Assalamualaikum,wr,wb.
Puji syukur selalu saya hanturkan kepada allah swt. Yang telah memberikan
kenikmatan, kesehatan dan keselamatan dalam membuat tugas makalah ini, sehingga
dapat terselesaikan tepat waktu.
Dalam makalah ini saya akan memberikan informasi yang berkaitan tentang
Sunan Giri, biografi beliau serta karya dan pemikiran semasa hidup beliau.
Demikian makalah ini saya buat dengan singkat dan saya sadar masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, saya harapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum,wr,wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wali songo adalah nama yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indoesia,
terutama masyarakat islam di pulau jawa. Wali songo adalah nama yang sakral,
sejak zaman dahulu hingga sekarang makam-makam anggota walisanga banyak
diziarahi orang. Kisah penyebaran agama islam di pulau jawa secara besar-
besaran telah mengundang rasa kekaguman semua pihak, baik dalam kalangan
islam sendiri maupun dari kalangan agama lain. Termasuk “Sunan Giri”, beliau
adalah salah satu wali songo (sembilan wali) yang menyebarkan Islam di tanah
Jawa. Pengaruhnya begitu besar baik di kalangan internal para wali, maupun di
lingkungan sosial kemasyarakatan pada saat itu. Ajarannya tersebar luas di hampir
seluruh pelosok tanah Jawa
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Sunan Giri?
2. Bagaimana peran Sunan Giri dalam penyebaran Islam di Cirebon?
3. Bagaimana metode penyebaran agama Islam yang dilakukan Sunan Giri
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Sunan Giri.
2. Untuk mengetahui peran Sunan Giri dalam penyebaran Islam di Cirebon.
3. Untuk mengetahui metode penyebaran agama Islam yang dilakukan Sunan Giri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
tersebut mengalami perkembangan yang juga baik. Strategi yang dilakukan oleh Sunan
Giri dalam bidang politik adalah, menjadi Sang Propaganda Ulung.
Yang dimana ia mampu menaklukan kerajaan Majapahit sehingga pada akhirnya kerajaan
tersebut mengakui kekuasaan Beliau. Kerajaan Majapahit pada zaman itu juga memberi
kebebasan pada Sunan Giri untuk berdakwah. Karena dalam menjadi seorang ulama tidak
hanya pengetahuan agama islamnya saja yang diperlukan, tetapi dibutuhkan juga
kepintaran umum.
Selain itu diperlukan juga kemampuan dalam bernegosiasi dan kepemimpinannya di
Pemerintahan. Karena hal itulah yang kita perlukan dalam berdakwah, agar keberadaan
kita diakui oleh Pemerintahan. Dengan ikut berkecimpung di dunia politik, maka
keberadaan Sunan Giri pun dilihat dan diakui oleh orang-orang di pemerintahan. Dengan
adanya pengakuan dan legalitas yang diharapkan dapat menjadi kemudahan bagi kita,
dalam menyebarkan agama islam dengan lebih luas lagi.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-
orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Faqih. Ia juga pencipta karya seni yang
luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran , Lir-ilir dan cublak suweng disebut
sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung lagi
bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. Suna Giri dikenal sebagai seorang
yang dalamilmu taukhidny, demikian pula ilmu fiqihna. Beliau sangat berhati-hati apabila
hendak memutuskan hukum, takut kalau tidak sesuai dengan ajaran Nabi. Dalam masalah
ibadah, sunan giri tidak dikenal kompromi dengan adat isitiadat dan kepercayaannya
lama. Ibadah menurutnya harus dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Tidak boleh
dicampur aduk dengan kepercayaan animesme dan dinamisme.
Pelaksanaan Ibadah harus sesuai dengan aturan tersebut di dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul. Sikap dan keyakinan sunan giri ini didukung oleh sunan ampel dan sunan drajad.
Dan pengikut sunan giri kemudian disebut Islam atau santri putihan. Sementara pihak lain
yang agak lunak kepada istiadat atau kepercayaan lama disebut Islam abangan atau santri
abangan. Pemimpin golongan santri abangan ini adalah sunan kalijaga yang didukung
oleh sunan bonang, sunan muria, sunan kudus, dan sunan gunung jati. Kaum Abangan
berpendapat bahwa :
Kita harus bersikap lunak kepada rakyat jawa yang masih awam tidak tergesah-
gesah merubah adat istiadat rakyat yang memang sukar dirubah atau dihilangkan.
Bagian adat yang tidak sesuai dengan ajaran islam tetap mudah dirubah maka
bisa dihilangkan
3
Mengikuti dari belakang tetapi diusahakan untuk dapat mempengaruhi sedikit
demi sedikit, yaitu memasukan unsur islam pada adat istiadat rakyat. Contoh
dalam hal ini adalah memanfaatkan kesenian rakyat berupa gending tembang dan
wayang kulit sebagai media dakwah
Akhirnya kaum abangan berpendapat bahwa rakyat yang masih awam dan
berpegang teguh pada adat istiadatnya hendaknya di usahakan tertarik dan
mendekat kepada para wali. Caramya tidak lain adalah dengan mengambil hati
mereka agara merasa simpati, senang dan akrab dengan ajaran para wali. Apabila
mereka sudah mendekat dan mau berkumpul maka mudahlah bagi para wali
untuk memberikan pengertian kepada mereka. Bila mereka sudah mengerti ajaran
islam maka secara otomatis pasti mereka akan meninggalkan sendiri adat dan
kepercayaan yang tidak sesuai dengan syariat dan aqidah islam.
Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq,
Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al- Muhajir, Ubaidullah,
Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam,
Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan),
Abdullah (al-Azhamat ) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar
al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana ishah, dan Ainul yaqin (Sunan Giri). Umumnya
pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat Pesantren-pesantren Jawa Timur , dan
catatan nasab Sa’adah Ba Alawi Hadramaut.
Sunan Giri merupakan buah pemikiran dari Maulana Ishak, seorang mubaligh Islam dari
Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu merak sembuyu penguasa wilayah
Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahiran Sunan Giri ini dianggap
rakyat Blambangam sebagai pembawa kutukan berupa wabah penyakit dikerajaan
Blambangan. Kelahiran Sunan Giri di sambut Prabu Menak Sembuyu dengan
membuatkan peti terbuat dari besi untuk tempat bayi dan memerintahkan kepada para
pengawal kerajaan untuk menghanyutkan ke laut.
Berita itupun tak lama terdengar oleh Dwi Sekardadu. Dewi Sekardadu berlari mengejar
bayi yang baru saja dilahirkannya. Siang dan malam menyusuri pantai dengan tidak
memikirkan lagi nasib dirinya. Ia pun meninggal dalam pencariannya.
Peti Besi berisi bayi itu terombang-ambing ombak laut terbawa hingga ke tengah laut.
Peti itu bercahaya berkilauan laksana kapal kecil ditengah laut. Tak ayal cahaya itu
4
terlihat oleh sekelompok awak kapal (pelaut) yang hendak berdagang ke pulau Bali.
Awak kapal itu kemudian menghampiri, mengambil dan membukanya peti yang bersinar
itu. Awak kapal terkejut setelah tahu bahwa isi dari peti itu adalah bayi laki-laki yang
molek dan bercahaya . Awak kapal pun memutar haluan kembali pulang ke Gresik untuk
memberikan temuannya itu kepada Nyai Gede Pinatih seorang saudagar perempuan di
Gresik sebagai pemilik kapal. Nyai Gede Pinatih keheranan dan sangat menyukai bayi
itu dan mengangkatnya sebagai anak dengan memberikan nama Joko Samudra.
Saat mulai remaja diusianya 12 tahun, Joko Samudra dibawa ibunya ke Surabaya untuk
berguru ilmu agama kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) atas permintaannya sendiri.
Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya
dari murid kesayangannya itu. Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim
(Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai sebelum menunaikan
keinginannya untuk melaksanakan ibadah Haji. Mereka diterima oleh Maulana Ishak
yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Di sinilah, Joko Samudra mengetahui cerita
mengenai jalan hidup masa kecilnya.
Setelah 3 tahun berguru kepada ayahnya , Raden paku atau lebih dikenal dengan Raden
Ainul Yaqin diperintahkan gurunya yang tak lain adalah ayahnya sendiri itu untuk
kembali ke tanah Jawa untuk mengembangkan ajaran islam di tanah Jawa. Dengan
berbekal segumpal tanah yang diberikan oleh ayahandanya sebagai contoh tempat yang
diinginkannya , Raden Ainul Yaqin berkelana untuk mencari dimana letak tanah yang
sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Dengan bertafakkur dan meminta
pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT. Maka petunjuk itupun datang dengan adanya
bukit yang bercahaya . Maka didatangilah bukit itu dan dilihat kesamaanya dan ternyata
memang benar-benar sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya. Perbukitan itulah
yang kemudian ditepati untuk mendirikan sebuah pesantren Giri disebuah perbukitan di
desa Sidomukti , Kebomas , Gresik pada tahun Saka nuju tahun Jawi Sinong milir (1403
Saka). Pesantren ini merupakan pondok pesantren pertama yang ada dikota Gresik.
Dalam Bahasa Jawa, Giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan
sebutan Sunan Giri.
5
lagi ke Jawa, ke tanah kelahirannya. Ia sempat ditugaskan untuk kembali berdakwah di
Blambangan, oleh Sunan Ampel. Yaitu ke tempat Prabu Minak Sembuyu berada, yang
tak lain adalah kakeknya.
Tak disangka Prabu Minak Sembuyu sangat senang dengan kedatangan cucunya yang
ternyata masih hidup, dan sudah dewasa. Saat ia tahu bahwa tujuan Sunan Giri ke
Blambangan adalah untuk berdakwah, ia tidak menghalanginya sama sekali. Karena itu
agama islam pun menjadi berkembang di Blambangan, dan agama hindu dan budah
terdesak sampai ke Pulau bali.
6
dengan bantuan masyarakat Gresik, dan Nyai Ageng Pinatih. Pesantren tersebut terletak
di Gunung atau dataran tinggi di Desa Sidomukti.
Dalam bidang ekonomi dan politik, para Kanjeng Sunan Giri memiliki posisi yang
jauh lebih krusial dari sunan-sunan di Cirebon Darusalam atau Kudus. Dengan
kebijakan politiknya, dan bila perlu dengan keberanian pejuang, ternyata selama
kira-kira dua abad, para sunan di Giri mampu mempertahankan kemerdekaan
terhadap serangan raja-raja pelosok Majapahit dan Mataram Hadiningrat. Kraton
di giri sungguh besar sumbangannya untuk kemajuan kebudayaan Islam di pesisir,
yang masih tetap melanjutkan tradisi kebudayaan. Para buruh dan pelaut dari
Gresik memperkenalakn nama para kyai dari Giri sampai jauh di luar Jawa.
Kelompok elite di kota pelabuhan ini agaknya lebih banyak berdarah campuran
disbanding dengan kelompok elite di kota-kota pelabuhan lain di Jawa, trah Cina
memiliki posisi krusial dalam sejarah Gresik. Perdagangan antarpulau, kekayaan,
dan pengaruh politik rupanya lebih diperhatikan oleh sunan di Giri daripada hidup
saleh secara Islam dn mempelajari ilmu agama.
7
Giri Kedaton atau Kerajaan Giri berlangsung selama 200 tahun. Sesudah Sunan
Giri meninggal dunia beliau digantikan anak keturunannya yaitu:
1. Sunan Dalem
2. Sunan Sedomargi
3. Sunan Giri Prapen
4. Sunan Kawis Guwa
5. Panembahan Ageng Giri
6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana
7. Pangeran Singonegoro (bukan keturunan Sunan Giri
8. Pengeran Singosari
Pangeran Singosari ini berjuang gigih mempertahankan diri dari serbuan Sunan
Amangkurat II yang dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Sesudah pangeran
Singosari wafat pada tahun 1679, habislah kekuasaan Giri Kedaton. Meski
demikian kharisma Sunan Giri sebagai ulama besar wali terkemuka tetap abadi
sepanjang masa.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sunan Giri dikenal dengan nama raden paku, prabu satmata, sultan abdul faqih, raden
ainul yaqin dan joko samudera adalah nama salah seorang walisongo yang berkedudukam
didesa giri, kebomas, gresik, jawa timur. Ia lahir di blambangan (banyuwangi) pada tahun
saka Chandra seng kala “jalmo orek werdaning ratu”(1365 Saka). Ia merupakan murid
sekaligus menantu dari Sunan Ampel.
Sunan Giri juga merupakan keturunan dari Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur
keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-Shadiq,
Ali al-Uraidhi, Muhmmad al-Naqib, Isa ar-Rummi, Ahmad Al- Muhajir, Ubaidullah,
Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam,
Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan),
Abdullah (al-Azhamat ) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar
al-Husaini (Maulana Aakbar), Maulana ishah, dan Ainul yaqin (Sunan Giri).
9
DAFTAR PUSTAKA
Gresik Babad, Jilid I Versi Radya Pustaka Surakarta:Alih tulisan dan Bahasa Oleh
Soekarman B.Sc, Gresik : Panitia Hari Jadi Kota Gresik, 1990.
Hasyim Umar, Sunan Giri dan Pemerintahan Giri Kedhaton, Kudus : Menara
Kudus,1978.
Khalid Abu, Kisah Walisongo, Surabaya : Terbit terang
Safrudin Irfan, Ulama-ulama perintis: biografi pemikiran dan keteladanan,Majelis Ulama
Indonesia, Bandung,2008.
10