islam, peranan Sunan Giri dalam menyebarkan syiar Islam
sangatlah besar. Menurut silsilah keluarga, beliau masih termasuk dalam
keturunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Dari uraian diatas
itulah maka penulis mengangkat tema makalah ini dengan judul “Sunan Giri”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Sunan Giri ?
2. Bagaimanakah Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam ?
3. Bagaimanakah Kepemimpinan Sunan Giri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Biografi Sunan Giri
2. Untuk mengetahui Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam
3. Untuk mengetahui Kepemimpinan Sunan Giri

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Sunan Giri


Sunan Giri. Dikenal dengan nama Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan
Abdul Faqih, Raden ‘Ainul Yaqin dan Joko Samudra adalah nama salah seorang
Wali Songo yang berkedudukan di desa Giri, Kebomas, Gresik, Jawa Timur. Ia
lahir di Blambangan (Banyuwangi) pada tahun Saka Candra Sengkala “Jalmo
orek werdaning ratu” (1365 Saka). dan wafat pada tahun Saka Candra Sengkala
“Sayu Sirno Sucining Sukmo” (1428 Saka) di desa Giri, Kebomas, Gresik.
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW; yaitu melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-
Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-Muhajir,
Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali
Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik
(Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin
Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Maulana Ishaq, dan
‘Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan
riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa’adah BaAlawi
Hadramaut.
Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang
mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak
Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit.
Namun kelahiran Sunan Giri ini dianggap rakyat Blambangan sebagai pembawa
kutukan berupa wabah penyakit di kerajaan Blambangan. Kelahiran Sunan Giri
disambut Prabu Menak Sembuyu dengan membuatkan peti terbuat dari besi untuk
tempat bayi dan memerintahkan kepada para pengawal kerajaan untuk
menghanyutkannya ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dewi Sekardaru. Dewi Sekardadu
berlari mengejar bayi yang barusaja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri
pantai dengan tidak memikirkan lagi akan nasib dirinya. Dewi Sekardadupun
meninggal dalam pencariannya.

3
Saat mulai remaja diusianya yang 12 tahun, Sunan Giri dibawa ibunya ke
Surabaya untuk berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas
permintaannya sendiri. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel
mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel
mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami
ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan keinginannya untuk melaksanakan
ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayahnya
sendiri. Di sinilah, Joko Samudra (Sunan Giri) mengetahui cerita mengenai jalan
hidup masa kecilnya.
Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal
dengan Raden ‘Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya
sendiri itu untuk kembali ke Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah
Jawa. Dengan berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya sebagai
contoh tempat yang diinginkannya, Raden ‘Ainul Yaqin berkelana untuk mencari
dimana letak tanah yang sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahanya.
Dengan bertafakkur dan meminta pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT.
maka petunjuk itupun datang dengan adanya bukit yang bercahaya. Maka
didatangilah bukit itu dan di lihat kesamaanya dan ternyata memang benar-benar
sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah yang
kemudian ditempati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri di sebuah perbukitan
di desa Sidomukti, Kebomas, Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong
milir (1403 Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada
di kota Gresik. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal
masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.
Sunan Giri wafat pada usia 63 tahun, tepatnya malam Jum’at tanggal 24
Rabiul Awwal 913 Hijriyah (1506 Masehi/ 1428 Saka). Sehingga setiap tahunnya,
pada hari Jum’at terakhir Rabiul Awwal selalu diperingati oleh sebagian umat
muslim, terutama di daerah Kota Gresik dan sekitarnya untuk melakukan haul
Sunan Giri. Sunan Giri dimakamkan di Gresik, tepatnya di Desa Giri, kecamatan
Kebomas, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Untuk menuju lokasi makam
tidak sulit, karena letaknya berada di perbatasan antara Kota Gresik dan Surabaya.

4
B. Peran Sunan Giri dalam Menyebarkan Agama Islam
1. Islam Di Daerah Blambangan Jawa Timur
Pada saat Sunan Giri sedang selesai belajar agama di Pasai, ia pun
menerukan perjalanannya ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Setelah
itu barulah ia kembali lagi ke Jawa, ke tanah kelahirannya. Ia sempat
ditugaskan untuk kembali berdakwah di Blambangan, oleh Sunan Ampel.
Yaitu ke tempat Prabu Minak Sembuyu berada, yang tak lain adalah kakeknya.
Tak disangka Prabu Minak Sembuyu sangat senang dengan kedatangan
cucunya yang ternyata masih hidup, dan sudah dewasa. Saat ia tahu bahwa
tujuan Sunan Giri ke Blambangan adalah untuk berdakwah, ia tidak
menghalanginya sama sekali. Karena itu agama islam pun menjadi berkembang
di Blambangan, dan agama hindu dan budah terdesak sampai ke Pulau bali.
2. Perkembangan Agama Islam Di Kota Gresik
Sunan Giri juga sempat ditugaskan untuk kembali ke Kota Gresik oleh
Sunan Ampel, untuk mendatangi ibu angkatnya Nyai Ageng Pinatih.
Sesampainya di sana ia pun membantu Nyai Ageng Pinatih berdagang
sekaligus berdakwah. Ada salah satu peristiwa yang menakjubkan, yang
menjadi keistimewaan dari seorang Sunan Giri. Yaitu pada saat karung yang
berisi batu dan pasir dapat diubah oleh Sunan Giri, menjadi damar, rotan, emas,
dan lain sebagainya. Akibat dari peristiwa tersebut Nyai Ageng Pinatih yang
pada awalnya tidak pernah bersedekah, berubah menjadi orang yang senang
berzakat khususnya pada fakir miskin yang ada di sekitar wilayah Kota Gresik.
Dengan demikian agama islam pun menjadi agama yang semakin berkembang
di Kota Gresik. Bahkan sampai saat ini, beratus-ratus tahun kemudian.
3. Pembangunan Pesantren Yang Dilakukan Oleh Sunan Giri
Setelah Sunan Giri menikah ia tetap membantu ibu angkatnya berdagang,
sambil terus menyebarkan agama islam. Tak heran jika pada akhirnya Sunan
Giri semakin dikenal secara luas di seantero Nusantara. Sehingga semakin
bertambah orang yang ingin belajar agama padanya, akhirnya ia meminta izin
pada ibunya untuk meninggalkan dunia perdagangan. Karena ia akan fokus
dalam membangun pesantren yang pernah diamanahkan oleh ayahnya. Setelah
ada persetujuan Sunan Giri pun mengasingkan diri untuk bertafakur selama 40

5
hari 40 malam. Di sebuah Goa di Desa kembangan di wilayah Kota Gresik.
Setelah bertafakur itu ia ingat akan tanah yang diberikan ayahnya, sebagai
syarat untuk pembangunan pesantren. Akhirnya tibalah ia di daerah yang
dimaksud, yang sesuai dengan pesan ayahnya harus sesuai dengan tanah yang
diberinya. Sunan Giri pun membangun pesantren tersebut dengan bantuan
masyarakat Gresik, dan Nyai Ageng Pinatih. Pesantren tersebut terletak di
Gunung atau dataran tinggi di Desa Sidomukti.
4. Sunan Giri Berperan Dalam Peresmian Masjid Demak
Sunan Giri juga ternyata berperan dalam meresmikan Masjid Demak.
Pada saat itu Sunan Kalijaga akan meresmikan Masjid Demak, dengan sebuah
pertunjukan wayang. Di zaman itu pertunjukan wayang hanya berupa wayang
beber. Wayang beber adalah jenis wayang yang rupanya menyerupai wajah
manusia. Namun pertunjukkan tersebut ditentang oleh Sunan Giri, karena
dalam ajaran islam haram hukumnya menggunakan wayang yang bergambar
manusia. Untuk itu Sunan Kalijaga pun membentuk wayang yang berupa
karikatur, yang kini dikenal dengan wayang kulit. Saat peresmian Masjid
Demak tersebut, tidak ada karcis masuk untuk yang ingin menonton. Tetapi
setiap orang yang ingin menonton harus mengucapkan 2 kalimah syahadat
sebagai karcisnya. Sehingga semakin bertambah banyak orang yang masuk
agama islam. Dan banyak orang-orang non muslim yang membaca syahadat
untuk memeluk islam.

C. Kepemimpinan Sunan Giri


Politik pada masa sebelum Sunan Giri dikuasai oleh hegemoni kerajaan
Majapahit dipedalaman. Majapahit berdiri pada tahun 1294 M dengan candra
sengkala Watu Ngungal katon Tunggal (1201 Saka). Didirikan oleh Kertarajasa
Jayawardana (Raden Wijaya), dalam Babad Tanah Jawi versi Olthof disebut
Jaka Sesuruh. Kehadiran perkampungan di Gresik sudah ada pada zaman
kerajaan Kahuripan. Konsep beragama Hindu ialah, jika raja memeluk tertentu,
maka rakyatnya agamanya mengikuti sang raja, dalam kerajaan Majapahit, raja
memeluk agama Hindu. Orang Hindu berkeyakinan bahwa raja adalah titisan
Dewa. Sedangkan gelar raja Islam berbeda dengan agama Hindu.

6
Pemerintahan Islam menggunakan istilah Susuhunan. Selain itu dengan
istilah menggunakan gelar keilmuan yang dikuasai oleh tokoh tersebut, atau
prestasi atas keilmunnya. Berikut gelar sebagai bagian legitimasi dalam hal
kekuasaan duniawi dan agama :
a. Legitimasi Gelar Kehormatan
Data prasasti dari masa jawa tengah mengindikasikan bahwa sumber
awal pengakuan masyarakat terhadap seorang pemimpin adalah prestasi
pribadinya dalam salah satu atau kombinasi dari tiga kemungkinan ini:
kemampuan dalam membagi kekayaan dan meningkatkan kesejahteraan
prestasi dibidang kemiliteran atau prestasi di bidang keagamaan. Gagasan
tentang pemimpin ideal yang menggabungkan kemampuan membagi
kekayaan, meningkatkan kesejahteraan dan prestasi dibidang kemiliteran.
Selain prestasi sebagai sebagai sarana legitimasi, kharisma juga menjadi
suatu yang diperhitungkan untuk memantapkan kepemimpinan. Kharisma
disni dimaksudkan sebagia kualitas kepribadian seseorang yang dirasakan
oleh pengikutnya yang membedakan dari orang-orang yang lain pada
umumnya. Kualitas ini sedemikian istimewa sehingga individu yang
bersangkutan dianggap sebagai manusia unggul yang memiliki kekuatan
adikodrati. Kewenangan pemimpin kharismatik dalam birokrasi biasanya
tidak didasarkan atas aturan-aturan yang sebagaimana umumnya, tetapi
didasarkan atas sifat yang luar biasa. Sumber legitimasi satu-satunya adalah
kharisma itu sendiri, yang masa berlakunya sejauh pimpinan yagn
bersangkutan dapat memuaskan para pengikutnya.
Dalam ketiga hal ini Sunan Giri termasuk pemimpin ideal diantaranya
Sebagai berikut :
- Gelar Raden Paku
Pergantian julukan dari Jaka Samudra yang diberikan oleh ibu
angkatnya Nyai Gede Pinatih, menjadi Raden Paku dilakukan oleh
Sunan Ampel, menunjukan pada terjadinya perubahan status dari
kedudukan masyarakat kebanyakan menjadi keluarga penguasa
Curabhaya bergelar Raden, yang merupakan bagian dari keluarga
Maharaja Majapahit. Itu sebabnya, pada saat kekuasaan Majapahit

7
terpecah-pecah menjadi kadipaten kecil yang salig berperang satu
dengan lain, Raden Paku mempertahankan kemerdekaan wilayahnya
dengan mengangkat diri sebagai penguasa wilayah dengan gelar Sunan
Giri. Selain itu julukan Paku di ibarakan suatu saat Jaka Samudra seakan
menjadi Pakunya di Jawa yang bermakna pasaknya syiar Islam.
- Gelar Sunan Giri (Susuhunan Giri)
Raden Paku berdakwah di area perbukitan (dahulu gunung) di Giri
Gajah, sebab itu maka Raden Paku disebut sebagai Sunan Giri, yang
mengandung makna Susuhunan (orang yang dijunjung tinggi, terhormat
atau orang suci) yang tinggal diperbukitan Giri. Dari gelar sunan inilah
Raden Paku melegitimasi kepribadiannya sebagai orang yang dijunjung
tinggi sebab keilmuannya, lebih-lebih ilmu agama Islam. Keberadaan
Sunan Giri sebagai penguasa politis, setidaknya tercermin dari gelar
yang digunakan Prabu Satmata. Prabu adalah gelar Raja di Jawa
sedangakan Satmata adalah julukan lain dewa Shiwa. Raden Paku
menggabukan dua gelar menjadi satu sebagai legitimasi kepemimpinan
di Giri.
- Maulana Ainul Yakin
Gelar ini diberikan oleh Syeikh Maulana Ishaq. Ketika meraka
belajar di pesantrennya di Pasai. Setelah tiga tahun Raden Paku dan
Makdum Ibrahim belajar berbagai macam ilmu agama Islam dengan
mahir. Kiranya ilmu yang dimiliki itu telah cukup bila untuk diamalkan
bagi dirinya sendiri maupun untuk disiarkan kepada masyarakat.
Artinya, bila untuk bekal sebagai Mubaligh, ilmu yang disauk itu telah
memadai. Terutama ilmu tauhid dan tashawuf, Raden paku sangant
mendalaminya. Kebetulan banyak para ulama dari tanah Persia dan
Bagdad serta dari dari tanah India yang membuka pengajaran di situ,
yaitu Pasai dan Malaka. Para ahli tashawuf itupun benar-benar
menjiwai di amal perbuatannya sehari-hari, sehingga sangat terkesan di
hati Raden Paku.
Raden Paku tekun didalam belajarnya juga kehidupan sehari-hari
ilmu yang dimilikinya itu.Karena pandai dan cerdanya, maka banyak

8
orang yang mengatakan bahwa Raden Paku di anugrahi ilmu “Laduni
“oleh tuhan. Maka sewaktu masih muda saja, telah tampak sebagai
orang alim yang khusyu’, berpribadi dan berwibawa. Matanya yang
bersinar, sesuai dengan ilmunya yang dalam, dan terutama ketika
menghadapi suatu masalah, tampak wajahnya sebagai seorang yagn
bersifat kepemimpinan yang agung. Atas semua yang dimiliki Raden
Paku itu, yakni baik ilmu agama atau kepribadiannya, maka salah
seorang guru memberi julukan Raden Paku dengan sebutan yang
sebenarnya diberikan kepada orang yang telah tua, yakni “Maulana
Ainul Yaqin”. Setelah dirasa cukup, maka syeikh Maulana Ishaq
mengijinkan kedua pemuda itu pulang kembali ketanah Jawa. Makdum
Ibrahim berhenti di Tuban dan berdakwah di kota tersebut, dan akhirnya
dikenal dengan Sunan Bonang. Sedangkan Raden Paku atau Maulana
Ainul Yaqin kembali ketempat asalnya di Gresik, yaitu tempat ibu
angkatnya. Nyai Gedhe Pinatih. Raden Paku kemudian ikut membantu
ibu angkatnya didalam usaha berdagang.
- Sultan Abdul Faqih
Sunan Giri mendalami ilmu tauhid dan fiqih. Juga sangat berhati-
hati didalam menentukan hukum, takut kalau terjerumus kepada
kesesatan dan khawatir bila tidak sesuai Sunnah Rasul. Didalam
masalah ibadah, sunan Giri tidak kenal kompromi dengan ajaran Hindu-
Buddha, atau kepercayaan animisme dan dinasmisme. Ibadah dan fiqih
harus bersih dan tidak boleh bercampur dengan ajaran-ajaran lama.
Karena mahir dan mendalamnya dibidang ilmu fiqih itulah maka sunan
Giri disebut juga dengan julukan Sultan Abdul Faqih.
b. Ekonomi pada saat Pemerintahan Sunan Giri
Dikarenakan Giri merupakan daerah pesisir utara Jawa, yang
menggantukan kehidupan sehari-hari sebagai nelayan maupun sebagai
pedang di Pelabuhan internasional, maka komoditas jual beli di Giri-Gresik
diperkirakan sebagai berikut:

9
- Hewan Air
Barang-barang yang diperjual berlikan berbagai macam ikan: ikan
kakap, bawal (kadiwas), ikan kembung (ruma), dan ikan layar atau pari
(layarlayar).Selain ikan laut, sumber ikan air tawar berupa dlag (ikan
gabus) turut pula diasinkan. Data dari kedua prasasti yang memuat
aktifitas upacara penetapan sima.
Sedangkan yang termasuk bangsa air tawar adalah sebagai berikut:
kepiting sungai (hayuyu), udang sungai (hurang), sejenis ikan (wagalan,
kawan-kawan, dlag). Sedangkan yang termasuk ikan laut adalah
kepiting laut (getam), cumi (hnus), kerang-kerangan (iwak knas), sejenis
ikan laut (kadiwas, layar-layar, prang, tangiri, rumahan, slar). Ada
beberapa ikan yang tidak diketahui habitatnya, yakni bijanjan,
bilunglung, harang, halahala, dan kandari. Sumber prasasti juga
menyebutkan beberapa jenis daging dan ikan yang diawetkan dalam
bentuk dendeng (deng) atau rasa (asin-asin) sebelum di konsumsi.
- Garam
Dalam catatan Piegeaud menulis suatu peraturan perdagangan yang
berbunyi seperti beriktu, “Setiap pendatang diperbolehkan membuat
garam di tempat itu dengan membayar sejumlah pajak tertentu yang
ditarik oleh penguasa desa Biluluk”.27 Menjadi bukti garam sudah
menjadi komoditas perdagangan kala itu.
- Kayu
Rotan merupakan barang dagangan yang mahal di Jawa, bila ada itupun
harganya mahal. Komoditas rotan inilah yang menjadi barang dagangan
Nyai Gede Pinatih di Gresik saat berdagang dengan orang-orang Banjar,
Kalimantan Selatan. 28 Tidak menutup kemungkinan bamboo dan
macam kayu-kayuan sebagai komoditas melihat daerah Giri pada saat
itu berupa gunung yang masih banyak hutan dan tumbuh kayu-kayuan.
Pesisir juga merupakan daerah perbaikan lambung perahu.
- Lilin
Lilin juga merupakan salah satu barang mahal di Jawa. Sebab lilin di
Impor dari pulau seberang, yakni pulau Kalimantan, lebih tepatnya

10
daerah Banjar. Kota ini merupakan salah satu langganang dagang
subandar Nyai Gedhe Pinatih. Ketika berumur Raden Paku berumur 23
tahun. Raden paku mendapat perintah agar ikut berdagang ke Banjar
agar dapat menafkai hidupnya sendiri. Bersama pemimpin kapal juragan
Abu Hurairah Raden Paku berangkat ke Banjar beserta tiga buah kapal
berisi barang daganganya. Dan kembali membawa rotan dan lilin yang
langka di Jawa

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul
faqih, raden ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang walisongo
yang berkedudukam didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. Ia lahir di
blambangan (banyuwangi) pada tahun saka Chandra seng kala “jalmo orek
werdaning ratu”(1365 Saka). Ia merupakan murid sekaligus menantu dari Sunan
Ampel.

Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far
Ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al-
Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-
Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih,
Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat ) Khan, Ahmad Syah Jalal
(Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana
ishah, dan Ainul yaqin (Sunan Giri).

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun
dari para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gresik Babad, Jilid I Versi Radya Pustaka Surakarta:Alih tulisan dan


Bahasa Oleh Soekarman B.Sc, Gresik : Panitia Hari Jadi Kota Gresik, 1990.
Hasyim Umar, Sunan Giri dan Pemerintahan Giri Kedhaton, Kudus :
Menara Kudus,1978.
https://www.biografiku.com/biografi-sunan-giri.
Khalid Abu, Kisah Walisongo, Surabaya : Terbit terang
Safrudin Irfan, Ulama-ulama perintis: biografi pemikiran dan
keteladanan,Majelis Ulama Indonesia, Bandung,2008.
Salam Solichin, Sekitar Wali Songo, Kudus : Menara Kudus,1960.
Sarkar H.B, Corpus of the Incription of Java (Corpus Incription Javania-
Rum) (Up to 928), Vol. I dan II, Cacutta : Firman K.L Mukhopadhyay.
Sunyoto Agus, Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali
Songo sebagai Fakta Sejarah, Depok: Pustaka Iman, 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai